Tuesday, May 1, 2012

Couple & Love


Couple & Love 
Yang namanya cinta, kata orang itu buta, tuli juga iya..
tandanya orang yang jatuh cinta mayoritas pada cacat dong..? haha*kesimpulan sederhana
Soal cinta saya memang belum pernah terjun langsung di lapangan. Saya belum pernah merasakan rasa berbagi cinta dengan pasangan (lawan jenis). Sebenarnya itu bukan hal yang besar juga memalukan. Buat saya, yang namanya single alias men-jomblo itu menyenangkan, dan suatu hal yang cukup membanggakan (mungkin karena merasa masih mahal coy karena belum pernah ada yang memiliki, kalo mobil sih istilahnya masih baru, belum second hand, third hand, atau juga kreditan.. (loh?)  haha)

Hanya saja, kata cinta itu sering sekali terdengar dari berbagai sumber, media, pernyataan, dan sebagainya. Setiap hari malah.. jadi, saya kali ini ingin coba “ikut-ikut an” berpartisipasi memberikan pandangan saya mengenai cinta, walaupun hanya sebagian kecil saja. Sebenarnya jika saya membahas ini sebagai seorang yang belum berpengalaman, itu tidak terlalu buruk. Kenapa? Karena saya bisa menjabarkannya secara objektif, dan dengan normal, bukan cacat. Haha

Dunia ini berisi dengan cinta. Kekuatannya itu berskala besar, berdampak luas dan bermakna dalam.

Jika saya bisa mendefinisikan apa itu cinta? Maka saya akan merumuskannya ke dalam 3 kata:
komitmen, kejujuran, ketulusan.

Menurut saya, jika seseorang ingin mencintai, itu adalah sebuah inisiatif yang disepakati dengan pengambilan keputusan, dan sempurna apabila disertai dengan komitmen yang kuat.
Couple (pasangan) yang baik adalah pasangan yang bisa saling menguatkan, menyempurnakan, dan memberi suasana kehidupan lain yang menyenangkan dan unik. 

Hanya saja, yang namanya hubungan antara 2 lawan jenis ini, tidak akan mudah apabila terdapat banyak perbedaan antara keduanya, seperti: perbedaan ras, adat-istiadat, agama.
Ketika seorang sedang jatuh cinta, tak jarang perbedaan yang signifikan itu diabaikan. Mereka menganggap bahwa cinta itu menerima kekasih dengan apa adanya, tanpa alasan apapun, tidak peduli dengan perbadaan-perbedaan yang ada.(pantaslah orang berkata kalau cinta itu buta dan tuli)

Padahal menurut pengamatan saya, mengabaikan perbedaan yang ada adalah suatu kesalahan yang besar, dan sangat sulit ditolerir. Sekarang saya coba bijaksana (andai berhasil):

Apabila anda menemukan seseorang yang menyatakan bahwa dia mencintai anda dengan  sepenuh hati, jangan lekas jatuh cinta padanya.
Mengapa? Karena tandanya dia melupakan kasihnya kepada Tuhan dan keluarganya.
*Jika seseorang hanya memfokuskan cintanya pada anda, bagaimana ia bisa lebih peduli dan cinta kepada pihak yang semestinya diutamakan, sulit memprioritaskan sesuatu yang penting dengan benar.

Apabila anda menemukan seseorang yang mencintai anda segitu besarnya, sehingga rela bertentangan dengan pandangan dan pendapat orang tua nya dan memilih untuk membela anda dengan segala cara, jangan biarkan dia mencintai anda.
Mengapa? Karena dengan anda membiarkan dia mencintai anda, berarti anda membiarkan dia melakukan dosa besar.
*Jika seseorang berani menentang pendapat orang tuanya, tandanya kelak dia tidak akan segan juga menentang pendapat anda di kemudian hari saat anda sudah menjadi miliknya. Orang tua yang mengurusnya dan membiayai sejak dari bayi hingga dewasa saja dia tidak hormati, apalagi anda yang baru dikenalnya setelah sudah dewasa.

Apabila anda menemukan seorang yang mencintai anda dengan rela meninggalkan agamanya, jangan pernah memilih dia untuk menjadi pasangan hidup sejati anda.
Mengapa? Karena dia tidak akan pernah menjadi kekasih yang menghargai anda, dan dia sesungguhnya adalah pengkhianat.
*Tuhan yang menciptakan, melindungi, memberkati nya  saja bisa dia tinggalkan, jual cintanya terhadap pengorbanan Dia yang menebus dosa nya, apalagi anda yang hanya manusia biasa? dia bukan orang yang setia.

Mencintai / mengasihi yang sebenarnya adalah tidak akan pernah bertentangan dengan ajaran-ajaran Tuhan.
Jika anda ingin menilai sejauh mana kualitas mengasihi yang anda miliki, itu mudah saja..
Lihatlah apakah anda sudah mengikuti aturan main mengasihi yang diajarkanNya atau belum.

                                            - love is not forced and does not expect a reply-



Sunday, April 22, 2012

There are Lessons Behind the Failures

There are Lessons Behind the Failures

Rasa putus asa sepertinya rajin sekali mengusik hidup saya. Terakhir kali saya berputus asa yaitu pada pembagian hasil study semester 3. Dimana saya meyakini bahwa saya tidak akan mengulang pelajaran Akuntansi Manajemen 1, karena saya cukup mengerti, dan juga dosennya cakap dalam mengajar, serta sepertinya tidak irit dalam memberi nilai.. kebalikannya, saya malah sungguh kuatir dengan nilai Manajemen Keuangan Lanjutan, saya kuatir jika saya harus kembali mempelajari mata kuliah yang cukup menantang tersebut, dimana jika saya harus mengulang pelajaran MKL tersebut, otomatis saya akan menunggu setahun lagi untuk mengambilnya, karena pelajaran itu ditempuh saya dalam pelajaran non-regular class. Terbayang rasa lelah saya nanti. 

Saya berdoa setiap malam selewat ujian akhir, berharap saya tidak mesti mengulang MKL itu, karena jika itu tidak mengulang, saya yakin, semua pelajaran lainnya itu nilainya tidak ada yang jatuh, dan saya berhasil menoreh IP yang cukup baik. 

Setelah sekitar hampir sebulan, maka dapat dilihatlah hasil study semester 3 itu. Dengan harap-harap cemas, saya membukanya by online. Untuk melihatnya saja saya perlu menahan nafas, karena begitu besarnya rasa kuatir. Dan… sungguh saya kaget sekali, karena nilai MKL saya lulus dengan nilai cukup baik, tapi Akuntansi Manajemen saya yang awalnya sungguh saya yakini berhasil dengan nilai baik, malah saya kena harus mengulang lagi, Karena tidak memuaskan.

Perasaan senang dan putus asa bercampur jadi 1. Saya bahagia, juga kecewa berat. Perasaan itu seperti hampa, tidak dapat dijabarkan dengan kata-kata puitis sekalipun.
Apa yang tidak saya kira, saya mendapatkannya. Dua sisi yang bertolak belakang. Seperti mimpi manis yang terbangun karena ada gempa bumi. 

