Saturday, March 3, 2012

God the Glory (the story of me *3*)


 God the Glory (the story of me *3*)

Guys, meskipun Tuhan menciptakan manusia serupa dan segambar Nya, manusia dan Tuhan berbeda sekali.. 

Tuhan :
1 domba yang hilang lebih berharga ketimbang 99 domba lainnya yang ada di depan mata, 1 orang berdosa yang bertobat mendatangkan sukacita lebih dari pada 99 orang benar yang tidak memerlukan pertobatan.
Manusia:
Jika seorang telah ditegur beberapa kali tapi masih belum menunjukan adanya perubahan yang signifikan, maka yang dilakukan adalah meninggalkan orang tersebut dan lebih baik berfokus pada hal lain yang mendatangkan kebaikan bagi dirinya sendiri. 

Tuhan :
seberapa sibuknya Dia, mengatur alam semesta ini beserta tata surya, juga makhluk hidup ciptaanNya, Dia selalu memiliki waktu untuk umatNya dan bahkan tidak pernah melupakan apalagi meninggalkan mereka, manusia adalah prioritas utama bagiNya.
Manusia :
Kenaikan jabatan yang berdampak tugas dan tanggung jawab lebih dari sebelumnya, membuat manusia dengan mudah mengajukan beribu-ribu alasan untuk tidak bersekutu denganNya.

Tuhan :
mau memberikan nyawaNya untuk menebus dosa manusia, sekalipun manusia menyangkalNya.
Manusia:
Jiwa saya lebih berharga dari pada orang lain. Jika saya yang hidup, maka lebih banyak jiwa yang dapat saya tolong ketimbang jika orang lain yang hidup (padahal belum tentu terbukti).

Tuhan:
sesakit hati apapun Tuhan terhadap perilaku manusia, Tuhan melupakan semuanya dan tidak pernah mengingat-ingat lagi ketika kita bertobat, dan Dia tetap berusaha keras untuk menarik umatNya kembali di jalan yang telah dibuatNya untuk masing-masing mereka  menurut kehendakNya yang baik.
Manusia:
Jika pernah disakiti oleh siapapun, manusia tidak akan pernah bisa benar-benar melupakannya, dan bahkan sebegitu sakit hatinya, jika bisa memilih, mereka lebih ingin jika bisa melupakan orang-orang tersebut, dan menganggap tidak pernah bertemu. 

Tuhan:
kasihNya, kesetianNya, kesabaranNya, pengampunanNya, penyertaanNya, berkatNya, tidak ada batas.
Manusia:
sebatas mereka mampu melakukan menurut ukuran yang mereka tetapkan sendiri. 

Dan banyak hal lain yang membuat manusia begitu jauh berbeda dan terlihat begitu kerdil.
Jika kita tidak pernah mau menempatkan Tuhan berotoritas penuh pada diri kita, maka hal seperti di atas tidak akan pernah berubah. Tetapi jika Tuhan bekerja atas kita, maka kita tidak lagi menjadi diri kita sendiri yang begitu penuh ke-egoisan, melainkan kita akan hidup disempurnakan dari hari ke hari menjadi lebih berkenan dihadapanNya. 

Ada kisah yang ingin saya sharing kan sekarang, bagaimana Tuhan bisa memperbaiki sistem paradigma saya yang selama ini salah. Dulu saya selalu mengatakan Tuhan menempati tempat pertama di hati saya, tetapi nyatanya tidak! Saya lebih senang menghabiskan waktu bersama teman-teman, dan lebih sering terpikirkan tentang bagaimana kabar teman saya yang ini, yang itu, begitu penuh dengan hal yang useless, tanpa meluangkan waktu lebih untuk duduk diam di bawah kakiNya, dengan keluarga juga tidak terlalu sering. Pikiran yang begitu kacau.. 

Teman saat itu bagi saya adalah sesuatu yang begitu berharga dan tidak boleh diabaikan.
Sehingga pernah ada saat dimana saya bergantung pada teman untuk mendapatkan penghiburan, dan hal yang bisa membuat saya tertawa melepaskan beban pikiran.
Namun akhirnya dengan berjalannya waktu, saya kembali mulai disadarkan lebih keras oleh Tuhan, bahwa semua yang ada di dunia ini adalah sementara. Ketika manusia berharap pada manusia lainnya, maka itu adalah sia-sia dan dosa. 

Ketika saya jatuh ke dalam dosa tersebut, tampaknya Tuhan dengan senang hati membuktikan frimanNya  itu adalah benar adanya kepada saya. 
 Tuhan memisahkan saya dari sahabat saya, kami menempuh pendidikan di tempat yang berbeda. 

