Tuesday, March 20, 2012

Focus to Yourself


Focus to Yourself

Sangat banyak orang berkata bahwa jika kita terlalu banyak membantu masalah orang lain, maka waktu yang kita buang untuk mengurus diri sendiri itu menjadi lebih sedikit. Alhasil pekerjaan kita seringkali berbuahkan hasil yang tidak maksimal.
Ya, saya cukup setuju dengan itu. 

Renungan ini membantu saya mendapatkan jawaban terhadap pertanyaan tentang kinerja saya selama ini. Saya sering sekali tidak mendapatkan hasil yang baik dalam melakukan berbagai tugas yang ada. Salah satu nya mungkin ya karena alasan di atas.

Saya mengalami yang namanya lelah pikiran. Saya menghabiskan cukup banyak energi saya untuk urusan diluar diri saya. Istilah “kepo” yang lagi booming sekarang ini mungkin bisa jadi memang cocok dengan saya. Meskipun kadang tidak jarang pula orang salah memahami arti dari “kepo” itu sendiri.
Bagi orang yang pandai me-manage diri, membantu orang bukanlah sebuah hal yang membuatnya kehilangan kesempatan melakukan tugasnya yang terbaik juga menjadi helper yang handal. Hanya masalahnya, kemampuan setiap orang dalam mengendalikan pikiran dan tenaga itu berbeda-beda tingkatannya. 

Melakukan hal-hal kecil seperti sering sms an, menghabiskan waktu untuk sekedar chatting basa-basi, itu juga merupakan suatu hal yang tidak sepenuhnya negative, tapi yang pasti itu membuat waktu kita terbuang. Membantu teman melepaskan bebannya, dengan cara menjadi pendengar setia, itu memerlukan waktu yang tidak sebentar dan juga butuh sumber daya pikiran, saat diminta saran.
Tidak mungkin bagi setiap orang untuk menghindar dari tugas sosial seperti itu..
Karena ketika kita melakukannya juga bersama orang lain, hubungan timbal-balik pasti tejadi. 

Ntah ini adalah keuntungan atau kerugian jika saya bukan lah tipe orang yang jika teman curhat, lalu dengan mudahnya mendengarkan dia berbicara dan kemudian cukup dengan memberi komentar dan sedikit saran, dan setelah berkahir, saya akan melupakan pembicaraan itu, dan segera kembali ke aktivitas saya, tanpa ada sedikit pun bayang-bayang curhat an tadi. Jarangkah orang seperti saya? saya juga tidak tahu. 

Jika anda bertanya apakah saya merasa senang dengan kondisi jiwa seperti itu?
Maka saya akan berkata: Tidak!! Rasanya sebagian dari kekuatan saya jadi hilang menguap ntah kemana. Apalagi jika ada orang yang curhat pada saya, kemudian saya dengan sukarela memberinya saran, lalu kemudian mendapati dia tidak ada usaha melakukan perubahan ke arah yang lebih baik, dan kemudian malah sibuk mencari sumber saran dari orang lain yang dimana menurut saya orang tersebut tidak  lebih sesuai diajak pembicaraan dengan topik seperti itu. (bukannya sombong, tapi memang kenyataan bahwa ada orang yang baik membahas masalah ini, tapi tidak bijak diajak membahas masalah itu.. orang punya talenta masing-masing, dan itu bisa dinilai oleh orang lain). Itu mengecewakan.

Saya sadar, bahwa saya bukan lah orang yang bisa memberi saran terbaik dalam setiap permasalahan yang diajukan orang lain kepada saya. Saya bukan orang yang pandai berkata-kata, juga saya tidak memiliki pemikiran luar biasa, yang dapat selalu memuaskan setiap curhat an orang.
Dan saya mendapati jawaban nya beberapa waktu terkahir, mengapa sekalipun orang merasa saya tidak bisa memberi mereka jalan keluar terbaik, tapi tetap jika ada masalah mereka curhat ke saya, itu karena: orang curhat biasanya hanya butuh didengarkan.. mereka tidak sepenuhnya ingin mendapat saran apalagi kritikan. 

Saya menulis ini juga sadar, bahwa ini terdengar nyata jika saya itu kurang pintar ya.. haha
it’s okay, saya tidak keberatan jika ada orang menilai saya seperti itu, bagi saya yang penting adalah bagaimana saya bisa menikmati keberadaan diri saya dan semakin mengandalkan Tuhan. 

Kenyataan ini membuat saya jadi berpikir bahwa saya selama ini belum mempraktekan apa yang seharusnya saya lakukan. Saya belum mengoptimalkan diri saya untuk fokus pada diri sendiri dulu, baru orang lain.
Selama ini saya berpikir bahwa hukum tabur tuai memang akan terjadi, jika saya membantu orang lain, pasti kelak saya akan mendapat bantuan juga. Dan itu memang terjadi. Rasa bersalah saya terhadap perlakuan ke diri sendiri sedikit terobati dengan kenyataan yang saya terima ini. 

Namun demikian, saya tetap harus merubah kehidupan saya menuju ke cara hidup yang lebih baik.
Saya harus lebih banyak meluangkan waktu untuk mengatur keperluan saya sendiri dulu, membangun kekuatan yang cukup untuk diri sendiri, dan kemudian barulah jika saya sudah kuat, maka saya baru bisa membantu orang lain dengan lebih baik. 

Ketika saat itu datang, saya juga akan berusaha membantu orang lain tidak dengan keterpaksaan dan merasa itu adalah beban, tetapi saya akan membantu orang lain dengan tulus. Meskipun dengan membantu secara tulus tak jarang bantuan itu melebihi apa yang diharapkan orang lain, dan menurut orang dunia “ih kepo banget deh tuh orang” atau “wah cari muka.. mau dianggap orang bae”, itu tidak masalah. Saya yang melakukannya, mengapa harus orang lain yang lelah memikirkannya untuk saya? Saya enjoy dengan perbuatan yang saya yakini itu menyenangkan dan tidak membawa kerugian , malah keuntungan. 

