Monday, August 27, 2012

Forget Not Your Past


 Forget Not Your Past

Gue mau ngelupain masa lalu gue..
Itulah yang biasa orang katakan..

Kenapa mau melupakan masa lalu? 

Menurut saya, melupakan masa lalu bukanlah hal yang cukup bijak.. sakit hati, luka, dan kepahitan di masa lalu justru yang membentuk diri kita sebagaimana ada sekarang ini. Semakin sakit, maka semakin memotivasi.

Tidak semua kisah hidup manusia selalu bahagia kan? Selalu ada sisi kelamnya. Sama seperti ketika bermain judi, terkadang menang, terkadang kalah.. atau bahkan lebih sering kalah ketimbang menang..
Sewaktu saya masih kecil, saya juga merasakan yang namanya kepahitan hidup. Saya juga pernah benci dengan diri saya sendiri. Saya ingin terlahir sebagai orang lain. 

Tidak jarang kan orang ingin memiliki kehidupan seperti orang lain? atau bahkan bisa dikata apabila semua orang sebenarnya PASTI pernah ingin menjadi orang lain. Intinya, semua orang ingin lari dari kenyataan yang jelas-jelas tidak dapat dihindari. 

Waktu saya masih SD, otak saya lemah sekali untuk menyantap rumus matematika (bahkan sampai sekarang.. haha). Dan pada waktu itu, pribadi yang mengajar saya sudah cukup stress karena saya bebal sekali untuk menghafal sekitar 4 rumus bangun ruang. Maka sampai sekarang jika saya melihat gambar bangun ruang dengan perhitungannya, memori masa kecil saya yang terletak di bagian dalam otak yang begitu tidak menyenangkan akan terbuka dengan sendirinya tanpa dikomando.

Saya pernah dikatakan “dasar otak udang!” hanya karena masalah sepele: sulit mengingat rumus bangun ruang.
Sungguh kesal rasanya..
Pada waktu itu, saya sungguh sudah berusaha untuk menghafal dengan cepat.. bagaimana tidak? saya ingin segera menyelesaikan pelajaran matematika itu, kemudian segera keluar main.. tapi apesnya itu tidak terjadi karena masalah yang saya jelaskan tadi di atas. 

Ketika mendengar pernyataan “otak udang” itu, saya langsung naik pitam, dan langsung lari ke kamar kecil untuk menangis sejadi-jadinya.. dan saya berteriak juga “saya tidak bodoh!!  ngajarinnya aja ga sabaran! siapa yang otak udang??! HUH!!” dan dalam hati berpuluh-puluh kali saya ucapkan “Matematika sialan! Saya dihina begini cuma gara-gara bangun ruang dong?! kurang ajar!!”..
Sungguh pernyataan sadis itu adalah hal paling menyakitkan di masa kecil yang masih sangat saya ingat jelas dan tidak bisa terlupakan sampai sekarang.. 

Bagi anda yang tidak pernah mengalaminya, tentu menganggap 2 kata itu sebagai kata biasa saja.. bagi saya itu sudah luar biasa melumpuhkan.. sekalipun sampai sekarang saya tidak begitu tahu alasan pribadi tersebut kenapa menggunakan istilah otak udang.. saya hanya menebak otak udang itu kecil atau bahkan otaknya tidak ada dan tidak bisa berpikir..? 

Namun demikian, dengan kejadian seperti itu, saya jadi lebih termotivasi belajar lebih keras, supaya tidak ada lagi sebutan “otak udang” untuk kali kedua. Cukup itu yang pertama dan terakhir..
Nilai matematika saya di SMP tidak di bawah 75, bahkan saya pernah mendapat nilai matematika 96 di rapor saat duduk di bangku SMA. Saya rasa saya cukup benar kalau saya tidak sebodoh yang pribadi itu bilang.. 

Saya yakin, bahwa tidak ada seorang pun di dunia ini senang apabila dirinya diremehkan..
Ketika di dunia perkuliahan, ada orang-orang yang menganggap saya tidak cukup bisa diandalkan, dan di saat ada kerja kelompok dan ide saya diabaikan, saat itu pula saya mulai mengkoreksi diri dan mulai belajar berubah, agar saya bisa dipandang!

Dari dulu, saya senang berada di lingkungan yang saya rasa bisa membentuk saya menjadi pribadi yang lebih baik, saya memilih berteman dengan orang-orang yang tidak kelewat gaul (alias suka hura-hura), berteman dengan yang orang yang tulus, tidak memandang pertemanan dengan harta, dan berteman dengan yang pintar! Mengapa? Karena saya pasti akan lebih terpacu belajar, supaya tidak terlihat memalukan.. 



Adapun saya juga ingin membagikan kisah lainnya yang masih berhubungan dengan masa lalu adalah terinspirasi dari salah satu teman baik saya di kampus.
Teman saya yang satu ini termasuk orang yang menyenangkan, dinamis, memiliki sense humor yang baik, periang, juga cukup perhatian, cantik, mudah bergaul, dan juga pintar..

Begitu baiknya memiliki teman sepertinya.

Bermula dari iseng-iseng saya membuka profilnya di social media, saya membuka dan membaca sebuah kisah di blognya mengenai seorang gadis dengan latar belakang kehidupan masa lalu yang tidak membahagiakan, gambaran seperti seorang anak yang hidup dalam situasi broken home. Dan ketika membacanya, kisah itu terlihat seperti cermin akan kehidupan teman saya itu di masa kecilnya. 

Saya saat itu sangat terkejut sekali.. begitu terkejutnya, sampai-sampai di malam hari nya saya mengalami sulit tidur, karena memikirkannya. Memikirkan teman baik saya yang selama ini terlihat begitu charming dan bisa membuat orang lain merasa nyaman di dekatnya, ternyata memiliki masa lalu yang bisa dikata menyeramkan.. pertanyaan “masa sih??? Yah ampun.. ga nyangka.. “  terus berputar-putar dipikiran saya yang sempit ini.. 

Namun juga dalam hati saya masih mengatakan bahwa teman saya ini begitu hebat.. dia mampu menjalani hari-harinya sekarang dengan baik, dia memiliki iman pengharapan kepada Tuhan yang dahsyat, dan masih bisa senantiasa bersyukur dengan apa yang telah Tuhan berikan padanya.. saya malu juga jika harus membandingkan diri saya dengannya.. saya masih kalah dari dia..(saya hanya mengasumsikan jika kisah ini nyata, meskipun dia menyatakan pada saya bahwa itu bukan kisah kehidupan dia yang sebenarnya).

Tuhan menyertai dan memberkati dia dengan luar biasa.. Puji Tuhan..
saya juga diberkatiNya dengan luar biasa.. Haleluya..

Dari pembacaan ini, saya sebenarnya ingin mengatakan bahwa, masa lalu yang buruk tidak boleh menjadi alasan kegagalan anda di masa sekarang, apalagi masa depan. Masa lalu adalah bagian dari kehidupan kita yang berfungsi sebagai landasan/ tolak ukur penilaian perkembangan diri kita. Tanamkan pandangan bahwa semua yang terjadi dalam hidup anda adalah untuk pembelajaran berkala yang mengasah hidup anda menjadi lebih berkualitas.














Masa lalu bukan untuk dilupakan, kenangan bukan untuk dikubur dalam-dalam.. semua ada seperti sebuah drama per-televisi-an, yang dimana bedanya, kalau ini kita berperan sebagai sutradara dan aktornya, Tuhan adalah produser dan script writter.. anda bisa menentukan sendiri bagaimana ending story kehidupan anda, dengan perbuatan dan pikiran anda saat ini. Mau happy ending or sad ending? pilih saja sendiri..
Kita hanya perlu memaafkan kesalahan orang lain pada kita di masa lalu jika kita ingin hidup tanpa beban, juga mau memaafkan dan menghargai diri sendiri (meskipun memaafkan diri sendiri lebih sulit daripada memaafkan orang lain). What doesn't kill you make you stronger!
 
Dan salah satu lagu yang ingin saya sharingkan pada pembacaan kali ini yang seringkali membangkitkan semangat saya di saat sedang terpuruk adalah lagu dari Miley Cyrus – Make Some Noise,
yang mengandung lirik begitu bagus: Don’t let anyone tell you that you aren’t strong enough! 

- sometimes the big power comes from someone who underestimate of you-

Friday, August 17, 2012

Hit you With the Real Thing


Hit you With the Real Thing

Pernah atau bahkan seringkah anda menemukan orang dengan kehidupan seperti ini? :

Heboh mencari dan membaca majalah yang ada artis favoritnya, heboh menonton film atau video klip mereka, heboh membicarakan artis idolanya itu, heboh mau bertemu dengannya, heboh jika bisa mendengarkan suara mereka, dan heboh-heboh lainnya yang semua berkaitan dengan “mencari apapun yang berbau dengan pujaan hatinya tersebut”.. Dan bahkan lebih extreme lagi, penggemar berat sampai rela melakukan operasi muka, operasi kulit, menghabiskam beratus-ratus lembaran uangnya, meniru gerak-gerik, karakteristik, hanya demi memiripkan dirinya dengan sang idola!!

Atau mungkin anda salah satu dari orang berkehidupan seperti itu juga?
saya juga dulu sempat pernah begitu.. tapi tidak extreme. hha..

Jika anda memberikan perhatian terhadap hal seperti itu, sekilas hidup terlihat memang sedikit menggairahkan, tetapi sebenarnya banyak menyiksa perasaan.. haha

Ketika hal demikian terjadi dalam waktu lama, tentulah bukan merupakan kebiasaan yang baik. 

Tanpa kita sadari, bahwa dengan bertindak demikian, lambat laun akan membawa hati, pikiran kita menjauh dari pada Tuhan. 

Sekarang saya ingin anda memikirkan hal ini: 
Pernahkah orang yang begitu antusias dengan artis/aktor akan sama alih-alih lebih antusias dengan hal yang berkaitan dengan Tuhan?
Jawabannya adalah: tidak! mengapa? karena hati manusia sesungguhnya dirancang untuk tidak bisa mendua.

Anda tidak percaya? coba saja sekarang anda pikirkan: anda mungkin bisa saja berkawan baik dengan 5 orang. Tetapi pasti dalam kenyataan di dalam lubuk hati anda, anda hanya lebih bisa dekat dan merasa nyaman dengan 1 orang diantaranya.














Sekarang renungkanlah ini:
Apakah kita heboh mencari kehadiranNya? membaca Alkitab, heboh membicarakanNya? pernah dengan hebohnya bersaksi tentang Dia? heboh ingin bertemu denganNya segera (bahkan dalam artian kita tidak takut dengan kematian sekalipun)? senang mendengar dan mengangkat lagu pujian, rindu mendengar suaraNya, dan begitu luar biasa gembira jika telah bersekutu denganNya? Seperti layaknya seorang fans bertemu dengan artis idolanya bisa sampai mencucurkan air mata bahagia, tak jarang pula yang pingsan saking bersyukurnya? berusaha extreme untuk menyerupai Allah dalam tindakan (memperbaiki diri secara terus menerus untuk mencapai kesempurnaan)?

Jangan sampai saja anda seperti Mark David Chapman (penggemar berat John Lenon) yang malah membunuh mati pribadi "sang idola".

Hal duniawi memang seringkali terkesan begitu hidup, penuh sensasi, menyenangkan, dinamis, juga tidak membosankan. Tapi masalahnya, dari semua itu tidak ada satu pun yang mampu  menjamin anda terselamatkan….

