Self Control
Saya merasa sedih sekaligus bahagia beberapa hari ini. Sepertinya
ada saja sesuatu yang membuat saya kembali harus mengevaluasi diri atas apa
yang telah saya katakan dan lakukan.
Evaluasi satu belum selesai, sudah datang yang berikutnya. Sebenarnya
saya tau, jika Tuhan nyatanya sedang membantu saya untuk membentuk kepribadian
saya yang lebih baik, sesuai dengan apa yang Ia harapkan. Saya bersyukur
sekali..
Peringatan dan penyadaran dari orang tua saya, saudara saya,
teman-teman, mengenai sikap saya selama ini, sedikit membuat saya kecewa
terhadap diri sendiri.. Mengapa saya begitu punya banyak kelemahan? Saya selalu
berusaha untuk melakukan yang terbaik dalam menghadapi segala sesuatunya. Tapi pada
nyatanya, hal tersebut sungguh tidak mudah.
Pertama, saya itu plin-plan sekali.. membuat keputusan yang
terlalu cepat, dan baru menimbangnya lebih jauh lagi di kemudian. Karena saya sendiri tidak terlalu suka jika bertanya pada seseorang,
dan mendapatkan jawaban dalam waktu yang relatif lama. Tapi tetap saja kelemahan ya
kelemahan.
Kedua, sepertinya saya termasuk orang yang terlalu banyak
bicara.. sehingga kata-kata yang kurang penting sekalipun seringkali saya
ucapkan. Dan sifat humoris saya mungkin juga suka berlebihan. Apapun yang berlebihan sekalipun
itu hal menyenangkan, itu tidak baik. Saya sadar itu.
Ketiga, saya kurang peduli terhadap hal yang tidak berkaitan
dengan keperluan saya, padahal jika saya memberikan waktu untuk memperhatikan nya,
itu bisa saja menjadi hal yang berguna dalam menambah ilmu pengetahuan saya.
Keempat, prinsip hidup saya yang seringkali terbalik dengan
orang pada umumnya (tapi tentu yang kurang baik, namanya juga kelemahan..),
yaitu, untuk kasus pekerjaan yang tidak harus segera dikumpulkan, seperti
pekerjaan di rumah, saya lebih senang menghabiskan waktu untuk bersantai
terlebih dahulu baru kemudian setelah puas baru mengerjakan tugas yang ada. Padahal orang berkata: “bersakit-sakit
dahulu, bersenang-senang kemudian”, tapi bagi saya itu kebalikannya. Mengapa? Karena
saya berpikir dangkal; yaitu bahwa umur manusia tidak ada yang tau.. kalau saya
tiba-tiba mati, tentu saya tidak kecewa karena telah melewatkan kesenangan itu. Haha (pikiran yang
tidak cukup rasional ya..)
Kelima, saya lebih cepat mengedepankan amarah, sebelum saya
mampu menenangkan diri. Saya bisa begitu kesal jika saya sudah membayangkan apa
yang akan saya lakukan setelah ini, setelah itu, dan kemudian ternyata ada hal
lain yang tiba-tiba membuat perencanaan kegiatan saya berantakan.
Dan masih banyaaakk lagi kekurangan saya, yang pada intinya
saya menarik suatu kesimpulan yang cukup realistis, yaitu tentang sumber dari segala
sumber ; akar dari semua kekurangan saya itu adalah Kontrol diri yang masih
belum maksimal.
Kesimpulan itu menjadi
sebuah kata kunci yang begitu berarti untuk menjadi target utama perombakan
kepribadian saya yang masih begitu labil.
Semua penyadaran ini saya dapatkan dari Tuhan yang mau
membawa saya menjadi pribadi yang unggul. Saya percaya itu. Dan saya tidak akan
tinggal diam dan pura-pura bisa mengabaikan kekurangan itu semua. Melainkan saya
akan terus berusaha sebisa mungkin untuk mengalami perubahan yang lebih
berarti.
-evaluations must be taken because the value is the same as the buried gold-
No comments:
Post a Comment