-build your power by focusing to yourself more, then you can help another without significant difficulties-

Saturday, March 17, 2012

Self Control

Self Control
Saya merasa sedih sekaligus bahagia beberapa hari ini. Sepertinya ada saja sesuatu yang membuat saya kembali harus mengevaluasi diri atas apa yang telah saya katakan dan lakukan.
Evaluasi satu belum selesai, sudah datang yang berikutnya. Sebenarnya saya tau, jika Tuhan nyatanya sedang membantu saya untuk membentuk kepribadian saya yang lebih baik, sesuai dengan apa yang Ia harapkan. Saya bersyukur sekali.. 

Peringatan dan penyadaran dari orang tua saya, saudara saya, teman-teman, mengenai sikap saya selama ini, sedikit membuat saya kecewa terhadap diri sendiri.. Mengapa saya begitu punya banyak kelemahan? Saya selalu berusaha untuk melakukan yang terbaik dalam menghadapi segala sesuatunya. Tapi pada nyatanya, hal tersebut sungguh tidak mudah. 

Pertama, saya itu plin-plan sekali.. membuat keputusan yang terlalu cepat, dan baru menimbangnya lebih jauh lagi di kemudian. Karena saya sendiri  tidak terlalu suka jika bertanya pada seseorang, dan mendapatkan jawaban dalam waktu yang relatif lama. Tapi tetap saja kelemahan ya kelemahan. 

Kedua, sepertinya saya termasuk orang yang terlalu banyak bicara.. sehingga kata-kata yang kurang penting sekalipun seringkali saya ucapkan. Dan sifat humoris saya mungkin juga suka berlebihan. Apapun yang berlebihan sekalipun itu hal menyenangkan, itu tidak baik. Saya sadar itu.

Ketiga, saya kurang peduli terhadap hal yang tidak berkaitan dengan keperluan saya, padahal jika saya memberikan waktu untuk memperhatikan nya, itu bisa saja menjadi hal yang berguna dalam menambah ilmu pengetahuan saya.

Keempat, prinsip hidup saya yang seringkali terbalik dengan orang pada umumnya (tapi tentu yang kurang baik, namanya juga kelemahan..), yaitu, untuk kasus pekerjaan yang tidak harus segera dikumpulkan, seperti pekerjaan di rumah, saya lebih senang menghabiskan waktu untuk bersantai terlebih dahulu baru kemudian setelah puas baru mengerjakan tugas yang ada. Padahal orang berkata: “bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian”, tapi bagi saya itu kebalikannya. Mengapa? Karena saya berpikir dangkal; yaitu bahwa umur manusia tidak ada yang tau.. kalau saya tiba-tiba mati, tentu saya tidak kecewa karena telah melewatkan kesenangan itu. Haha (pikiran yang tidak cukup rasional ya..)

Kelima, saya lebih cepat mengedepankan amarah, sebelum saya mampu menenangkan diri. Saya bisa begitu kesal jika saya sudah membayangkan apa yang akan saya lakukan setelah ini, setelah itu, dan kemudian ternyata ada hal lain yang tiba-tiba membuat perencanaan kegiatan saya berantakan. 

Dan masih banyaaakk lagi kekurangan saya, yang pada intinya saya menarik suatu kesimpulan yang cukup realistis, yaitu tentang  sumber dari segala sumber ; akar dari semua kekurangan saya itu adalah Kontrol diri yang masih belum maksimal.

Kesimpulan itu menjadi sebuah kata kunci yang begitu berarti untuk menjadi target utama perombakan kepribadian saya yang masih begitu labil.

Semua penyadaran ini saya dapatkan dari Tuhan yang mau membawa saya menjadi pribadi yang unggul. Saya percaya itu. Dan saya tidak akan tinggal diam dan pura-pura bisa mengabaikan kekurangan itu semua. Melainkan saya akan terus berusaha sebisa mungkin untuk mengalami perubahan yang lebih berarti. 

-evaluations must be taken because the value is the same as the buried gold-

Dare to Protest, Dare to Give the Resolution


Dare to Protest, Dare to Give the Resolution

Baru 2 minggu saya memulai perkuliahan di semester baru ini, saya sudah mendapat pelajaran yang berharga. Dimana setiap harinya dosen mengajar mahasiswanya untuk berpikir lebih kritis dari yang mereka pernah lakukan sebelumnya. Memberikan tugas kelompok dan meminta kami untuk mempresentasikannya sudah menjadi hal yang biasa. 

Sekalipun kegiatan sejenis ini sudah berlangsung sejak SMA, tapi di perkuliahan intensitas dilakukannya jauh lebih sering, dan itu membuat pikiran saya kembali harus bekerja ekstra. Anda harus bisa memberikan tanggapan dan resolusi terhadap permasalahan yang anda bahas.

Dosen saya menjadi teladan yang baik, dengan memberikan contoh yang tepat. Beliau menceritakan bagaimana ia melihat kondisi perekonomian Indonesia yang begitu memprihatinkan. Dimana Indonesia sebagai negara yang agraris yang memiliki sumber daya alam melimpah serta tenaga kerja yang banyak, belum diolah dan diberdayakan secara efektif dan efisien. 

Hasil bumi Indonesia banyak di ekspor ke negara luar, dengan keuntungan yang minim bagi Indonesia, dan malah memberikan income yang jauh lebih besar bagi negara yang di ekspor. Kenapa? Karena teknologi Indonesia yang masih ketinggalan dan tidak secanggih negara maju, sehingga Indonesia mengekspor banyak bahan baku mentah saja, yang kemudian baru diolah di negara yang diekspor tersebut dan mendatangkan keuntungan berlipat-lipat kali ganda ketika negara maju tersebut menjualnya secara massal. Barang jadi dengan bahan baku mentah kan harga jualnya jauh lebih tinggi barang jadi. Maka tentulah pendapatan Indonesia tidak sebanyak negara maju tersebut. Setuju? Ya… Indonesia kasian.. 

Saya membenarkan perkataan dosen itu, tapi beliau berkata tidak hanya sampai disitu saja. Tidak selesai dengan merenungkan nasib bangsa, dan hanya bisa memprotes pemerintahan yang belum mengoptimalkan potensi yang dimiliki negara ini saja. Ternyata beliau ikut memikirkan cara bagaimana supaya kesejahteraan rakyat Indonesia, terlebih para petani bisa menjadi lebih baik. Beliau melakukan aksi.  

Beliau membentuk tim revolusi (ide sendiri, bukan diminta pemerintah), dengan mengumpulkan anggotanya yang terdiri dari beberapa dosen, mahasiswa, dan ahli” lainnya dari berbagai jurusan, seperti dari fakultas teknik, kimia, sosiologi, pengusaha, dan berbagai golongan lainnya, dimana tujuan dibentuknya tim itu adalah untuk membuat perubahan yang cukup hebat untuk mendobrak perekonomian rakyat jelata tersebut. Beliau beserta dengan rekan-rekan tim lainnya, mulai memikirkan cara merancang sebuah mesin berteknologi canggih, membuatnya untuk mengolah sumber daya alam yang dimiliki, memperkenalkan nya ke berbagai kalangan, dan mulai memproduksi mesin itu lebih banyak, dan dijual.
Hasilnya? membanggakan dan memuaskan. 

Saya tidak bisa menceritakan nya lebih detail, karena kisah perjuangan mengharukan itu cukup panjang. :)

Inti dari cerita beliau itu menyadarkan saya dengan sangat, bahwa jika anda merasa ada sesuatu masalah jangan hanya merenungi dan menyalahkan keadaan, ataupun pihak lain saja. Melainkan, mulailah untuk berhenti bersungut-sungut, dan segera rencanakan perubahan apa yang akan diambil, dan lakukan perubahan itu. 
Anda berani protes, harus bisa memberikan jalan keluar juga terhadap masalah tersebut. Jangan hanya banyak menyalahkan dan mengintimidasi siapa pun. 

Saya terinspirasi dari pengalaman beliau, dan mulai berpikir untuk melakukan perubahan pola pikir seperti yang beliau lakukan. Saya akan selalu mencoba untuk tidak hanya meratapi situasi yang kurang baik, tetapi juga menemukan jalan keluarnya. Dan sungguh baiknya, jika semua orang juga mulai memperhatikan hal baik tersebut. 

-things will not change if there is no proper planning and action-



Monday, March 5, 2012

Choice of Life

Choice of Life


Hari ini saya ingin berbagi apa yang ada di pikiran saya akhir-akhir ini..
Saya sudah melihat tentang bagaimana orang mudah membuat rencana dan juga mudah untuk menyerah ketika mereka menemukan masalah dalam jalan pada mencapai target.

Sebagai ilustrasi sederhana:

Ketika
seorang pemuda ingin memulai membangun bisnis sendiri, ia akan melakukan apapun untuk membuat keinginannya menjadi kenyataan. Seorang tersebut mulai memikirkan dan menerapkan 9P yang dimana dalam dalam ilmu marketing adalah: (Planning, People/Prospects, Product, Price, Promotion, Place/Distribution, Partners, Presentation, Passion: Intense, driving or overmastering feelings, Emotion).

Semakin lama ia menjalani  bisnis barunya, semakin sering ia menemukan masalah, semakin ia merasa tidak beruntung. Pada mulanya, ia tau bahwa tantangan itu adalah hal yang wajar akan dialami seorang pebisnis baru seperti dirinya, namun keyakinan nya luntur begitu ia mengalami sebuah masalah yang jauh lebih besar dari yang pernah ia lalui sebelum-sebelumnya. Akhirnya bisnis yang  dibangun dengan susah payah itu terpaksa ia hentikan karena ia merasa lelah dengan tanggung jawab dan beban yang ia tanggung. Ternyata pemuda tersebut belum cukup mental yang kuat dan komitmen yang konsisten untuk berada di dalam bisnis yang semakin dinamis jaman sekarang ini.

Banyak bukan orang yang mengalami nasib serupa seperti pemuda tersebut?
Merasa telah melakukan persiapan yang cukup, coba mengaplikasikan ilmu marketing yang pernah dipelajari, tapi masih bisa mengalami kegagalan.

Pertanyaan standar sekelas 5W1H pun terangkat ke pemukaan seperti biasa..

Apa yang salah??
Saya sebagai mahasiswi fakultas management, dengan senang hati akan coba meninjau kasus ini lebih seksama dan memberikan tanggapan saya..
Beberapa hal penting yang mungkin senantiasa terlewat oleh new entrance tersebut adalah: 

  • Tidak semua orang tau persis akan kemampuan dan talenta yang dimilikinya, sehingga tidak jarang jika kegagalan itu datang karena ia salah mengambil langkah atau pekerjaan dalam memulai karirnya.
  • Melangkah dalam keraguan dan bayang-bayang bisnis masa depan yang menakutkan (padahal belum tentu terjadi)
  • Mismanagement
  • Terlalu mengandalkan diri sendiri, tidak menyertakan Tuhan dalam pekerjaannya, mengabaikan gagasan dan ide” dari karyawan nya, juga melupakan nasihat orang yang lebih berpengalaman

  • Terlalu takut mengambil resiko namun terlalu banyak bermimpi mendapatkan keuntungan maksimal (dream n think more, do less)
  • Malas mengembangkan skill dan ilmu yang dimiliknya
  • Relationship terhadap partner bisnis, employees, supplier, customer yang tidak terjalin dengan baik
  • Sulit mengontrol diri
  • Dan masih banyak hal lain yang ikut serta berpartisipasi dalam kegagalan tersebut.