Saya bersyukur pada Tuhan karena telah mengabulkan doa saya tentang hasil MKL yang tidak buruk, dilain sisi pikiran saya penuh dengan tanda tanya yang besar, kenapa tragis dengan Akmen saya..?! apa yang salah? Saya tidak merasa telah menganggap enteng pelajaran itu, saya belajar dengan waktu yang banyak untuk latihan soal Akmen itu. Tapi.. KENAPA??? 

Saya ingin sekali menangis kecewa, tetapi saya tidak bisa.. karena pengharapan saya pada MKL sudah terwujud.. Jika anda pernah mengalami hal seperti ini, pasti tau bagaimana rasanya. Saya mencoba untuk tetap bertahan dalam pikiran positif saya, sungguh sulit..

Kata-kata setan yang mengintimidasi saya dengan kuatnya: “kamu bodoh, kena ngulang.. malu-maluin banget sih.. katanya kamu anak Tuhan, kenapa kamu malu-maluin Dia? Bukannya kamu yakin kalo Dia, Tuhanmu, Yesus Kristus itu mampu membuatmu jadi kepala dan bukan ekor? Kan kalo kamu ngulang nih pelajaran, semua orang jadi bisa liat kamu tuh ga qualified.. mending juga kamu jangan ngaku anak Dia deh.. buat malu aja tau! kuasaNya yang besar ga keliatan deh gara-gara kamu..”

Kata-kata itu terus bergema di kepala saya.. ingin rasanya meledakan nya pake dinamit khusus penangkal tuh intimidasi.. tapi, inilah saya manusia, saya tidak mampu membela diri.. saya merasa kata-kata itu memang benar.. kegagalan saya membuat Tuhan jadi kecewa. Saya melihat sekeliling saya, teman-teman dekat saya di kampus, mereka yang beriman pada Tuhan, memiliki prestasi yang luar biasa.. tampaknya, mereka benar-benar berhasil membuat Tuhan bangga. 

Malu dan kesal rasanya kalo inget-inget saya kayanya ga kasih kontribusi apa-apa buat kemuliaan Tuhan.. Tuhan yang selalu nolong saya.. sabar banget gitu ngurusin saya yang ga berharga ini. Saya bahkan belum menemukan apa kelebihan saya, sehingga beberapa orang bisa cukup suka jika berbincang dengan saya, dilain pihak, jika ada sesuatu yang sedikit tidak mengenakan, terkadang mereka juga suka dengan bercanda dengan berkata: “ ini ketularan Nesia..”
Jika mood saya sedang baik, maka saya menanggapinya dengan biasa-biasa saja, bahkan saya ikut tertawa, tetapi jika mood saya sedang kurang baik, maka saya akan berpikir : segitu buruknya kelakuan saya selama ini ya.. Mungkin ada baik juga jika saya sedang mood kurang baik, karena saya bisa jadi orang yang sadar.. hha.. pernah ada yang mengatakan bahwa saya adalah orang yang moody. Dan saya akui itu memang benar. Itu kelemahan diri yang sulit diatur..

Kembali pada masalah intimidasi tadi, saya men-sharingkan nya dengan kawan seiman di kampus, kemudian dia berkata: “kamu jangan ngeliat ke atas terus dong.. kamu pinter ko.. coba kamu liat sekeliling kamu, banyak yang IP nya di bawah kamu.. lebih banyak dibanding yang di atas kamu. emang kamu bergaul sama orang-orang yang pinter di kampus ini, syukurin lah, itu bisa jadi acuan kamu. “ (kurang lebih seperti itu pembicaraannya)

Jika saya mendengarnya, saya bisa saja men-persepsikan nya ke dalam 2 bentuk:
1. Saya tidak cukup tangguh untuk bersaing dengan orang-orang pintar tersebut
2. Saya terlalu banyak membandingkan diri dengan orang lain, sehingga sulit untuk bersyukur dan terus stuck tanpa perkembangan signifikan

Saya tau, bahwa saya tidak boleh memperlakukan diri sendiri dengan hina. Karena Tuhan sudah memberikan hidupNya buat saya, kenapa saya harus menjerumuskan diri saya sendiri dengan memilih mendengarkan intimidasi setan itu? Dengan terus kecewa, saya tetap saja tidak akan bisa merubah masa lalu kan? Saya hanya bisa memperbaikinya di masa yang akan datang, ketika masih ada kesempatan.
Saya sepenuhnya yakin, bahwa setiap kejatuhan yang saya alami itu semua bukan karena Tuhan tidak memiliki kuasa lebih untuk menolong saya, tetapi itu karena salah saya sendiri, dan juga itu adalah sebuah pengasah kualitas hidup supaya saya jadi lebih baik lagi. 

Orang yang berhasil adalah orang yang pernah tau bagaimana kegagalan itu, dan kegagalan ada karena keberhasilan pernah dirasakan sebelumnya juga kan..
Maka dari itu, dari hasil sharing bersama teman saya itu, saya memutuskan untuk mengambil persepsi saya yang kedua, saya tidak ingin memiliki pikiran yang negatif dan menjadi musuh bagi diri saya sendiri. Kemudian berusaha untuk melakukan improvisasi dalam sistem belajar saya yang mungkin selama ini masih banyak kekurangan. 

Saya juga mendapatkan pelajaran penting dari permasalahan ini: adalah akan lebih baik jika kita tidak memfokuskan diri pada kegagalan kita, tetapi lihat di sisi lain, kesuksesan dan pengaharapan yang terkabul, itu anugrah yang besar.. bersyukurlah..

-this life to be thankful for, not to be cursed-

Songs that Define your Feelings

Songs that Define your Feelings


Ketika seseorang merasa sedih, pada umumnya mereka akan mulai mendengarkan lagu-lagu yang bernuansa sedih, begitu juga ketika patah hati, mendengarkan lagu cinta yang berlirik galau.. Pokonya mendengarkan lagu yang sepertinya mampu mewakili, atau juga mengekspresikan perasaan mereka, mengintepretasikannya dengan setepat mungkin. 

Hal itu tidaklah aneh, dan tampaknya sudah menjadi “kebiasaan.” Semakin lama seorang yang sedih itu mendengar lagu “intimidasi diri” semakin lama semakin ia merasa menjadi orang yang benar-benar hancur. Orang yang putus cinta mendengar lagu “pengkhianatan, penyesalan, kepedihan, kemarahan”, akan menjadi semakin kesal dengan kondisi yang dialaminya. 
Hal ini bisa dibuktikan dengan lebih lakunya lagu yang jenis demikian dibandingkan dengan lagu penyemangat, apalagi lagu rohani.. 

Sebenarnya, setelah sekian lama saya mengamati hal seperti ini, saya mendapatkan kesimpulan bahwa perasaan kita bisa tergantung pada lagu apa yang kita dengar. Perasaan kita bisa semakin menjadi terekspolitasi dengan menghayati inti lirik dari lagu yang kita dengar. Dan ini bukan hal yang sepele. Ini adalah hal yang cukup penting untuk diperhatikan. 

Merasakan kepedihan yang berlarut-larut bukan hal yang baik. Tetapi masih banyak orang yang belum menyadari bahwa apa yang mereka lakukan, dalam pembahasan ini adalah mendengarkan lagu sendu atau kemarahan, akan membuat mereka menjadi sedemikian terpuruknya. Bahaya lagi, jika orang yang dalam suasana hati baik, kemudian mendengarkan lagu sedih, ia jadi teringat dengan masa lalunya yang menyakitkan, dan suasana hatinya mendadak berubah menjadi suram.. 

Dulu, saya juga termasuk ke dalam list orang-orang yang kasihan seperti ini. Ketika saya sedih, maka saya akan memilih untuk mendengarkan lagu yang “membantu” saya mewakili perasaan itu, seperti lagu yang menyalahkan diri, lagu kekalahan, kekecewaan, lagu R&B yang sedikit mengandung penghinaan, rasanya lagu itu khusus dibuat untuk orang-orang macam saya. Dan itu menghibur..  dalam kepahitan. 

Namun lama-kelamaan saya merasa lelah dan coba mencari apa sih hal yang buat saya menjadi sedemikian hancur dan gagal sampai berlarut-larut..? setelah saya selidiki, dan merasa cukup yakin dengan hasil penyelidikan saya, yaitu lagu yang saya dengar dapat membentuk kepribadian, akhirnya saya mulai coba membiasakan diri untuk mendengar lagu rohani dan lagu-lagu pembangkit semangat . Dan itu benar-benar terasa jauh lebih baik dan menyenangkan.
Apa yang kita dengar dan kita hayati, itu bisa menjadi alasan kita bertindak menjadi lebih baik atau menjadi lebih buruk. Oleh karena itu, akhir-akhir ini saya merasa begitu prihatin dengan lagu-lagu dunia pada umumnya yang beredar gencar saat ini, yang semakin banyak mengandung arti lirik tentang kegelisahan, kegalauan, dendam, kebencian, merasa ditinggalkan, diabaikan, pencemaran, penghujatan, dan banyak hal negative lainnya. 

Ketika suatu hari teman saya bertanya : “Nes, kamu lebih milih lagunya enak tapi lirik ga gitu bagus, atau pilih lirik bagus, tapi lagunya kurang enak?”, maka saya menjawab: “emang saya mesti milih ya? Saya milih dua-duanya mesti enak dong.. haha.. tapi kalo ga ketemu, tentu saya pilih yang lirik nya bagus.. mengandung penguatan dan penyemangat diri.. tidak masalah kalo musiknya kurang oke, karena yang dapat membangun diri kita itu adalah kata-kata, bukan sekedar musik pengiring..” 

Jadi, menurut saya, akan lebih bijaksana apabila seseorang yang suka mendengarkan musik, mulai mencoba menghindari lagu-lagu dalam konotasi “negative” yang seperti saya jabarkan di atas, dan mulai beralih ke dalam lagu rohani, atau juga lagu-lagu yang mengintepretasikan self motivation. 
Saya juga masih dalam pembelajaran, dan akan terus saya coba aplikasikan, sehingga tidak lagi meratapi kondisi yang menyebalkan, dan mulai melihat hari-hari baik, serta mengucap syukur akan penyertaan Tuhan yang begitu luar biasa selama hidup ini.

 - little things that are not visible, sometimes it can be an instrument of self destruction- 


Tuesday, March 20, 2012

Focus to Yourself


Focus to Yourself

Sangat banyak orang berkata bahwa jika kita terlalu banyak membantu masalah orang lain, maka waktu yang kita buang untuk mengurus diri sendiri itu menjadi lebih sedikit. Alhasil pekerjaan kita seringkali berbuahkan hasil yang tidak maksimal.
Ya, saya cukup setuju dengan itu. 

Renungan ini membantu saya mendapatkan jawaban terhadap pertanyaan tentang kinerja saya selama ini. Saya sering sekali tidak mendapatkan hasil yang baik dalam melakukan berbagai tugas yang ada. Salah satu nya mungkin ya karena alasan di atas.

Saya mengalami yang namanya lelah pikiran. Saya menghabiskan cukup banyak energi saya untuk urusan diluar diri saya. Istilah “kepo” yang lagi booming sekarang ini mungkin bisa jadi memang cocok dengan saya. Meskipun kadang tidak jarang pula orang salah memahami arti dari “kepo” itu sendiri.
Bagi orang yang pandai me-manage diri, membantu orang bukanlah sebuah hal yang membuatnya kehilangan kesempatan melakukan tugasnya yang terbaik juga menjadi helper yang handal. Hanya masalahnya, kemampuan setiap orang dalam mengendalikan pikiran dan tenaga itu berbeda-beda tingkatannya. 

Melakukan hal-hal kecil seperti sering sms an, menghabiskan waktu untuk sekedar chatting basa-basi, itu juga merupakan suatu hal yang tidak sepenuhnya negative, tapi yang pasti itu membuat waktu kita terbuang. Membantu teman melepaskan bebannya, dengan cara menjadi pendengar setia, itu memerlukan waktu yang tidak sebentar dan juga butuh sumber daya pikiran, saat diminta saran.
Tidak mungkin bagi setiap orang untuk menghindar dari tugas sosial seperti itu..
Karena ketika kita melakukannya juga bersama orang lain, hubungan timbal-balik pasti tejadi. 

Ntah ini adalah keuntungan atau kerugian jika saya bukan lah tipe orang yang jika teman curhat, lalu dengan mudahnya mendengarkan dia berbicara dan kemudian cukup dengan memberi komentar dan sedikit saran, dan setelah berkahir, saya akan melupakan pembicaraan itu, dan segera kembali ke aktivitas saya, tanpa ada sedikit pun bayang-bayang curhat an tadi. Jarangkah orang seperti saya? saya juga tidak tahu. 

Jika anda bertanya apakah saya merasa senang dengan kondisi jiwa seperti itu?
Maka saya akan berkata: Tidak!! Rasanya sebagian dari kekuatan saya jadi hilang menguap ntah kemana. Apalagi jika ada orang yang curhat pada saya, kemudian saya dengan sukarela memberinya saran, lalu kemudian mendapati dia tidak ada usaha melakukan perubahan ke arah yang lebih baik, dan kemudian malah sibuk mencari sumber saran dari orang lain yang dimana menurut saya orang tersebut tidak  lebih sesuai diajak pembicaraan dengan topik seperti itu. (bukannya sombong, tapi memang kenyataan bahwa ada orang yang baik membahas masalah ini, tapi tidak bijak diajak membahas masalah itu.. orang punya talenta masing-masing, dan itu bisa dinilai oleh orang lain). Itu mengecewakan.