Bahkan Allah sendiri sangat benci apabila manusia mendua hati..
(saya jadi teringat akan lagu Iwan Fals-aku bukan pilihan.. hha.. lagu yang tepat sekali menggambarkan ini)

Saya juga pernah tersentak, tertegun, dan merasa tergetar! mendengar pertanyaan dan sekaligus pernyataan dari koko saya:
“Tuhan hanya meminta manusia untuk percaya padaNya! Tuhan mau menyelamatkan mereka..
Berarti sekarang ini pasti banyak banget manusia percaya Tuhan HANYA UNTUK DISELAMATKAN DOANG dong?!?! HANYA SUPAYA TIDAK MASUK NERAKA?? Itu namanya *TERPAKSA PERCAYA..* karena ada motivasi dan tujuan tertentu, dia percaya."

Wow.. setelah hidup 20 tahun, baru kali itu saya benar-benar shock memikirkannya, dan  saya dengan segera menyelidiki , serta meng-interogasi hati, pikiran, diri saya sendiri..
iman seperti apa yang saya miliki? bagaimana pandangan Tuhan tentang saya??

Saya memang ingin terselamatkan….
Namun saya tetap selalu diperingatkan akan ayat ini:
Matius 7:21
Bukan setiap orang yang berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan! Akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak BapaKu yang di sorga.

Entah untuk berapa lama saya merasa begitu takut sekali jika saya termasuk ke dalam “manusia terpaksa percaya” itu..  terdengar begitu egois, sangat menyebalkan, mengerikan, penuh kemunafikan..

Kemudian saya berpikir, seberapa banyak manusia yang masih belum menyadari hal ini? Sebesar apa iman percaya itu? 

Ketulusan sangat mahal harganya..

Colossians 2:6-7
So then, just as you received Christ Jesus as Lord, continue to live your lives in Him,  rooted and built up in Him, strengthened in the faith as you were taught, and overflowing with thankfulness.

Saturday, August 4, 2012

Stop Covering Up Mistakes With Using the Name of God


 Stop Covering Up Mistakes With Using the Name of God

Bagi saya dan banyak orang, kegagalan adalah makanan yang sudah tidak asing lagi. Kegagalan menurut saya adalah hal dimana saya tidak merasa puas dan bangga dengan hasil kerja yang diperoleh. 

Sebenarnya, saya adalah orang yang cukup simple dan tidak memiliki ambisius yang tinggi layaknya seorang juara sebuah pertandingan. Ketika semua berjalan dengan lancar dan tampaknya tidak ada kesalahan besar terjadi, saya sudah cukup puas dan bersyukur. 

Akan tetapi saya tidak tinggal sendirian di dunia ini, sehingga saya tidak bisa selalu merasa comfort dengan apa yang saya raih. Saya cukup yakin, bahwa sesungguhnya hampir semua orang memiliki sifat yang sama dengan saya.. yaitu: saya akan lebih fokus dan seringkali melihat ke atas ketimbang ke bawah.
Artinya, ketika saya memperoleh hasil B, yang tadinya saya merasa puas,  bangga, dan bersyukur; tapi kemudian melihat ada orang lain yang berhasil memperoleh hasil A, maka rasa puas, bangga, dan syukur yang awalnya dimiliki itu, akan seketika luntur begitu saja. Karena kita tahu bahwa ada orang yang melebihi  kita. And it means we are not the best. People hate to be defeated. 

Seberapa beriman dan se-positif apa pun pikiran anda, saya yakin bahwa ada suara kecil di hati dan pikiran anda yang meneyetujui statement saya di atas. Itu hal yang wajar.
 Semakin anda berusaha untuk menyangkal perasaan anda yang sesungguhnya, semakin anda merasa lelah, seperti anda telah melakukan suatu pekerjaan yang berat, dan berarti. Menyimpan perasaan kesal, kecewa, marah memang tidak mudah. Energi anda akan terasa sedikit demi sedikit terkuras habis. 

