Focus to Yourself
Sangat banyak orang berkata bahwa
jika kita terlalu banyak membantu masalah orang lain, maka waktu yang kita
buang untuk mengurus diri sendiri itu menjadi lebih sedikit. Alhasil pekerjaan
kita seringkali berbuahkan hasil yang tidak maksimal.
Ya, saya cukup setuju dengan itu.
Renungan ini membantu saya
mendapatkan jawaban terhadap pertanyaan tentang kinerja saya selama ini. Saya
sering sekali tidak mendapatkan hasil yang baik dalam melakukan berbagai tugas
yang ada. Salah satu nya mungkin ya karena alasan di atas.
Saya mengalami yang namanya lelah
pikiran. Saya menghabiskan cukup banyak energi saya untuk urusan diluar diri
saya. Istilah “kepo” yang lagi booming sekarang ini mungkin bisa jadi memang
cocok dengan saya. Meskipun kadang tidak jarang pula orang salah memahami arti
dari “kepo” itu sendiri.
Bagi orang yang pandai me-manage
diri, membantu orang bukanlah sebuah hal yang membuatnya kehilangan kesempatan
melakukan tugasnya yang terbaik juga menjadi helper yang handal. Hanya masalahnya, kemampuan setiap orang dalam
mengendalikan pikiran dan tenaga itu berbeda-beda tingkatannya.
Melakukan hal-hal kecil seperti
sering sms an, menghabiskan waktu untuk sekedar chatting basa-basi, itu juga
merupakan suatu hal yang tidak sepenuhnya negative, tapi yang pasti itu membuat
waktu kita terbuang. Membantu teman melepaskan bebannya, dengan cara menjadi
pendengar setia, itu memerlukan waktu yang tidak sebentar dan juga butuh sumber daya
pikiran, saat diminta saran.
Tidak mungkin bagi setiap orang
untuk menghindar dari tugas sosial seperti itu..
Karena ketika kita melakukannya juga bersama orang lain, hubungan timbal-balik
pasti tejadi.
Ntah ini adalah keuntungan atau kerugian jika saya bukan lah tipe orang yang jika
teman curhat, lalu dengan mudahnya mendengarkan dia berbicara dan kemudian
cukup dengan memberi komentar dan sedikit saran, dan setelah berkahir, saya akan
melupakan pembicaraan itu, dan segera kembali ke aktivitas saya, tanpa ada
sedikit pun bayang-bayang curhat an tadi. Jarangkah orang seperti saya? saya juga tidak tahu.
Jika anda bertanya apakah saya
merasa senang dengan kondisi jiwa seperti itu?
Maka saya akan berkata: Tidak!! Rasanya sebagian dari kekuatan saya jadi hilang menguap ntah kemana. Apalagi jika ada orang yang curhat pada saya, kemudian saya dengan sukarela memberinya saran, lalu kemudian mendapati dia tidak ada usaha melakukan perubahan ke arah yang lebih baik, dan kemudian malah sibuk mencari sumber saran dari orang lain yang dimana menurut saya orang tersebut tidak lebih sesuai diajak pembicaraan dengan topik seperti itu. (bukannya sombong, tapi memang kenyataan bahwa ada orang yang baik membahas masalah ini, tapi tidak bijak diajak membahas masalah itu.. orang punya talenta masing-masing, dan itu bisa dinilai oleh orang lain). Itu mengecewakan.
Maka saya akan berkata: Tidak!! Rasanya sebagian dari kekuatan saya jadi hilang menguap ntah kemana. Apalagi jika ada orang yang curhat pada saya, kemudian saya dengan sukarela memberinya saran, lalu kemudian mendapati dia tidak ada usaha melakukan perubahan ke arah yang lebih baik, dan kemudian malah sibuk mencari sumber saran dari orang lain yang dimana menurut saya orang tersebut tidak lebih sesuai diajak pembicaraan dengan topik seperti itu. (bukannya sombong, tapi memang kenyataan bahwa ada orang yang baik membahas masalah ini, tapi tidak bijak diajak membahas masalah itu.. orang punya talenta masing-masing, dan itu bisa dinilai oleh orang lain). Itu mengecewakan.
Saya sadar, bahwa saya bukan lah
orang yang bisa memberi saran terbaik dalam setiap permasalahan yang diajukan orang lain kepada saya. Saya bukan
orang yang pandai berkata-kata, juga saya tidak memiliki pemikiran luar biasa, yang dapat
selalu memuaskan setiap curhat an orang.
Dan saya mendapati jawaban nya
beberapa waktu terkahir, mengapa sekalipun orang merasa saya tidak bisa memberi
mereka jalan keluar terbaik, tapi tetap jika ada masalah mereka curhat ke saya, itu
karena: orang curhat biasanya hanya butuh didengarkan.. mereka tidak sepenuhnya ingin
mendapat saran apalagi kritikan.
Saya menulis ini juga sadar, bahwa
ini terdengar nyata jika saya itu kurang pintar ya.. haha
it’s okay, saya tidak keberatan jika ada orang menilai saya seperti itu, bagi saya yang penting adalah bagaimana saya bisa menikmati keberadaan diri saya dan semakin mengandalkan Tuhan.
it’s okay, saya tidak keberatan jika ada orang menilai saya seperti itu, bagi saya yang penting adalah bagaimana saya bisa menikmati keberadaan diri saya dan semakin mengandalkan Tuhan.
Kenyataan ini membuat saya jadi
berpikir bahwa saya selama ini belum mempraktekan apa yang seharusnya saya
lakukan. Saya belum mengoptimalkan diri saya untuk fokus pada diri sendiri
dulu, baru orang lain.
Selama ini saya berpikir bahwa
hukum tabur tuai memang akan terjadi, jika saya membantu orang lain, pasti
kelak saya akan mendapat bantuan juga. Dan itu memang terjadi. Rasa bersalah
saya terhadap perlakuan ke diri sendiri sedikit terobati dengan kenyataan yang
saya terima ini.
Namun demikian, saya tetap harus
merubah kehidupan saya menuju ke cara hidup yang lebih baik.
Saya harus lebih banyak meluangkan
waktu untuk mengatur keperluan saya sendiri dulu, membangun kekuatan yang cukup
untuk diri sendiri, dan kemudian barulah jika saya sudah kuat, maka saya baru
bisa membantu orang lain dengan lebih baik.
Ketika saat itu datang, saya juga
akan berusaha membantu orang lain tidak dengan keterpaksaan dan merasa itu
adalah beban, tetapi saya akan membantu orang lain dengan tulus. Meskipun dengan
membantu secara tulus tak jarang bantuan itu melebihi apa yang diharapkan orang lain,
dan menurut orang dunia “ih kepo banget deh tuh orang” atau “wah cari muka..
mau dianggap orang bae”, itu tidak masalah. Saya yang melakukannya, mengapa
harus orang lain yang lelah memikirkannya untuk saya? Saya enjoy dengan
perbuatan yang saya yakini itu menyenangkan dan tidak membawa kerugian , malah
keuntungan.
-build your power by focusing to yourself more, then you can help another without significant difficulties-