Saya sadar, bahwa saya bukan lah orang yang bisa memberi saran terbaik dalam setiap permasalahan yang diajukan orang lain kepada saya. Saya bukan orang yang pandai berkata-kata, juga saya tidak memiliki pemikiran luar biasa, yang dapat selalu memuaskan setiap curhat an orang.
Dan saya mendapati jawaban nya beberapa waktu terkahir, mengapa sekalipun orang merasa saya tidak bisa memberi mereka jalan keluar terbaik, tapi tetap jika ada masalah mereka curhat ke saya, itu karena: orang curhat biasanya hanya butuh didengarkan.. mereka tidak sepenuhnya ingin mendapat saran apalagi kritikan. 

Saya menulis ini juga sadar, bahwa ini terdengar nyata jika saya itu kurang pintar ya.. haha
it’s okay, saya tidak keberatan jika ada orang menilai saya seperti itu, bagi saya yang penting adalah bagaimana saya bisa menikmati keberadaan diri saya dan semakin mengandalkan Tuhan. 

Kenyataan ini membuat saya jadi berpikir bahwa saya selama ini belum mempraktekan apa yang seharusnya saya lakukan. Saya belum mengoptimalkan diri saya untuk fokus pada diri sendiri dulu, baru orang lain.
Selama ini saya berpikir bahwa hukum tabur tuai memang akan terjadi, jika saya membantu orang lain, pasti kelak saya akan mendapat bantuan juga. Dan itu memang terjadi. Rasa bersalah saya terhadap perlakuan ke diri sendiri sedikit terobati dengan kenyataan yang saya terima ini. 

Namun demikian, saya tetap harus merubah kehidupan saya menuju ke cara hidup yang lebih baik.
Saya harus lebih banyak meluangkan waktu untuk mengatur keperluan saya sendiri dulu, membangun kekuatan yang cukup untuk diri sendiri, dan kemudian barulah jika saya sudah kuat, maka saya baru bisa membantu orang lain dengan lebih baik. 

Ketika saat itu datang, saya juga akan berusaha membantu orang lain tidak dengan keterpaksaan dan merasa itu adalah beban, tetapi saya akan membantu orang lain dengan tulus. Meskipun dengan membantu secara tulus tak jarang bantuan itu melebihi apa yang diharapkan orang lain, dan menurut orang dunia “ih kepo banget deh tuh orang” atau “wah cari muka.. mau dianggap orang bae”, itu tidak masalah. Saya yang melakukannya, mengapa harus orang lain yang lelah memikirkannya untuk saya? Saya enjoy dengan perbuatan yang saya yakini itu menyenangkan dan tidak membawa kerugian , malah keuntungan. 

-build your power by focusing to yourself more, then you can help another without significant difficulties-

Saturday, March 17, 2012

Self Control

Self Control
Saya merasa sedih sekaligus bahagia beberapa hari ini. Sepertinya ada saja sesuatu yang membuat saya kembali harus mengevaluasi diri atas apa yang telah saya katakan dan lakukan.
Evaluasi satu belum selesai, sudah datang yang berikutnya. Sebenarnya saya tau, jika Tuhan nyatanya sedang membantu saya untuk membentuk kepribadian saya yang lebih baik, sesuai dengan apa yang Ia harapkan. Saya bersyukur sekali.. 

Peringatan dan penyadaran dari orang tua saya, saudara saya, teman-teman, mengenai sikap saya selama ini, sedikit membuat saya kecewa terhadap diri sendiri.. Mengapa saya begitu punya banyak kelemahan? Saya selalu berusaha untuk melakukan yang terbaik dalam menghadapi segala sesuatunya. Tapi pada nyatanya, hal tersebut sungguh tidak mudah. 

Pertama, saya itu plin-plan sekali.. membuat keputusan yang terlalu cepat, dan baru menimbangnya lebih jauh lagi di kemudian. Karena saya sendiri  tidak terlalu suka jika bertanya pada seseorang, dan mendapatkan jawaban dalam waktu yang relatif lama. Tapi tetap saja kelemahan ya kelemahan. 

Kedua, sepertinya saya termasuk orang yang terlalu banyak bicara.. sehingga kata-kata yang kurang penting sekalipun seringkali saya ucapkan. Dan sifat humoris saya mungkin juga suka berlebihan. Apapun yang berlebihan sekalipun itu hal menyenangkan, itu tidak baik. Saya sadar itu.

Ketiga, saya kurang peduli terhadap hal yang tidak berkaitan dengan keperluan saya, padahal jika saya memberikan waktu untuk memperhatikan nya, itu bisa saja menjadi hal yang berguna dalam menambah ilmu pengetahuan saya.

Keempat, prinsip hidup saya yang seringkali terbalik dengan orang pada umumnya (tapi tentu yang kurang baik, namanya juga kelemahan..), yaitu, untuk kasus pekerjaan yang tidak harus segera dikumpulkan, seperti pekerjaan di rumah, saya lebih senang menghabiskan waktu untuk bersantai terlebih dahulu baru kemudian setelah puas baru mengerjakan tugas yang ada. Padahal orang berkata: “bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian”, tapi bagi saya itu kebalikannya. Mengapa? Karena saya berpikir dangkal; yaitu bahwa umur manusia tidak ada yang tau.. kalau saya tiba-tiba mati, tentu saya tidak kecewa karena telah melewatkan kesenangan itu. Haha (pikiran yang tidak cukup rasional ya..)

Kelima, saya lebih cepat mengedepankan amarah, sebelum saya mampu menenangkan diri. Saya bisa begitu kesal jika saya sudah membayangkan apa yang akan saya lakukan setelah ini, setelah itu, dan kemudian ternyata ada hal lain yang tiba-tiba membuat perencanaan kegiatan saya berantakan. 

Dan masih banyaaakk lagi kekurangan saya, yang pada intinya saya menarik suatu kesimpulan yang cukup realistis, yaitu tentang  sumber dari segala sumber ; akar dari semua kekurangan saya itu adalah Kontrol diri yang masih belum maksimal.

Kesimpulan itu menjadi sebuah kata kunci yang begitu berarti untuk menjadi target utama perombakan kepribadian saya yang masih begitu labil.

Semua penyadaran ini saya dapatkan dari Tuhan yang mau membawa saya menjadi pribadi yang unggul. Saya percaya itu. Dan saya tidak akan tinggal diam dan pura-pura bisa mengabaikan kekurangan itu semua. Melainkan saya akan terus berusaha sebisa mungkin untuk mengalami perubahan yang lebih berarti. 

-evaluations must be taken because the value is the same as the buried gold-

Dare to Protest, Dare to Give the Resolution


Dare to Protest, Dare to Give the Resolution

Baru 2 minggu saya memulai perkuliahan di semester baru ini, saya sudah mendapat pelajaran yang berharga. Dimana setiap harinya dosen mengajar mahasiswanya untuk berpikir lebih kritis dari yang mereka pernah lakukan sebelumnya. Memberikan tugas kelompok dan meminta kami untuk mempresentasikannya sudah menjadi hal yang biasa. 

Sekalipun kegiatan sejenis ini sudah berlangsung sejak SMA, tapi di perkuliahan intensitas dilakukannya jauh lebih sering, dan itu membuat pikiran saya kembali harus bekerja ekstra. Anda harus bisa memberikan tanggapan dan resolusi terhadap permasalahan yang anda bahas.

Dosen saya menjadi teladan yang baik, dengan memberikan contoh yang tepat. Beliau menceritakan bagaimana ia melihat kondisi perekonomian Indonesia yang begitu memprihatinkan. Dimana Indonesia sebagai negara yang agraris yang memiliki sumber daya alam melimpah serta tenaga kerja yang banyak, belum diolah dan diberdayakan secara efektif dan efisien. 

Hasil bumi Indonesia banyak di ekspor ke negara luar, dengan keuntungan yang minim bagi Indonesia, dan malah memberikan income yang jauh lebih besar bagi negara yang di ekspor. Kenapa? Karena teknologi Indonesia yang masih ketinggalan dan tidak secanggih negara maju, sehingga Indonesia mengekspor banyak bahan baku mentah saja, yang kemudian baru diolah di negara yang diekspor tersebut dan mendatangkan keuntungan berlipat-lipat kali ganda ketika negara maju tersebut menjualnya secara massal. Barang jadi dengan bahan baku mentah kan harga jualnya jauh lebih tinggi barang jadi. Maka tentulah pendapatan Indonesia tidak sebanyak negara maju tersebut. Setuju? Ya… Indonesia kasian.. 

Saya membenarkan perkataan dosen itu, tapi beliau berkata tidak hanya sampai disitu saja. Tidak selesai dengan merenungkan nasib bangsa, dan hanya bisa memprotes pemerintahan yang belum mengoptimalkan potensi yang dimiliki negara ini saja. Ternyata beliau ikut memikirkan cara bagaimana supaya kesejahteraan rakyat Indonesia, terlebih para petani bisa menjadi lebih baik. Beliau melakukan aksi.  

Beliau membentuk tim revolusi (ide sendiri, bukan diminta pemerintah), dengan mengumpulkan anggotanya yang terdiri dari beberapa dosen, mahasiswa, dan ahli” lainnya dari berbagai jurusan, seperti dari fakultas teknik, kimia, sosiologi, pengusaha, dan berbagai golongan lainnya, dimana tujuan dibentuknya tim itu adalah untuk membuat perubahan yang cukup hebat untuk mendobrak perekonomian rakyat jelata tersebut. Beliau beserta dengan rekan-rekan tim lainnya, mulai memikirkan cara merancang sebuah mesin berteknologi canggih, membuatnya untuk mengolah sumber daya alam yang dimiliki, memperkenalkan nya ke berbagai kalangan, dan mulai memproduksi mesin itu lebih banyak, dan dijual.
Hasilnya? membanggakan dan memuaskan. 

Saya tidak bisa menceritakan nya lebih detail, karena kisah perjuangan mengharukan itu cukup panjang. :)

Inti dari cerita beliau itu menyadarkan saya dengan sangat, bahwa jika anda merasa ada sesuatu masalah jangan hanya merenungi dan menyalahkan keadaan, ataupun pihak lain saja. Melainkan, mulailah untuk berhenti bersungut-sungut, dan segera rencanakan perubahan apa yang akan diambil, dan lakukan perubahan itu. 
Anda berani protes, harus bisa memberikan jalan keluar juga terhadap masalah tersebut. Jangan hanya banyak menyalahkan dan mengintimidasi siapa pun. 

Saya terinspirasi dari pengalaman beliau, dan mulai berpikir untuk melakukan perubahan pola pikir seperti yang beliau lakukan. Saya akan selalu mencoba untuk tidak hanya meratapi situasi yang kurang baik, tetapi juga menemukan jalan keluarnya. Dan sungguh baiknya, jika semua orang juga mulai memperhatikan hal baik tersebut. 

-things will not change if there is no proper planning and action-



Monday, March 5, 2012

Choice of Life

Choice of Life


Hari ini saya ingin berbagi apa yang ada di pikiran saya akhir-akhir ini..
Saya sudah melihat tentang bagaimana orang mudah membuat rencana dan juga mudah untuk menyerah ketika mereka menemukan masalah dalam jalan pada mencapai target.

Sebagai ilustrasi sederhana:

Ketika
seorang pemuda ingin memulai membangun bisnis sendiri, ia akan melakukan apapun untuk membuat keinginannya menjadi kenyataan. Seorang tersebut mulai memikirkan dan menerapkan 9P yang dimana dalam dalam ilmu marketing adalah: (Planning, People/Prospects, Product, Price, Promotion, Place/Distribution, Partners, Presentation, Passion: Intense, driving or overmastering feelings, Emotion).

Semakin lama ia menjalani  bisnis barunya, semakin sering ia menemukan masalah, semakin ia merasa tidak beruntung. Pada mulanya, ia tau bahwa tantangan itu adalah hal yang wajar akan dialami seorang pebisnis baru seperti dirinya, namun keyakinan nya luntur begitu ia mengalami sebuah masalah yang jauh lebih besar dari yang pernah ia lalui sebelum-sebelumnya. Akhirnya bisnis yang  dibangun dengan susah payah itu terpaksa ia hentikan karena ia merasa lelah dengan tanggung jawab dan beban yang ia tanggung. Ternyata pemuda tersebut belum cukup mental yang kuat dan komitmen yang konsisten untuk berada di dalam bisnis yang semakin dinamis jaman sekarang ini.

Banyak bukan orang yang mengalami nasib serupa seperti pemuda tersebut?
Merasa telah melakukan persiapan yang cukup, coba mengaplikasikan ilmu marketing yang pernah dipelajari, tapi masih bisa mengalami kegagalan.

Pertanyaan standar sekelas 5W1H pun terangkat ke pemukaan seperti biasa..

Apa yang salah??
Saya sebagai mahasiswi fakultas management, dengan senang hati akan coba meninjau kasus ini lebih seksama dan memberikan tanggapan saya..
Beberapa hal penting yang mungkin senantiasa terlewat oleh new entrance tersebut adalah: 

  • Tidak semua orang tau persis akan kemampuan dan talenta yang dimilikinya, sehingga tidak jarang jika kegagalan itu datang karena ia salah mengambil langkah atau pekerjaan dalam memulai karirnya.
  • Melangkah dalam keraguan dan bayang-bayang bisnis masa depan yang menakutkan (padahal belum tentu terjadi)
  • Mismanagement
  • Terlalu mengandalkan diri sendiri, tidak menyertakan Tuhan dalam pekerjaannya, mengabaikan gagasan dan ide” dari karyawan nya, juga melupakan nasihat orang yang lebih berpengalaman

  • Terlalu takut mengambil resiko namun terlalu banyak bermimpi mendapatkan keuntungan maksimal (dream n think more, do less)
  • Malas mengembangkan skill dan ilmu yang dimiliknya
  • Relationship terhadap partner bisnis, employees, supplier, customer yang tidak terjalin dengan baik
  • Sulit mengontrol diri
  • Dan masih banyak hal lain yang ikut serta berpartisipasi dalam kegagalan tersebut.

