The Survivors
Tidak pernah ada hari libur bagi mereka yang bekerja banting
tulang mencari uang untuk sekedar melewati hari-hari mereka di dunia ini.
Awalnya selama kurang lebih 1.5 tahun saya pulang pergi dari
kampus ke rumah (Jakarta – Serang *perjuangan yang lumayan melelahkan untuk
mengkonsumsi pendidikan), saya tidak pernah terlalu sadar dan peduli memikirkan
lingkungan tempat saya biasa lalui, orang-orang yang berlalu lalang di hadapan
saya.
Setiap kali saya berada di Kebon Jeruk (tempat dimana
banyak orang menunggu bus), setiap kali itu juga pasti banyak pedagang asongan yang
mondar –mandir di depan saya. Ketika bus berhenti untuk mencari penumpang, secara
langsung tanpa dikomandoi, para pedagang asongan itu langsung menyerbu masuk ke
dalam bus. Penyanyi jalanan pun tentu tidak ikut ketinggalan.
Begitu mereka beramai-ramai merambah masuk menjajalkan
dagangannya ke penumpang, jujur saya sebenarnya merasa terusik. Bayangkan saja,
pedagang itu masuk dengan berbagai variasi dagangan, ada yang jual tahu, mainan
anak, buku gambar anak, buah-buahan, buku atlas kecil, pemotong wortel/kentang,
kacamata plus, bahkan kamus Inggris-Indonesia (gila saya sampai hafal! ahaha), yang dimana mereka meneriakan barang dagangan masing-masing mereka bawa secara bersama-sama!
tahu-tahu
pemotong wortel nya buat di dapur
maenan anaknya ya bapak ibu, di Monas harganya 25 ribu, saya cukup 10 ribu aja (hahahah)
buku gambar buat si kecil
salak-salak
kamus nya, bahasa Inggris penting buat belajar
dan lain-lain nya disusul dengan penyanyi bergitar..
(untung aja ga ada yang teriak “bayi gelondongan nya boleh ya.. lol)
pemotong wortel nya buat di dapur
maenan anaknya ya bapak ibu, di Monas harganya 25 ribu, saya cukup 10 ribu aja (hahahah)
buku gambar buat si kecil
salak-salak
kamus nya, bahasa Inggris penting buat belajar
dan lain-lain nya disusul dengan penyanyi bergitar..
(untung aja ga ada yang teriak “bayi gelondongan nya boleh ya.. lol)
Ampun deh.. ribet banget kan tuh denger segitu banyaknya kata
dalam satu waktu bersamaan..
(kalo di Statistika, itu disebut non mutually exclusive events pada materi probabilitas.. hahaha)
belum lagi, sesuatu yang sama mengganggunya = bau matahari dan keringat pedagang itu yang uda dari pagi kerja. Lengkap sudah keistimewaan fasilitas kendaraan umum di Jakarta ini.
(kalo di Statistika, itu disebut non mutually exclusive events pada materi probabilitas.. hahaha)
belum lagi, sesuatu yang sama mengganggunya = bau matahari dan keringat pedagang itu yang uda dari pagi kerja. Lengkap sudah keistimewaan fasilitas kendaraan umum di Jakarta ini.
Baru beberapa hari yang lalu, saya kembali melihat pedagang kamus
Inggris-Indonesia itu di bawah terik dan panasnya matahari, berusaha untuk
menjual dagangannya itu ke orang-orang di sekitarnya, dan tidak ada yang beli. Beliau
terlihat sudah lelah, usianya juga tidak muda, bajunya sudah basah dengan
keringat. Lalu baru kali ini saya dengan tiba-tiba berpikir “kasian, gimana
cara dia ngelewatin hidup kalo barang dagangannya ga laku-laku? Dia sehari bisa jual
berapa kamus ya? Berapa untung yang dia dapet dari penjualan 1 kamus? Trus dibandingin sama berapa
pengeluarannya tiap hari? Dia punya keluarga berapa orang yang mesti ditanggung
kehidupannya? Ko dia masih bisa bertahan sampai hari ini hanya dengan menjual
kamus? Hebat..”
Sementara itu beberapa hal
yang masuk di logika saya adalah, kamus Inggris-Indonesia yang dia jual selama
ini minim sekali peminatnya (termasuk saya sih, tapi kalo saya uda jelas
alasannya, karena di rumah uda punya 4 kamus, itupun uda cukup membuat meja
saya terlihat penuh dengannya).
Kamus itu harganya lumayan tidak murah, kalau tidak salah
itu 75 ribu dan 150 ribu, sementara orang malas membuang uang sebesar itu jika
menurutnya bukanlah prioritas utama, atau mungkin juga alasan sama seperti saya
yang sudah memiliki kamus cukup banyak di rumah, ditambah ada juga orang yang
masih konservatif pemikirannya, yaitu kamus Inggris ga penting, cukup dengerin
guru di sekolah juga bisa (padahal itu salah besar), ada juga mungkin karena
kualitas kamus yang terlihat kurang begitu bagus, yaitu terlihat mudah lepas
dari covernya, dan alasan-alasan lainnya. Banyak
alasan bagi costumer menolak membeli product yang ditawarkan seller kan..?
Meskipun demikian, para pedagang seperti itu ternyata memiliki
semangat jualan yang tinggi dan tidak mudah menyerah. Mereka tetap menjalankan
bisnis kecilnya walaupun tidak menghasilkan banyak uang. Setidaknya mereka
masih melakukan sesuatu yang tidak kriminal dan bisa survive!
Tuhan memberkati semua makhluk ciptaanNya!
Burung di udara yang tidak menabur dan tidak menuai saja diberi
makan olehNya, dipeliharaNya, apalagi manusia yang diciptakan lebih mulia dari semua
makhluk hidup yang ada…!
Tidak ada gunanya malu berlebihan yang menyebabkan
kita tidak mau berusaha dan bekerja lagi, karena orang yang mengejek kelemahan
kita nyatanya lari menjauhkan diri tidak membantu sama sekali. Hanya diri kita
sendiri dan Tuhan yang tahu secara jelas seberapa mampu kita bisa bangkit dan
pulih dari keterpurukan menuju ke hidup yang lebih berkualitas.
No comments:
Post a Comment