Adapun tindakan yang semestinya dilakukan (masih menurut saya) adalah:

  • Lakukan perencanaan dengan matang (tidak lupa meminta tuntunan Tuhan)
  •   Persiapkan diri semaksimal mungkin
  • Mulai melangkah
  •  Berani bertahan dalam kesesakan sekalipun saat anda tau bahwa anda berjalan di jalur yang benar
  • Percaya kekuatan anda, orang-orang disekitar yang bekerja bersama dengan anda membangun impian kesuksesan anda, dan andalkan Tuhan dalam mengambil segala keputusan 
  • Kembangkan ilmu
  • Lakukan evaluasi terhadap performance anda secara rutin, dan lakukan perubahan kebaikan kualitas
  • Tunjukan integritas anda dengan memiliki mental baja dan komitmen yang layak diacungkan  jempol
      Dan…
  • Kuasai diri sendiri ; lalu Selesaikan apa yang telah anda targetkan

Jika kita sadari, lebih banyak pintu yang terbuka untuk menuju sukses daripada pintu menuju kegagalan.

Pintu yang tertutup memang tidak selalu mengarah pada keburukan, bisa saja itu adalah pintu kesuksesan paling besar, tapi percayalah, Tuhan membiarkan kita melalui pintu yang lain dulu sebelum akhirnya kita bisa masuk ke pintu sukses terbesar tersebut. Karena Tuhan ingin melihat seberapa besar usaha dan perjuangan yang kita keluarkan untuk kita bisa menang. Seberapa layak kita dapat dibanggakan dan mendapat pujian.

Tuhan menguji, bukan memberikan cobaan. Karena pencobaan pada dasarnya bertujuan untuk menjatuhkan, tetapi ujian brtujuan untuk meningkatkan kualitas.  

So, akankah anda menunggu kesempatan datang menghampiri anda?
Saya rasa tidak.. pintu tidak akan terbuka dengan sendirinya jika tidak ada yang mencoba membukanya :)

-do your best for your best life- 






Sunday, March 4, 2012

God is Way Out


God is Way Out

Sudah lewat beberapa hari kejadian ini sebenarnya, hanya saja saya baru ingat untuk menuliskannya sebagai bahan renungan.. 

Waktu itu anjing kecil saya masuk ke ranjang kecil yang sudah dilengkapi dengan seprai. Dia masuk ke dalam seprai itu, dan akhirnya ranjang kecil itu pun terjatuh. Itu kebiasaan dia yang lucu sebagai hiburan kami sekeluarga.
Karena kami iseng, kami sengaja memanggil-manggil nama dia terus, berharap segera melihat wajahnya yang lucu tergesa-gesa keluar menghampiri kami. Namun tidak seperti biasanya dia yang biasanya dapat dengan mudah keluar dari persembunyian nya itu, kali ini mengalami kesulitan keluar. Mungkin karena seprai ranjang kecil itu terbalik posisi depan belakangnya tidak sama seperti kemarin-kemarin, dan juga badan dia sudah berada dalam balutan seprai itu seluruhnya. 

Semakin sulit dia keluar, semakin kami tertawa terbahak-bahak dan memanggil namanya semakin terus-menerus. Percayalah, dia terlihat semakin konyol  :p
Kami sengaja memanggil namanya terus juga, supaya dia bisa mengikuti suara kami dan berhasil keluar.
Tapi yang dia lakukan adalah maju mundur di tempat, ketika hampir menemukan jalan keluar, dia kembali mundur lagi, karena kuatir dan merasa itu jalan yang salah. 

Sampai waktu yang cukup lama, akhirnya dia keluar juga.. wajahnya terlihat cukup lelah.. haha

Ketika kami melihat tingkahnya tersebut, kami jadi berpikir, sepertinya ini sama seperti Tuhan yang di Sorga melihat kita manusia di bumi. 

Manusia selalu berusaha mencari jalannya sendiri untuk keluar dari masalah, sekalipun sebenarnya hanya membutuhkan selangkah lagi untuk keluar dan bebas, manusia tidak dapat melihatnya, dan malah berjalan mundur kembali karena merasa jalan yang sedang dilaluinya itu menuju jalan buntu.
Mungkin kalau Tuhan tega bicara langsung ke kita “ya ampun anakKu ko bodoh sekali kamu nak.. itu uda ada jalan keluarnya, uda ada terang yang Aku kasih ke kamu, ko kamu malah sibuk cape sendiri cari jalan keluar laen sih? Rumit amat hidupmu nak nak..” 

Ketika Tuhan memanggil, manusia malah masih sibuk sendiri dengan dirinya, sehingga suara tuntunan Tuhan yang begitu keras pun jadi tidak terdengar, karena pikiran manusia nya yang telah dipenuhi dengan kecemasan, ketakutan, dan hal-hal memusingkan lain yang sebenarnya tidak begitu penting.
Sehingga apa  yang dipikirkan dan direncanakan manusia dengan apa yang Tuhan nyatakan atas dirinya seringkali bertentangan. Karena manusia melihat hanya sebatas apa yang mampu dipandangnya, tetapi Tuhan melihat dengan lebih luas, lebih jelas, pandangannya tak terbatas. Dan Dia tau apa yang terbaik untuk kita manusia. 

Dia sungguh luar biasa sabar menuntun kita umatNya keluar dari kegelapan.
Tuhan mengerti kita hanya manusia biasa yang sangat rapuh dan sangat perlu dikasihani serta ditolong dengan tanganNya yang kuat.


So, tenangkanlah diri kita, supaya kita bisa berdoa dan mendengar suara Tuhan yang dimana membimbing kita menelusuri jalanNya yang benar, tanpa “nyasar”. 