Adapun tindakan yang semestinya dilakukan (masih menurut saya) adalah:

  • Lakukan perencanaan dengan matang (tidak lupa meminta tuntunan Tuhan)
  •   Persiapkan diri semaksimal mungkin
  • Mulai melangkah
  •  Berani bertahan dalam kesesakan sekalipun saat anda tau bahwa anda berjalan di jalur yang benar
  • Percaya kekuatan anda, orang-orang disekitar yang bekerja bersama dengan anda membangun impian kesuksesan anda, dan andalkan Tuhan dalam mengambil segala keputusan 
  • Kembangkan ilmu
  • Lakukan evaluasi terhadap performance anda secara rutin, dan lakukan perubahan kebaikan kualitas
  • Tunjukan integritas anda dengan memiliki mental baja dan komitmen yang layak diacungkan  jempol
      Dan…
  • Kuasai diri sendiri ; lalu Selesaikan apa yang telah anda targetkan

Jika kita sadari, lebih banyak pintu yang terbuka untuk menuju sukses daripada pintu menuju kegagalan.

Pintu yang tertutup memang tidak selalu mengarah pada keburukan, bisa saja itu adalah pintu kesuksesan paling besar, tapi percayalah, Tuhan membiarkan kita melalui pintu yang lain dulu sebelum akhirnya kita bisa masuk ke pintu sukses terbesar tersebut. Karena Tuhan ingin melihat seberapa besar usaha dan perjuangan yang kita keluarkan untuk kita bisa menang. Seberapa layak kita dapat dibanggakan dan mendapat pujian.

Tuhan menguji, bukan memberikan cobaan. Karena pencobaan pada dasarnya bertujuan untuk menjatuhkan, tetapi ujian brtujuan untuk meningkatkan kualitas.  

So, akankah anda menunggu kesempatan datang menghampiri anda?
Saya rasa tidak.. pintu tidak akan terbuka dengan sendirinya jika tidak ada yang mencoba membukanya :)

-do your best for your best life- 






Sunday, March 4, 2012

God is Way Out


God is Way Out

Sudah lewat beberapa hari kejadian ini sebenarnya, hanya saja saya baru ingat untuk menuliskannya sebagai bahan renungan.. 

Waktu itu anjing kecil saya masuk ke ranjang kecil yang sudah dilengkapi dengan seprai. Dia masuk ke dalam seprai itu, dan akhirnya ranjang kecil itu pun terjatuh. Itu kebiasaan dia yang lucu sebagai hiburan kami sekeluarga.
Karena kami iseng, kami sengaja memanggil-manggil nama dia terus, berharap segera melihat wajahnya yang lucu tergesa-gesa keluar menghampiri kami. Namun tidak seperti biasanya dia yang biasanya dapat dengan mudah keluar dari persembunyian nya itu, kali ini mengalami kesulitan keluar. Mungkin karena seprai ranjang kecil itu terbalik posisi depan belakangnya tidak sama seperti kemarin-kemarin, dan juga badan dia sudah berada dalam balutan seprai itu seluruhnya. 

Semakin sulit dia keluar, semakin kami tertawa terbahak-bahak dan memanggil namanya semakin terus-menerus. Percayalah, dia terlihat semakin konyol  :p
Kami sengaja memanggil namanya terus juga, supaya dia bisa mengikuti suara kami dan berhasil keluar.
Tapi yang dia lakukan adalah maju mundur di tempat, ketika hampir menemukan jalan keluar, dia kembali mundur lagi, karena kuatir dan merasa itu jalan yang salah. 

Sampai waktu yang cukup lama, akhirnya dia keluar juga.. wajahnya terlihat cukup lelah.. haha

Ketika kami melihat tingkahnya tersebut, kami jadi berpikir, sepertinya ini sama seperti Tuhan yang di Sorga melihat kita manusia di bumi. 

Manusia selalu berusaha mencari jalannya sendiri untuk keluar dari masalah, sekalipun sebenarnya hanya membutuhkan selangkah lagi untuk keluar dan bebas, manusia tidak dapat melihatnya, dan malah berjalan mundur kembali karena merasa jalan yang sedang dilaluinya itu menuju jalan buntu.
Mungkin kalau Tuhan tega bicara langsung ke kita “ya ampun anakKu ko bodoh sekali kamu nak.. itu uda ada jalan keluarnya, uda ada terang yang Aku kasih ke kamu, ko kamu malah sibuk cape sendiri cari jalan keluar laen sih? Rumit amat hidupmu nak nak..” 

Ketika Tuhan memanggil, manusia malah masih sibuk sendiri dengan dirinya, sehingga suara tuntunan Tuhan yang begitu keras pun jadi tidak terdengar, karena pikiran manusia nya yang telah dipenuhi dengan kecemasan, ketakutan, dan hal-hal memusingkan lain yang sebenarnya tidak begitu penting.
Sehingga apa  yang dipikirkan dan direncanakan manusia dengan apa yang Tuhan nyatakan atas dirinya seringkali bertentangan. Karena manusia melihat hanya sebatas apa yang mampu dipandangnya, tetapi Tuhan melihat dengan lebih luas, lebih jelas, pandangannya tak terbatas. Dan Dia tau apa yang terbaik untuk kita manusia. 

Dia sungguh luar biasa sabar menuntun kita umatNya keluar dari kegelapan.
Tuhan mengerti kita hanya manusia biasa yang sangat rapuh dan sangat perlu dikasihani serta ditolong dengan tanganNya yang kuat.


So, tenangkanlah diri kita, supaya kita bisa berdoa dan mendengar suara Tuhan yang dimana membimbing kita menelusuri jalanNya yang benar, tanpa “nyasar”. 

-don't rely on your force to walk out from your problems, but rely on God power in every steps that you take-




Saturday, March 3, 2012

God the Glory (the story of me *3*)


 God the Glory (the story of me *3*)

Guys, meskipun Tuhan menciptakan manusia serupa dan segambar Nya, manusia dan Tuhan berbeda sekali.. 

Tuhan :
1 domba yang hilang lebih berharga ketimbang 99 domba lainnya yang ada di depan mata, 1 orang berdosa yang bertobat mendatangkan sukacita lebih dari pada 99 orang benar yang tidak memerlukan pertobatan.
Manusia:
Jika seorang telah ditegur beberapa kali tapi masih belum menunjukan adanya perubahan yang signifikan, maka yang dilakukan adalah meninggalkan orang tersebut dan lebih baik berfokus pada hal lain yang mendatangkan kebaikan bagi dirinya sendiri. 

Tuhan :
seberapa sibuknya Dia, mengatur alam semesta ini beserta tata surya, juga makhluk hidup ciptaanNya, Dia selalu memiliki waktu untuk umatNya dan bahkan tidak pernah melupakan apalagi meninggalkan mereka, manusia adalah prioritas utama bagiNya.
Manusia :
Kenaikan jabatan yang berdampak tugas dan tanggung jawab lebih dari sebelumnya, membuat manusia dengan mudah mengajukan beribu-ribu alasan untuk tidak bersekutu denganNya.

Tuhan :
mau memberikan nyawaNya untuk menebus dosa manusia, sekalipun manusia menyangkalNya.
Manusia:
Jiwa saya lebih berharga dari pada orang lain. Jika saya yang hidup, maka lebih banyak jiwa yang dapat saya tolong ketimbang jika orang lain yang hidup (padahal belum tentu terbukti).

Tuhan:
sesakit hati apapun Tuhan terhadap perilaku manusia, Tuhan melupakan semuanya dan tidak pernah mengingat-ingat lagi ketika kita bertobat, dan Dia tetap berusaha keras untuk menarik umatNya kembali di jalan yang telah dibuatNya untuk masing-masing mereka  menurut kehendakNya yang baik.
Manusia:
Jika pernah disakiti oleh siapapun, manusia tidak akan pernah bisa benar-benar melupakannya, dan bahkan sebegitu sakit hatinya, jika bisa memilih, mereka lebih ingin jika bisa melupakan orang-orang tersebut, dan menganggap tidak pernah bertemu. 

Tuhan:
kasihNya, kesetianNya, kesabaranNya, pengampunanNya, penyertaanNya, berkatNya, tidak ada batas.
Manusia:
sebatas mereka mampu melakukan menurut ukuran yang mereka tetapkan sendiri. 

Dan banyak hal lain yang membuat manusia begitu jauh berbeda dan terlihat begitu kerdil.
Jika kita tidak pernah mau menempatkan Tuhan berotoritas penuh pada diri kita, maka hal seperti di atas tidak akan pernah berubah. Tetapi jika Tuhan bekerja atas kita, maka kita tidak lagi menjadi diri kita sendiri yang begitu penuh ke-egoisan, melainkan kita akan hidup disempurnakan dari hari ke hari menjadi lebih berkenan dihadapanNya. 

Ada kisah yang ingin saya sharing kan sekarang, bagaimana Tuhan bisa memperbaiki sistem paradigma saya yang selama ini salah. Dulu saya selalu mengatakan Tuhan menempati tempat pertama di hati saya, tetapi nyatanya tidak! Saya lebih senang menghabiskan waktu bersama teman-teman, dan lebih sering terpikirkan tentang bagaimana kabar teman saya yang ini, yang itu, begitu penuh dengan hal yang useless, tanpa meluangkan waktu lebih untuk duduk diam di bawah kakiNya, dengan keluarga juga tidak terlalu sering. Pikiran yang begitu kacau.. 

Teman saat itu bagi saya adalah sesuatu yang begitu berharga dan tidak boleh diabaikan.
Sehingga pernah ada saat dimana saya bergantung pada teman untuk mendapatkan penghiburan, dan hal yang bisa membuat saya tertawa melepaskan beban pikiran.
Namun akhirnya dengan berjalannya waktu, saya kembali mulai disadarkan lebih keras oleh Tuhan, bahwa semua yang ada di dunia ini adalah sementara. Ketika manusia berharap pada manusia lainnya, maka itu adalah sia-sia dan dosa. 

Ketika saya jatuh ke dalam dosa tersebut, tampaknya Tuhan dengan senang hati membuktikan frimanNya  itu adalah benar adanya kepada saya. 
 Tuhan memisahkan saya dari sahabat saya, kami menempuh pendidikan di tempat yang berbeda. 

Awalnya saya menganggap tidak akan ada hal yang begitu dahsyat yang bisa melunturkan pertemanan baik kami. Saya selalu percaya bahwa meskipun kami berada di tempat yang berbeda , kami bisa terus menjadi teman yang memiliki hubungan erat seperti waktu dulu. Saya pikir modalnya cukup hanya dengan saling percaya jika kami masih begitu berharga bagi satu sama lain. Itu saja.

Jalan beberapa waktu, tidak ada sesuatu yang terlihat salah pada relasi persahabatan kami ini. Namun tahun berganti tahun, komunikasi antara kami menjadi lebih jarang. Saya mulai berpikir, mengapa saya lebih sering meng-contact nya sebagai usaha keep in touch, ketimbang dia yang menanyai kabar saya. Kecewa? Tentu.
saya yakin orang yang pernah memiliki kisah percintaan yang bertepuk sebelah tangan pasti memahami perasaan seperti ini lebih detail. (bedanya ini kasus persahabatan, bukan percintaan.. hha)

Kemudian di saat seperti itu, saya memberanikan diri untuk menyatakan perasaan saya yang mengganggu pikiran tersebut kepada dia (andai saya dulu bukan tipe orang yang rumit, saya pasti tidak ingin memikirkannya, apalagi sampai membahasnya dengan dia).

Dan jawabannya yang cukup jelas membuat saya terhenyak adalah kejujurannya yang mengatakan kalau dia begitu benci dengan kehidupan nya dulu, sehingga dia ingin melupakan semua kenangannya di masa itu, baik yang bagus maupun tidak (termasuk saya di dalamnya yang dulu pernah menjadi teman baiknya). 

Sempurna… kisah sedih yang sempurna.. 

Sakit hati? Jelas.
Merasa bodoh karena telah berusaha mempertahankan rasa yakin yang kuat akan persahabatan kami yang “baik-baik” saja padahal sudah telihat tanda" kelonggaran? Sangat.
Berpikir bahwa saya dan dia sama-sama orang yang patut dikasihani, karena kami sama-sama dalam keadaan memprihatinkan walaupun beda masalah? Ya..Tentu.

Keyakinan awal saya yang luar biasa luntur seketika. Rasa pedihnya luar biasa.. saya merasa dibuang dari kehidupannya dan menjadi orang yang tidak berharga, yang dimana sementara itu dilain pihak selama ini saya menjaga baik pribadinya di dalam hati saya sebagai sahabat yang istimewa.

Sepertinya Tuhan tau benar kartu mati saya. Dia ingin saya memiliki hati 1 yang penuh untukNya, bukan untuk orang lain.. dan Dia berhasil ! kesalkah saya? Tidak! Saya malah bersyukur sekali. Saya bersyukur luar biasa, karena Tuhan berhasil menarik saya kembali ke pelukan kasihNya. 

Namun demikian, sampai sekarang saya masih begitu mengasihi teman baik saya itu, dia juga tampak sudah berubah, sudah berdamai dengan masa lalunya, dan dipulihkan Tuhan menjadi pribadi yang lebih berkualitas. Saya mengikuti ajaranNya yang tidak kenal lelah untuk mengasihi sesama. Dan saya telah berusaha melupakan kesedihan itu sampai detik ini. Menjalankan pertemanan kami seperti pernyataan semua itu tidak pernah ada. Dan itu membuat saya merasa jauh lebih baik. 

Semenjak Tuhan mengambil alih hidup saya, saya merasa dunia saya benar-benar diperbarui, dunia ini terasa begitu berbeda. Apapun yang dulunya saya anggap adalah kepahitan dan kesedihan, kini bisa menjadi pelajaran yang bermanfaat.

Saya lebih bahagia ketika saya berkomunikasi denganNya, dimanapun dan kapanpun. Dia pribadi yang selalu ada, mendengarkan, mengerti, dan memberikan jawaban paling tepat dan tidak pernah terlambat, kapanpun saya perlukan. Tidak sama dengan manusia yang tidak selalu memiliki waktu untuk kita, tidak selalu berada disisi kita 24 jam. 

Dan dengan membaca firmanNya, dan berdoa tiap saat, maka kebaikan itu pasti akan muncul dengan sendirinya, karena ketika saya melakukan firman, maka itu semua adalah hal baik. Saya lebih mengasihi orangtua dan keluarga saya, saya lebih menghormati sesama, saya bisa menghargai diri sendiri, dan saya merasa lebih tenang ketika bersekutu denganNya. Karena Dia yang membuat saya merasa begitu istimewa.
Dia benar-benar di tempat pertama di hati saya sekarang! bukan sekedar hanya ucapan bibir semata..  
Tuhan dahsyat abis!

-do not run away from problems, but look more closely why God let it all happen-

the survivors


The Survivors

Tidak pernah ada hari libur bagi mereka yang bekerja banting tulang mencari uang untuk sekedar melewati hari-hari mereka di dunia ini.

Awalnya selama kurang lebih 1.5 tahun saya pulang pergi dari kampus ke rumah (Jakarta – Serang *perjuangan yang lumayan melelahkan untuk mengkonsumsi pendidikan), saya tidak pernah terlalu sadar dan peduli memikirkan lingkungan tempat saya biasa lalui, orang-orang yang berlalu lalang di hadapan saya. 

Setiap kali saya berada di Kebon Jeruk (tempat dimana banyak orang menunggu bus), setiap kali itu juga pasti banyak pedagang asongan yang mondar –mandir di depan saya. Ketika bus berhenti untuk mencari penumpang, secara langsung tanpa dikomandoi, para pedagang asongan itu langsung menyerbu masuk ke dalam bus. Penyanyi jalanan pun tentu tidak ikut ketinggalan. 

Begitu mereka beramai-ramai merambah masuk menjajalkan dagangannya ke penumpang, jujur saya sebenarnya merasa terusik. Bayangkan saja, pedagang itu masuk dengan berbagai variasi dagangan, ada yang jual tahu, mainan anak, buku gambar anak, buah-buahan, buku atlas kecil, pemotong wortel/kentang, kacamata plus, bahkan kamus Inggris-Indonesia (gila saya sampai hafal! ahaha),  yang dimana mereka meneriakan barang dagangan masing-masing mereka bawa secara bersama-sama!  

tahu-tahu
pemotong wortel nya buat di dapur
maenan anaknya ya bapak ibu, di Monas harganya 25 ribu, saya cukup 10 ribu aja (hahahah)
buku gambar buat si kecil
salak-salak
kamus nya, bahasa Inggris penting buat belajar
dan lain-lain nya disusul dengan penyanyi bergitar..
(untung aja ga ada yang teriak “bayi gelondongan nya boleh ya.. lol)

Ampun deh.. ribet banget kan tuh denger segitu banyaknya kata dalam satu waktu bersamaan..
(kalo di Statistika, itu disebut non mutually exclusive events pada materi probabilitas.. hahaha)
belum lagi, sesuatu yang sama mengganggunya = bau matahari dan keringat pedagang itu yang uda dari pagi kerja. Lengkap sudah keistimewaan fasilitas kendaraan umum di Jakarta ini.
Baru beberapa hari yang lalu, saya kembali melihat pedagang kamus Inggris-Indonesia itu di bawah terik dan panasnya matahari, berusaha untuk menjual dagangannya itu ke orang-orang di sekitarnya, dan tidak ada yang beli. Beliau terlihat sudah lelah, usianya juga tidak muda, bajunya sudah basah dengan keringat. Lalu baru kali ini saya dengan tiba-tiba berpikir “kasian, gimana cara dia ngelewatin hidup kalo barang dagangannya ga laku-laku? Dia sehari bisa jual berapa kamus ya? Berapa untung yang dia dapet dari penjualan 1 kamus? Trus dibandingin sama berapa pengeluarannya tiap hari? Dia punya keluarga berapa orang yang mesti ditanggung kehidupannya? Ko dia masih bisa bertahan sampai hari ini hanya dengan menjual kamus? Hebat..”

Sementara itu beberapa hal yang masuk di logika saya adalah, kamus Inggris-Indonesia yang dia jual selama ini minim sekali peminatnya (termasuk saya sih, tapi kalo saya uda jelas alasannya, karena di rumah uda punya 4 kamus, itupun uda cukup membuat meja saya terlihat penuh dengannya).

Kamus itu harganya lumayan tidak murah, kalau tidak salah itu 75 ribu dan 150 ribu, sementara orang malas membuang uang sebesar itu jika menurutnya bukanlah prioritas utama, atau mungkin juga alasan sama seperti saya yang sudah memiliki kamus cukup banyak di rumah, ditambah ada juga orang yang masih konservatif pemikirannya, yaitu kamus Inggris ga penting, cukup dengerin guru di sekolah juga bisa (padahal itu salah besar), ada juga mungkin karena kualitas kamus yang terlihat kurang begitu bagus, yaitu terlihat mudah lepas dari covernya, dan alasan-alasan lainnya. Banyak alasan bagi costumer menolak membeli product yang ditawarkan seller kan..?

Meskipun demikian, para pedagang seperti itu ternyata memiliki semangat jualan yang tinggi dan tidak mudah menyerah. Mereka tetap menjalankan bisnis kecilnya walaupun tidak menghasilkan banyak uang. Setidaknya mereka masih melakukan sesuatu yang tidak kriminal dan bisa survive! 

Tuhan memberkati semua makhluk ciptaanNya! 

Burung di udara yang tidak menabur dan tidak menuai saja diberi makan olehNya, dipeliharaNya, apalagi manusia yang diciptakan lebih mulia dari semua makhluk hidup yang ada…! 

Tidak ada gunanya malu berlebihan yang menyebabkan kita tidak mau berusaha dan bekerja lagi, karena orang yang mengejek kelemahan kita nyatanya lari menjauhkan diri tidak membantu sama sekali. Hanya diri kita sendiri dan Tuhan yang tahu secara jelas seberapa mampu kita bisa bangkit dan pulih dari keterpurukan menuju ke hidup yang lebih berkualitas.

-don’t stuck and cry because of our present, but think something bigger for the future-