Awalnya saya menganggap tidak akan ada hal yang begitu dahsyat yang bisa melunturkan pertemanan baik kami. Saya selalu percaya bahwa meskipun kami berada di tempat yang berbeda , kami bisa terus menjadi teman yang memiliki hubungan erat seperti waktu dulu. Saya pikir modalnya cukup hanya dengan saling percaya jika kami masih begitu berharga bagi satu sama lain. Itu saja.

Jalan beberapa waktu, tidak ada sesuatu yang terlihat salah pada relasi persahabatan kami ini. Namun tahun berganti tahun, komunikasi antara kami menjadi lebih jarang. Saya mulai berpikir, mengapa saya lebih sering meng-contact nya sebagai usaha keep in touch, ketimbang dia yang menanyai kabar saya. Kecewa? Tentu.
saya yakin orang yang pernah memiliki kisah percintaan yang bertepuk sebelah tangan pasti memahami perasaan seperti ini lebih detail. (bedanya ini kasus persahabatan, bukan percintaan.. hha)

Kemudian di saat seperti itu, saya memberanikan diri untuk menyatakan perasaan saya yang mengganggu pikiran tersebut kepada dia (andai saya dulu bukan tipe orang yang rumit, saya pasti tidak ingin memikirkannya, apalagi sampai membahasnya dengan dia).

Dan jawabannya yang cukup jelas membuat saya terhenyak adalah kejujurannya yang mengatakan kalau dia begitu benci dengan kehidupan nya dulu, sehingga dia ingin melupakan semua kenangannya di masa itu, baik yang bagus maupun tidak (termasuk saya di dalamnya yang dulu pernah menjadi teman baiknya). 

Sempurna… kisah sedih yang sempurna.. 

Sakit hati? Jelas.
Merasa bodoh karena telah berusaha mempertahankan rasa yakin yang kuat akan persahabatan kami yang “baik-baik” saja padahal sudah telihat tanda" kelonggaran? Sangat.
Berpikir bahwa saya dan dia sama-sama orang yang patut dikasihani, karena kami sama-sama dalam keadaan memprihatinkan walaupun beda masalah? Ya..Tentu.

Keyakinan awal saya yang luar biasa luntur seketika. Rasa pedihnya luar biasa.. saya merasa dibuang dari kehidupannya dan menjadi orang yang tidak berharga, yang dimana sementara itu dilain pihak selama ini saya menjaga baik pribadinya di dalam hati saya sebagai sahabat yang istimewa.

Sepertinya Tuhan tau benar kartu mati saya. Dia ingin saya memiliki hati 1 yang penuh untukNya, bukan untuk orang lain.. dan Dia berhasil ! kesalkah saya? Tidak! Saya malah bersyukur sekali. Saya bersyukur luar biasa, karena Tuhan berhasil menarik saya kembali ke pelukan kasihNya. 

Namun demikian, sampai sekarang saya masih begitu mengasihi teman baik saya itu, dia juga tampak sudah berubah, sudah berdamai dengan masa lalunya, dan dipulihkan Tuhan menjadi pribadi yang lebih berkualitas. Saya mengikuti ajaranNya yang tidak kenal lelah untuk mengasihi sesama. Dan saya telah berusaha melupakan kesedihan itu sampai detik ini. Menjalankan pertemanan kami seperti pernyataan semua itu tidak pernah ada. Dan itu membuat saya merasa jauh lebih baik. 

Semenjak Tuhan mengambil alih hidup saya, saya merasa dunia saya benar-benar diperbarui, dunia ini terasa begitu berbeda. Apapun yang dulunya saya anggap adalah kepahitan dan kesedihan, kini bisa menjadi pelajaran yang bermanfaat.

Saya lebih bahagia ketika saya berkomunikasi denganNya, dimanapun dan kapanpun. Dia pribadi yang selalu ada, mendengarkan, mengerti, dan memberikan jawaban paling tepat dan tidak pernah terlambat, kapanpun saya perlukan. Tidak sama dengan manusia yang tidak selalu memiliki waktu untuk kita, tidak selalu berada disisi kita 24 jam. 

Dan dengan membaca firmanNya, dan berdoa tiap saat, maka kebaikan itu pasti akan muncul dengan sendirinya, karena ketika saya melakukan firman, maka itu semua adalah hal baik. Saya lebih mengasihi orangtua dan keluarga saya, saya lebih menghormati sesama, saya bisa menghargai diri sendiri, dan saya merasa lebih tenang ketika bersekutu denganNya. Karena Dia yang membuat saya merasa begitu istimewa.
Dia benar-benar di tempat pertama di hati saya sekarang! bukan sekedar hanya ucapan bibir semata..  
Tuhan dahsyat abis!

-do not run away from problems, but look more closely why God let it all happen-

No comments: