Dare to Protest, Dare
to Give the Resolution
Baru 2 minggu saya memulai perkuliahan di semester baru ini,
saya sudah mendapat pelajaran yang berharga. Dimana setiap harinya dosen
mengajar mahasiswanya untuk berpikir lebih kritis dari yang mereka pernah lakukan sebelumnya.
Memberikan tugas kelompok dan meminta kami untuk mempresentasikannya sudah menjadi hal yang biasa.
Sekalipun kegiatan sejenis ini sudah berlangsung sejak SMA,
tapi di perkuliahan intensitas dilakukannya jauh lebih sering, dan itu membuat
pikiran saya kembali harus bekerja ekstra. Anda harus bisa memberikan tanggapan
dan resolusi terhadap permasalahan yang anda bahas.
Dosen saya menjadi teladan yang baik, dengan memberikan
contoh yang tepat. Beliau menceritakan bagaimana ia melihat kondisi
perekonomian Indonesia yang begitu memprihatinkan. Dimana Indonesia sebagai
negara yang agraris yang memiliki sumber daya alam melimpah serta tenaga kerja yang banyak,
belum diolah dan diberdayakan secara efektif dan efisien.
Hasil bumi Indonesia banyak di ekspor ke negara luar, dengan
keuntungan yang minim bagi Indonesia, dan malah memberikan income yang jauh
lebih besar bagi negara yang di ekspor. Kenapa? Karena teknologi Indonesia yang
masih ketinggalan dan tidak secanggih negara maju, sehingga Indonesia
mengekspor banyak bahan baku mentah saja, yang kemudian baru diolah di negara yang
diekspor tersebut dan mendatangkan keuntungan berlipat-lipat kali ganda ketika negara maju tersebut menjualnya secara massal. Barang jadi dengan bahan
baku mentah kan harga jualnya jauh lebih tinggi barang jadi. Maka tentulah pendapatan Indonesia tidak sebanyak negara maju tersebut. Setuju? Ya…
Indonesia kasian..
Saya membenarkan perkataan dosen itu, tapi beliau berkata
tidak hanya sampai disitu saja. Tidak selesai dengan merenungkan nasib bangsa, dan
hanya bisa memprotes pemerintahan yang belum mengoptimalkan potensi yang dimiliki negara ini saja. Ternyata beliau ikut memikirkan cara bagaimana
supaya kesejahteraan rakyat Indonesia, terlebih para petani bisa menjadi lebih
baik. Beliau melakukan aksi.
Beliau membentuk tim revolusi (ide sendiri, bukan diminta pemerintah), dengan mengumpulkan anggotanya yang terdiri dari beberapa
dosen, mahasiswa, dan ahli” lainnya dari berbagai jurusan, seperti dari fakultas
teknik, kimia, sosiologi, pengusaha, dan berbagai golongan lainnya, dimana tujuan dibentuknya tim itu adalah untuk membuat perubahan yang cukup hebat untuk mendobrak perekonomian
rakyat jelata tersebut. Beliau beserta dengan rekan-rekan tim lainnya, mulai
memikirkan cara merancang sebuah mesin berteknologi canggih, membuatnya untuk mengolah sumber daya alam yang dimiliki,
memperkenalkan nya ke berbagai kalangan, dan mulai memproduksi mesin itu lebih
banyak, dan dijual.
Hasilnya? membanggakan dan memuaskan.
Saya tidak bisa menceritakan nya lebih detail, karena kisah
perjuangan mengharukan itu cukup panjang. :)
Inti dari cerita beliau itu menyadarkan saya dengan sangat,
bahwa jika anda merasa ada sesuatu masalah jangan hanya
merenungi dan menyalahkan keadaan, ataupun pihak lain saja. Melainkan, mulailah
untuk berhenti bersungut-sungut, dan segera rencanakan perubahan apa yang akan diambil, dan lakukan
perubahan itu.
Anda berani protes, harus bisa memberikan jalan keluar juga terhadap masalah
tersebut. Jangan hanya banyak menyalahkan dan mengintimidasi siapa pun.
Saya terinspirasi dari pengalaman beliau, dan mulai berpikir
untuk melakukan perubahan pola pikir seperti yang beliau lakukan. Saya akan
selalu mencoba untuk tidak hanya meratapi situasi yang kurang baik, tetapi juga menemukan jalan keluarnya. Dan sungguh baiknya, jika semua orang juga mulai
memperhatikan hal baik tersebut.
-things will not change if there is no proper planning and action-
No comments:
Post a Comment