-don't rely on your force to walk out from your problems, but rely on God power in every steps that you take-




Saturday, March 3, 2012

God the Glory (the story of me *3*)


 God the Glory (the story of me *3*)

Guys, meskipun Tuhan menciptakan manusia serupa dan segambar Nya, manusia dan Tuhan berbeda sekali.. 

Tuhan :
1 domba yang hilang lebih berharga ketimbang 99 domba lainnya yang ada di depan mata, 1 orang berdosa yang bertobat mendatangkan sukacita lebih dari pada 99 orang benar yang tidak memerlukan pertobatan.
Manusia:
Jika seorang telah ditegur beberapa kali tapi masih belum menunjukan adanya perubahan yang signifikan, maka yang dilakukan adalah meninggalkan orang tersebut dan lebih baik berfokus pada hal lain yang mendatangkan kebaikan bagi dirinya sendiri. 

Tuhan :
seberapa sibuknya Dia, mengatur alam semesta ini beserta tata surya, juga makhluk hidup ciptaanNya, Dia selalu memiliki waktu untuk umatNya dan bahkan tidak pernah melupakan apalagi meninggalkan mereka, manusia adalah prioritas utama bagiNya.
Manusia :
Kenaikan jabatan yang berdampak tugas dan tanggung jawab lebih dari sebelumnya, membuat manusia dengan mudah mengajukan beribu-ribu alasan untuk tidak bersekutu denganNya.

Tuhan :
mau memberikan nyawaNya untuk menebus dosa manusia, sekalipun manusia menyangkalNya.
Manusia:
Jiwa saya lebih berharga dari pada orang lain. Jika saya yang hidup, maka lebih banyak jiwa yang dapat saya tolong ketimbang jika orang lain yang hidup (padahal belum tentu terbukti).

Tuhan:
sesakit hati apapun Tuhan terhadap perilaku manusia, Tuhan melupakan semuanya dan tidak pernah mengingat-ingat lagi ketika kita bertobat, dan Dia tetap berusaha keras untuk menarik umatNya kembali di jalan yang telah dibuatNya untuk masing-masing mereka  menurut kehendakNya yang baik.
Manusia:
Jika pernah disakiti oleh siapapun, manusia tidak akan pernah bisa benar-benar melupakannya, dan bahkan sebegitu sakit hatinya, jika bisa memilih, mereka lebih ingin jika bisa melupakan orang-orang tersebut, dan menganggap tidak pernah bertemu. 

Tuhan:
kasihNya, kesetianNya, kesabaranNya, pengampunanNya, penyertaanNya, berkatNya, tidak ada batas.
Manusia:
sebatas mereka mampu melakukan menurut ukuran yang mereka tetapkan sendiri. 

Dan banyak hal lain yang membuat manusia begitu jauh berbeda dan terlihat begitu kerdil.
Jika kita tidak pernah mau menempatkan Tuhan berotoritas penuh pada diri kita, maka hal seperti di atas tidak akan pernah berubah. Tetapi jika Tuhan bekerja atas kita, maka kita tidak lagi menjadi diri kita sendiri yang begitu penuh ke-egoisan, melainkan kita akan hidup disempurnakan dari hari ke hari menjadi lebih berkenan dihadapanNya. 

Ada kisah yang ingin saya sharing kan sekarang, bagaimana Tuhan bisa memperbaiki sistem paradigma saya yang selama ini salah. Dulu saya selalu mengatakan Tuhan menempati tempat pertama di hati saya, tetapi nyatanya tidak! Saya lebih senang menghabiskan waktu bersama teman-teman, dan lebih sering terpikirkan tentang bagaimana kabar teman saya yang ini, yang itu, begitu penuh dengan hal yang useless, tanpa meluangkan waktu lebih untuk duduk diam di bawah kakiNya, dengan keluarga juga tidak terlalu sering. Pikiran yang begitu kacau.. 

Teman saat itu bagi saya adalah sesuatu yang begitu berharga dan tidak boleh diabaikan.
Sehingga pernah ada saat dimana saya bergantung pada teman untuk mendapatkan penghiburan, dan hal yang bisa membuat saya tertawa melepaskan beban pikiran.
Namun akhirnya dengan berjalannya waktu, saya kembali mulai disadarkan lebih keras oleh Tuhan, bahwa semua yang ada di dunia ini adalah sementara. Ketika manusia berharap pada manusia lainnya, maka itu adalah sia-sia dan dosa. 

Ketika saya jatuh ke dalam dosa tersebut, tampaknya Tuhan dengan senang hati membuktikan frimanNya  itu adalah benar adanya kepada saya. 
 Tuhan memisahkan saya dari sahabat saya, kami menempuh pendidikan di tempat yang berbeda. 

Awalnya saya menganggap tidak akan ada hal yang begitu dahsyat yang bisa melunturkan pertemanan baik kami. Saya selalu percaya bahwa meskipun kami berada di tempat yang berbeda , kami bisa terus menjadi teman yang memiliki hubungan erat seperti waktu dulu. Saya pikir modalnya cukup hanya dengan saling percaya jika kami masih begitu berharga bagi satu sama lain. Itu saja.

Jalan beberapa waktu, tidak ada sesuatu yang terlihat salah pada relasi persahabatan kami ini. Namun tahun berganti tahun, komunikasi antara kami menjadi lebih jarang. Saya mulai berpikir, mengapa saya lebih sering meng-contact nya sebagai usaha keep in touch, ketimbang dia yang menanyai kabar saya. Kecewa? Tentu.
saya yakin orang yang pernah memiliki kisah percintaan yang bertepuk sebelah tangan pasti memahami perasaan seperti ini lebih detail. (bedanya ini kasus persahabatan, bukan percintaan.. hha)

Kemudian di saat seperti itu, saya memberanikan diri untuk menyatakan perasaan saya yang mengganggu pikiran tersebut kepada dia (andai saya dulu bukan tipe orang yang rumit, saya pasti tidak ingin memikirkannya, apalagi sampai membahasnya dengan dia).

Dan jawabannya yang cukup jelas membuat saya terhenyak adalah kejujurannya yang mengatakan kalau dia begitu benci dengan kehidupan nya dulu, sehingga dia ingin melupakan semua kenangannya di masa itu, baik yang bagus maupun tidak (termasuk saya di dalamnya yang dulu pernah menjadi teman baiknya). 

Sempurna… kisah sedih yang sempurna.. 

Sakit hati? Jelas.
Merasa bodoh karena telah berusaha mempertahankan rasa yakin yang kuat akan persahabatan kami yang “baik-baik” saja padahal sudah telihat tanda" kelonggaran? Sangat.
Berpikir bahwa saya dan dia sama-sama orang yang patut dikasihani, karena kami sama-sama dalam keadaan memprihatinkan walaupun beda masalah? Ya..Tentu.

Keyakinan awal saya yang luar biasa luntur seketika. Rasa pedihnya luar biasa.. saya merasa dibuang dari kehidupannya dan menjadi orang yang tidak berharga, yang dimana sementara itu dilain pihak selama ini saya menjaga baik pribadinya di dalam hati saya sebagai sahabat yang istimewa.

Sepertinya Tuhan tau benar kartu mati saya. Dia ingin saya memiliki hati 1 yang penuh untukNya, bukan untuk orang lain.. dan Dia berhasil ! kesalkah saya? Tidak! Saya malah bersyukur sekali. Saya bersyukur luar biasa, karena Tuhan berhasil menarik saya kembali ke pelukan kasihNya. 

Namun demikian, sampai sekarang saya masih begitu mengasihi teman baik saya itu, dia juga tampak sudah berubah, sudah berdamai dengan masa lalunya, dan dipulihkan Tuhan menjadi pribadi yang lebih berkualitas. Saya mengikuti ajaranNya yang tidak kenal lelah untuk mengasihi sesama. Dan saya telah berusaha melupakan kesedihan itu sampai detik ini. Menjalankan pertemanan kami seperti pernyataan semua itu tidak pernah ada. Dan itu membuat saya merasa jauh lebih baik. 

Semenjak Tuhan mengambil alih hidup saya, saya merasa dunia saya benar-benar diperbarui, dunia ini terasa begitu berbeda. Apapun yang dulunya saya anggap adalah kepahitan dan kesedihan, kini bisa menjadi pelajaran yang bermanfaat.

Saya lebih bahagia ketika saya berkomunikasi denganNya, dimanapun dan kapanpun. Dia pribadi yang selalu ada, mendengarkan, mengerti, dan memberikan jawaban paling tepat dan tidak pernah terlambat, kapanpun saya perlukan. Tidak sama dengan manusia yang tidak selalu memiliki waktu untuk kita, tidak selalu berada disisi kita 24 jam. 

Dan dengan membaca firmanNya, dan berdoa tiap saat, maka kebaikan itu pasti akan muncul dengan sendirinya, karena ketika saya melakukan firman, maka itu semua adalah hal baik. Saya lebih mengasihi orangtua dan keluarga saya, saya lebih menghormati sesama, saya bisa menghargai diri sendiri, dan saya merasa lebih tenang ketika bersekutu denganNya. Karena Dia yang membuat saya merasa begitu istimewa.
Dia benar-benar di tempat pertama di hati saya sekarang! bukan sekedar hanya ucapan bibir semata..  
Tuhan dahsyat abis!

-do not run away from problems, but look more closely why God let it all happen-

the survivors


The Survivors

Tidak pernah ada hari libur bagi mereka yang bekerja banting tulang mencari uang untuk sekedar melewati hari-hari mereka di dunia ini.

Awalnya selama kurang lebih 1.5 tahun saya pulang pergi dari kampus ke rumah (Jakarta – Serang *perjuangan yang lumayan melelahkan untuk mengkonsumsi pendidikan), saya tidak pernah terlalu sadar dan peduli memikirkan lingkungan tempat saya biasa lalui, orang-orang yang berlalu lalang di hadapan saya. 

Setiap kali saya berada di Kebon Jeruk (tempat dimana banyak orang menunggu bus), setiap kali itu juga pasti banyak pedagang asongan yang mondar –mandir di depan saya. Ketika bus berhenti untuk mencari penumpang, secara langsung tanpa dikomandoi, para pedagang asongan itu langsung menyerbu masuk ke dalam bus. Penyanyi jalanan pun tentu tidak ikut ketinggalan. 

Begitu mereka beramai-ramai merambah masuk menjajalkan dagangannya ke penumpang, jujur saya sebenarnya merasa terusik. Bayangkan saja, pedagang itu masuk dengan berbagai variasi dagangan, ada yang jual tahu, mainan anak, buku gambar anak, buah-buahan, buku atlas kecil, pemotong wortel/kentang, kacamata plus, bahkan kamus Inggris-Indonesia (gila saya sampai hafal! ahaha),  yang dimana mereka meneriakan barang dagangan masing-masing mereka bawa secara bersama-sama!  

tahu-tahu
pemotong wortel nya buat di dapur
maenan anaknya ya bapak ibu, di Monas harganya 25 ribu, saya cukup 10 ribu aja (hahahah)
buku gambar buat si kecil
salak-salak
kamus nya, bahasa Inggris penting buat belajar
dan lain-lain nya disusul dengan penyanyi bergitar..
(untung aja ga ada yang teriak “bayi gelondongan nya boleh ya.. lol)

Ampun deh.. ribet banget kan tuh denger segitu banyaknya kata dalam satu waktu bersamaan..
(kalo di Statistika, itu disebut non mutually exclusive events pada materi probabilitas.. hahaha)
belum lagi, sesuatu yang sama mengganggunya = bau matahari dan keringat pedagang itu yang uda dari pagi kerja. Lengkap sudah keistimewaan fasilitas kendaraan umum di Jakarta ini.
Baru beberapa hari yang lalu, saya kembali melihat pedagang kamus Inggris-Indonesia itu di bawah terik dan panasnya matahari, berusaha untuk menjual dagangannya itu ke orang-orang di sekitarnya, dan tidak ada yang beli. Beliau terlihat sudah lelah, usianya juga tidak muda, bajunya sudah basah dengan keringat. Lalu baru kali ini saya dengan tiba-tiba berpikir “kasian, gimana cara dia ngelewatin hidup kalo barang dagangannya ga laku-laku? Dia sehari bisa jual berapa kamus ya? Berapa untung yang dia dapet dari penjualan 1 kamus? Trus dibandingin sama berapa pengeluarannya tiap hari? Dia punya keluarga berapa orang yang mesti ditanggung kehidupannya? Ko dia masih bisa bertahan sampai hari ini hanya dengan menjual kamus? Hebat..”

Sementara itu beberapa hal yang masuk di logika saya adalah, kamus Inggris-Indonesia yang dia jual selama ini minim sekali peminatnya (termasuk saya sih, tapi kalo saya uda jelas alasannya, karena di rumah uda punya 4 kamus, itupun uda cukup membuat meja saya terlihat penuh dengannya).

Kamus itu harganya lumayan tidak murah, kalau tidak salah itu 75 ribu dan 150 ribu, sementara orang malas membuang uang sebesar itu jika menurutnya bukanlah prioritas utama, atau mungkin juga alasan sama seperti saya yang sudah memiliki kamus cukup banyak di rumah, ditambah ada juga orang yang masih konservatif pemikirannya, yaitu kamus Inggris ga penting, cukup dengerin guru di sekolah juga bisa (padahal itu salah besar), ada juga mungkin karena kualitas kamus yang terlihat kurang begitu bagus, yaitu terlihat mudah lepas dari covernya, dan alasan-alasan lainnya. Banyak alasan bagi costumer menolak membeli product yang ditawarkan seller kan..?

Meskipun demikian, para pedagang seperti itu ternyata memiliki semangat jualan yang tinggi dan tidak mudah menyerah. Mereka tetap menjalankan bisnis kecilnya walaupun tidak menghasilkan banyak uang. Setidaknya mereka masih melakukan sesuatu yang tidak kriminal dan bisa survive! 

Tuhan memberkati semua makhluk ciptaanNya! 

Burung di udara yang tidak menabur dan tidak menuai saja diberi makan olehNya, dipeliharaNya, apalagi manusia yang diciptakan lebih mulia dari semua makhluk hidup yang ada…! 

Tidak ada gunanya malu berlebihan yang menyebabkan kita tidak mau berusaha dan bekerja lagi, karena orang yang mengejek kelemahan kita nyatanya lari menjauhkan diri tidak membantu sama sekali. Hanya diri kita sendiri dan Tuhan yang tahu secara jelas seberapa mampu kita bisa bangkit dan pulih dari keterpurukan menuju ke hidup yang lebih berkualitas.

-don’t stuck and cry because of our present, but think something bigger for the future-




Friday, March 2, 2012

God the Glory (the story of me *2*)


God the Glory (the story of me *2*)

Kehidupan saya di kampus sejauh ini adalah baik, Puji Tuhan..
Teman-teman disini adalah mereka yang memiliki kualitas intelegensi yang baik, sekalipun mereka pintar, mereka tidak sombong, terbuka terhadap setiap masukan, dan mau bergaul dengan menyenangkan. Tidak menjaga jarak. 

Awalnya sebelum saya bersekolah di kota Jakarta (walaupun saya memang lahir dan sempat menghabiskan masa kecil indah saya di Jakarta), saya berpikir bahwa lingkungan pertemanan sekolah di daerah lebih baik dan tidak egois. Banyak orang mengatakan bahwa orang Jakarta adalah orang-orang yang individualis akibat dari persaingan yang ketat dan segala macam faktor lainnya. Namun meskipun alasan itu cukup logis, hal itu tidak sepenuhnya benar.
Saya malah merasakan suasana pertemanan yang lebih terbuka dibandingkan waktu di daerah. 

Ketika saya memulai kehidupan akademis saya di Trisakti School of Management ini, saya selalu berusaha untuk mengaplikasikan 3 nilai yang paling berharga yang saya dapat dari kepala cabang tempat saya dulu bekerja, saat beliau mendukung saya sepenuhnya untuk melanjutkan pendidikan sekalipun saat itu karir kerja saya termasuk cukup gemilang. Karena menurutnya, pendidikan adalah hal yang penting untuk anda meraih sukses yang lebih besar.  

Pertama: kamu belajar bukan untuk menjadi segera mengerti, tetapi  kamu belajar, mengalami proses, untuk kemudian kamu memahami apa yang sedang kamu pelajari, hingga kelak kamu bisa melakukannya di kemudian hari.
Kedua: bangunlah jaringan seluas-luasnya, networking yang kuat sangat bermanfaat bagi masa depan kamu, karena tidak seorang pun tau, siapa yang akan nantinya menuai sukses.
Ketiga: jangan remehkan pengetahuan sekecil apapun, jangan memilih untuk menolaknya, ambil saja semuanya itu, karena tidak menutup kemungkinan jika kamu akan membutuhkannya di masa yang akan datang.

Saya begitu bersyukur dulu punya kepala cabang yang begitu baik dan bijaksana.. God bless him a load.

Kemudian, saya mulai mempraktekannya. Dan hasilnya? Sungguh memuaskan.
Kendati demikian, pertemanan yang baik tentu harus memilih.. memang kita tidak merendahkan individu manapun, tapi kita bisa memilih orang yang pantas untuk bisa kita sebut mereka teman sejati, dimana memiliki kriteria: mampu membawa kita ke hidup yang positif, menjadikan kita lebih termotivasi dalam belajar dan bertindak, teman tidak membawa kita dalam posisi tidak enak hati untuk berkata tidak pada hal yang buruk, dan yang pasti kita harus memilih teman yang bisa membuat kita semakin dekat dengan Tuhan. 
(persis seperti perkataan Mario Teguh yang saya dapat beberapa waktu lalu). Dan saya mendapatkan teman-teman seperti itu. Puji Tuhan..

Ketika saya menceritakan kisah saya di part *1*, saya telah mengakui betapa sombongnya diri saya, menganggap diri ini begitu hebat dan mulia.. kini saya akan menceritakan bagaimana Tuhan merubah kepribadian saya yang angkuh dan “tidak normal itu” menjadi lebih baik dan berkenan bagiNya (saya harap Tuhan menyetujui pernyataan saya ini). Saya memiliki hidup baru.

Menjalani hari saya di kampus ini, terkadang terasa sangat berat, menyedihkan, menakutkan, mengecewakan, tetapi juga begitu manis

Dengan status mahasiswi full tuition fee, rasanya hampir mustahil jika saya mampu berpura-pura tidak peduli untuk mengabaikan tanggung jawab berat untuk mempertahankan nilai bagus. Karena saya memang tidak memiliki otak yang “wah” untuk mengemban kepercayaan dan kesempatan luar biasa ini.

Melihat teman-teman saya yang kurang beruntung tidak mendapatkan beasiswa full memiliki nilai yang malah jauh lebih baik dari saya, hal itu seringkali membuat saya malu, down, dan sungguh merasa bersalah.. Kenapa? Saya merasa bersalah karena saya merasa saya telah mengambil kesempatan emas yang sebenarnya mungkin jauh lebih layak diterima mereka.. dan hebatnya lagi, di satu sisi saya masih bisa begitu bersyukur pada Tuhan karenanya..
Ketika saya mengajukan pertanyaan psikologis tentang kenapa Tuhan malah memilih saya bukan mereka padahal mereka lebih pantas dan lagi lebih mengasihi Tuhan (saya rasa)! Saya mendengar jawaban dimana cukup menenangkan dan menguatkan saya di masa super kritis kepercayaan diri itu: “kamu tidak akan dikasih beban yang melebihi kemampuan yang bisa kamu tanggung, Nesia.... Semua berkat dan anugerah yang ada di dunia ini, yang Aku berikan pada umatKu dan bahkan juga bukan umatKu, Aku sudah mengaturnya, dan tidak akan salah! Nikmati dan lakukan lah saja yang terbaik untukKu..”

Begitu terharunya saya mendengar kata itu begitu saja di pikiran saya, dan saya yakin itu bukan diri saya yang sedang membanggakan diri (karena memang tidak ada yang bisa dibanggakan dari saya pribadi), ataupun sedang menghibur diri sendiri, melainkan Roh Tuhan yang berkata. Sebab itu saya menyerahkan semua hidup saya di tangan Tuhan, dan berkata “kalau begitu, tolong Tuhan jangan pernah sekalipun tinggalkan saya dalam keadaan apapun.. karena saya benar-benar tidak akan pernah mampu menjalani hidup jika hanya mengandalkan kekuatan saya sendiri..!” 

Puji Tuhan.... Tuhan memang sangat layak dipuji dan ditinggikan setiap saat!

Adapun beberapa hal yang pernah membuat saya bergidik ngeri melihat betapa dangkal iman saya dulu saat dibandingkan dengan yang lainnya adalah:
Waktu mengikuti perkumpulan agama, saya mendapati kesaksian dari pemimpin kelompok kecil saya langsung, bahwa dia dulunya bukan agama Kristen.. tapi begitu masuk kampus dan bermula dari iseng-iseng ikut mendengarkan kesaksian temannya, mulai lah iman nya terhadap Kristus tumbuh, dan dia mulai aktif membaca Alkitab dan mengikuti pertemuan-pertemuan ibadah yang diadakan kampus. Dipikiran saya saat itu hanyalah: dahsyat! Tuhan luar biasa!
 
Ketika itu saya merasa begitu malu pada diri sendiri, dari kecil sudah Kristen tapi belum bersaksi dan menjadi seorang yang aktif dalam Tuhan seperti dia yang padahal baru mengenal Tuhan beberapa tahun atau mungkin bulan.. 

Ditambah lagi kesaksian seorang teman yang baru kali itu saya temui, dia beserta keluarga bukan juga penganut agama Kristen, tapi di dalam hatinya, dia sangat rindu bersekutu dengan Tuhan, sehingga setiap hari Minggu dia berusaha keras untuk bisa pergi ke Gereja walaupun dengan harus memberikan alasan yang tidak sebenarnya (karena dia pernah mencoba beberapa kali dengan alasan yang jujur, tapi dimarahi dan tidak diijinkan pergi). Dosakah itu? Saya juga kurang tau.. yang saya tau pasti adalah Tuhan tidak pernah memalingkan wajahNya dari orang-orang yang mencari Dia. 

Begitulah cara Tuhan membuat mata dan hati saya terbuka, Tuhan ingin saya berubah untuk menjadi lebih serupa dengan diriNya, dengan mempertemukan saya dengan orang-orang yang memiliki iman besar, supaya saya bisa menjadi seperti  bibit yang ditabur di tanah subur, bukan batu apalagi jalanan.

Saya pun segera bertobat dan meminta bimbingan Tuhan dan Roh Kudus senantiasa, dan memulai perubahan dalam cara pandang, pola pikir, dan penguasaan diri saya. Sungguh bukan hal yang mudah! Tetapi bagi Dia tidak ada yang mustahil bukan? Meskipun saya melangkah dalam pergerakan yang begitu lambat, tapi toh saya tetap melakukannya. Itu jauh lebih baik daripada tidak memulai sama sekali.

- God has never let His people live in the wrong track-