Bagaimana cara agar anda mampu bangun dari keterpurukan? Jawabannya adalah berdoa, bekerja, berserah kepada Tuhan, dan motivasi diri anda sendiri. 

Mungkin banyak dari kita yang masih belum menyadari bahwa motivator terhandal bagi anda adalah diri anda sendiri. Seperti halnya seorang yang sedang sedih, kecewa, gagal, atau terluka, mereka menceritakan kedukaannya itu kepada orang lain yang dianggapnya mampu memberikan semangat baru bagi dirinya, dan kemudian berpikir bahwa pendeta, orang tua, sahabat, atau orang yang diajak sharing nya itu adalah motivator terhebat untuknya. 

Padahal, motivasi-motivasi hebat yang diperolehnya dari orang lain itu tidak akan menjadi apa-apa apabila mereka tidak meresponnya, tidak meng-iman-i pernyataan tersebut, dan tidak mengembangkannya menjadi kekuatan motivasi yang berdaya ledak besar. So, ingatlah bahwa motivator terbesar adalah diri kita sendiri! Orang lain hanya berperan sebagai penasihat. 

Sekarang saya ingin berbagi cerita dari pengalaman pribadi saya..
Ketika saya mendapat nilai pelajaran yang kurang dan bahkan tidak memuaskan, serta terpaksa harus mengulang, dulu saya menganggapnya sebagai suatu jalan hidup yang memang dari awal Tuhan sudah tahu bahwa saya akan mengalami itu. Saat itu, saya adalah orang yang sepenuhnya yakin bahwa tiap-tiap detik yang saya lalui, Tuhan mengetahui dan telah mengatur semuanya. Jadi apapun yang saya lakukan dan dapatkan, saya yakin itu sudah sesuai dengan rancangan Tuhan atas hidup saya.

Sehingga ketika saya mendapat nilai rendah dan harus mengulang pelajaran, saya masih berpikir bahwa ini sudah jalannya Tuhan. Dan setelah berpikir demikian, maka saya akan bisa kembali bersyukur dengan kondisi yang ada. 

Sekali, dua kali saya mengalami hal serupa, saya masih memegang pandangan tersebut. Saya masih bisa enjoy dengan hidup saya yang sedikit bermasalah itu. Saya bisa tenang dan gembira menjalani hari-hari yang berat sekalipun. 

Namun saat kegagalan ketiga, keempat dan terus terulang kembali, saya mulai berpikir.. mungkin memang telat, tapi saya syukuri saya masih sempat berpikir akan hal ini: kegagalan tidak selalu direncanakan oleh Tuhan. Hanya saja kegagalan seringkali membuat kita menjadi pribadi yang suka mencari alasan atas kegagalan tersebut, dan memupuk jiwa pecundang. 

Saya tidak akan keberatan sama sekali apabila anda menilai saya sebagai seorang yang “kurang beriman”.. itu terserah anda.. yang jelas saya sudah mengalami kegagalan bukan hanya sekali-dua kali, dan saya selalu melakukan evaluasi terhadap hal tersebut. Dan yang penting saya pribadi memiliki kepercayaan bahwa saya bukanlah pengkhianat iman.

Sekarang, saya ingin memberi contoh bagaimana maksud context pembicaraan saya ini:

Ketika kita gagal dalam memperoleh nilai bagus, sehingga mengharuskan mengulang pelajaran tersebut. Saat peristiwa menyedihkan itu terjadi sekali, seberapa banyak dari kita yang masih bisa mencari dan memberi alasan “ini mungkin sudah kehendak Tuhan jika saya harus ngulang lagi.. pasti ada rencana indah di balik kegagalan ini yang sudah Tuhan sediakan buat saya..”

Ketika ada dari kita yang kehilangan pekerjaan pada saat jabatannya dalam posisi tinggi. Satu kali terjadi, masih bisa berpikir positif “ini mungkin sudah jalanNya Tuhan.. saya tahu Tuhan telah merencanakan segala yang terbaik buat saya..”

Ketika kita ditolak orang yang disukai. Masih bisa dong anda juga berpikir “Tuhan pasti rencanain yang terbaik.. mungkin memang bukan dia orang yang Tuhan kirim sebagai kekasih saya..”

ditambah pula dengan kata-kata pamungkas: "cara Tuhan adalah yang terbaik.."

Dan banyaaaakk lagi hal-hal lain yang semua kegagalan mengatasnamakan Tuhan.

Saya juga dulu hampir selalu memiliki pemikiran seperti itu.. 

Tetapi lama kelamaan, semakin banyaknya permasalahan yang datang, kegagalan yang terjadi atas hidup saya, itu semua secara perlahan-lahan mengajari saya untuk menjadi orang yang lebih realistis.
Selama ini nyatanya saya belum sepenuhnya menjadi orang yang dapat berpikir dan berpengharap dengan tepat. 

Saya menyadari bahwa semakin saya mengatasnamakan Tuhan dalam kegagalan saya, maka rasa toleransi saya terhadap kegagalan pun semakin besar. Yang mengakibatkan saya tidak terlalu berusaha keras mengintropeksi diri dan tidak serius dalam merespon perubahan.

 Coba pikirkan bila penyebab utama untuk contoh saya di atas adalah:
1. saya mengulang pelajaran karena saya memang dulu tidak fokus dalam belajar
2. saya kehilangan pekerjaan karena saya memang tidak bekerja dengan serius
3. saya tidak mendapatkan pujaan hati karena saya terlalu egois dalam bertindak

Sekarang bayangkan lah apabila anda berada di posisi Tuhan.. saya yakin anda akan cukup bingung, kesal, marah, kecewa, dan sedih karena manusia menjadikan Tuhan sebagai tameng/ kambing hitam yang ditunjuk untuk dipersalahkan.. dan menjadi tertuduh yang harus bertanggung jawab atas kegagalan dan kesalahan kita manusia. 

Bagaimana tidak? Dia telah merencanakan untuk kita plan A, namun karena kelalaian, kemalasan, ketidak-disiplinan, keacuhan, kecerobohan dan kesombongan kita, kita jadi berbelok mendapatkan hasil B. Kemudian kita tidak terima, lalu berkata “ini sudah Tuhan atur.. Tuhan tau yang terbaik untuk saya..  ini sudah jalanNya bahwa saya harus gagal sekarang untuk memperoleh hal yang indah dibalik rancanganNya.. meskipun saya tidak tahu apa itu.. karena saya tahu pasti Tuhan tidak akan menjatuhkan saya!”

Nah loh!! Kena kan tuh nama Tuhan dibawa-bawa untuk mengurangi penyesalan dan kesedihan kita? Hal tersebut layak lah seperti teori di Akuntansi Manajemen yang mana membahas tentang over/under allocated.. kita terlalu rendah memberi poin kesalahan kita(under allocated), dan membebankan poin kesalahan kepada Tuhan lebih besar (overallocated). 

Adil ga sih?? Ya jelas banget engga nya lah, cuy!
Tuhan bisa-bisa bilang begini ke kita guys:  “loh ko u nyalahin I sh? I tuh uda kasih ke u rancangan A.. nah kalo u akhirnya malah dapetin B karena kelalaian u sendiri, kenapa u bilang itu rancangan I? itu kan sama aja dengan u minta I buat bertanggung jawab atas masalah yang u timbulin.. u gt ya.. tau I penuh kasih dan berkuasa, dengan semena-mena pake nama I buat pertaruhin nama baik I untuk kepentingan u sendiri..” 

Begitu lah kurang lebih nya..
Jadi, dari penulisan pembacaan pengalaman pribadi saya kali ini, saya ingin men-sharingkan pembelajaran yang didapat dari kegagalan, yaitu: jangan terlalu cepat mengambil kesimpulan bahwa kegagalan yang terjadi atas diri kita semuanya adalah rancangan baik Tuhan yang terlapisi dengan banyak masalah di awalnya, dan berakhir selalu dengan manis. Meskipun terkadang Tuhan memang mengijinkan ujian itu datang, namun juga tidak menutup kemungkinan bila kejatuhan tersebut sebagian besar adalah didistribusi oleh diri kita sendiri. 

Tetapi tetap ingtlah bahwa Tuhan memang tidak akan membiarkan anda tetap berjalan di jalan yang salah. Dia akan menegur kesalahan kita yang terfatal sekalipun.. dan Dia mau mengampuni dan membangkitkan.

-God does not hold a grudge, and he has always been on our side to justify us-

Friday, July 6, 2012

Reflection of Life


 Reflection of Life

Pernah suatu malam saat saya sedang memejamkan mata berusaha untuk tidur, diiringi dengan alunan musik, tiba-tiba bibir saya tergigit, dan rasanya cukup sakit. Darah pun sampai keluar..
Sungguh membuat bingung dan kaget, saya yang sedang dalam posisi diam dan tenang, serta masih dalam keadaan sadar, bisa tiba-tiba mengalami hal tersebut. Sungguh luar biasa aneh menurut saya.

Akhirnya saya tidak jadi bisa tidur cepat, karena memikirkan “ada apa ini? ko bisa?” sambil menahan rasa sakit. Tak heran apabila banyak orang biasa tergigit bibirnya saat mengunyah makanan.
Sejenak saya memikirkan kejadian itu, saya mendapatkan sebuah pencerahan atau apalah itu istilahnya.
Bahwa sebenarnya peristiwa ini mau menggambarkan bagaimana kehidupan yang dijalani manusia. Manusia baik yang pasif maupun yang aktif dalam bekerja, suatu waktu pasti akan mengalami kegagalan. Bedanya adalah terletak pada apakah orang tersebut gagal dengan sudah menerima pengalaman sebagai pembelajaran mereka di masa depan atau belum.

Bagi mereka yang pasif:
menjalani kehidupan dengan monoton, tidak berani mengambil tantangan dan peluang untuk menjadi lebih baik, malas belajar hal baru, memilih dalam zona aman tanpa melakukan improvisasi integritas. Suatu saat ketika masalah datang, dan membawa kegagalan pada karirnya, kemungkinan dia untuk bangkit dengan segera adalah cukup sulit. Mengapa? Karena pengalaman yang ia miliki masih belum banyak atau bahkan tidak ada. 

Berbeda dengan mereka yang aktif,
Bagi mereka yang aktif:
menjalani kehidupan dengan semangat, dapat melihat peluang, dan berani mengambilnya, mengeksplor kemampuan yang dimiliki, menikmati setiap pengalaman kehidupannya. Apabila ia mengalami kegagalan, dia tidak butuh waktu lama untuk pulih kembali membangun karirnya. 

Jadi, anda lebih memilih untuk tergigit bibir saat anda diam atau saat anda makan?
Kalau saya sih lebih pilih saat saya makan.. karena saya sudah menikmati makanannya..daripada saat diam tapi sama-sama ada probabilitas tergigit.. haha


-you apply a passive or active, you still will fail one day, but you will get more benefits if you have enjoyed your active business first-

Thursday, July 5, 2012

Inspiration Comes From Whoever, Whatever, and Wherever


Inspiration Comes From Whoever, Whatever, and Wherever

Senangnya memiliki peliharan yang bisa memberi banyak penghiburan, dan juga bahkan inspirasi untuk saya menuliskan kehidupan mereka di blog ini.
Kali ini akan saya akan membagikan 2 inspirasi yang saya dapat setelah saya bermain-main puas dengan anjing-anjing saya, setelah telah beberapa waktu lalu saya pernah sempat juga menuliskan 1 kisah inspirasi yang juga didapat dari mereka.

Baiklah, dimulai dari inspirasi yang pertama:
Saya menyadari bahwa anjing-anjing yang saya miliki adalah anjing-anjing pilihan. Kenapa? Karena kami sekeluarga memilih mereka dari antara beberapa saudara kandung mereka lainnya yang sebenarnya adalah lebih bagus dan tidak memiliki kecacatan dibanding anjing yang kami pilih ini.
Anjing pertama saya memang tidak kami pilih, karena itu pemberian dari seorang kenalan.
Anjing keturunan pertama adalah mengalami kesulitan jalan sewaktu masih kecil, sementara saudara-saudaranya lancar berjalan, dan warna bulunya lebih bagus dan bervariasi.
Anjing keturunan kedua begitu penakut jika harus bertemu manusia lain, berbeda dengan saudaranya yang ramah dan senang saat bertemu orang lain yang belum dikenalnya sekalipun.
Anjing keturunan ketiga sedikit mempunyai kecacatan, syarafnya tidak berfungsi normal, sehingga sewaktu dia masih bayi, kami terpaksa harus selalu membantunya mengarahkan dia agar bisa menyusu pada induknya, juga sebelah matanya sedikit buta.
Kami sekeluarga memilih mereka yang tidak sesempurna dibanding saudara-saudara mereka yang lain karena berbagai alasan dan pertimbangan, dan kami mencintai mereka sebagaimana mereka adanya. Kasih sayang kami pada ke-empat anjing itu begitu tulus. Mereka begitu berarti bagi kami.

(nb: anjing lainnya yang tidak dipilih tadinya adalah anjing kami, namun terpaksa diberi kepada orang lain untuk merawatnya, karena kami cukup kewalahan memelihara dalam jumlah banyak)

Disini saya berpikir bahwa, Tuhan memilih saya dan orang-orang lainnya, dengan alasan dan pertimbangan yang tepat. Sekalipun banyak orang diluar sana yang memiliki kemampuan yang lebih hebat, dan hal yang dapat dibanggakan menurut pendapat berbagai pihak, tetapi Tuhan dengan yakinnya memilih dan tidak pernah menyesali umat pilihanNya. Ia juga mengasihi semuanya dengan begitu tulus, mendampingi dengan setia, tidak menuntut banyak hal dari umatNya kecuali taat pada perintahNya dan selalu percaya. Bahkan dengan kuasaNya yang ajaib, Ia akan membuat umatNya lebih dari pemenang.

Inspirasi yang kedua:
Ketika saya membagikan jambu kepada ke-empat anjing saya, anjing yang paling kecil selalu paling lahap makannya, paling cepat, dan bahkan sesekali merebut jambu bagian anjing senior lainnya. Tak jarang ia mencari-cari sendiri jambu yang jatuh dari pohon. Tingkahnya yang lucu selalu membuat saya tertawa geli, dan gemas sekali dengannya.

Melihat anjing kecil saya seperti itu, saya merasa semangat memberi dia lebih banyak jambu lagi, karena begitu bahagia melihatnya menikmati jambu itu, terlihat ia begitu bersyukur dengan jambu yang dibagikan.. namun terkadang saya harus menghardiknya ketika saya melihat dia melahap jatah jambu milik yang lain, dan mengarahkannya pada jambu milik dia sendiri, juga bahkan saya akan berhenti memberinya jambu ketika saya rasa dia sudah makan banyak, meskipun dia terlihat masih mau sekali, karena saya tidak ingin dia terlalu kekenyangan, dan nantinya sakit.

Dari pengalaman ini, saya mendapati inspirasi kedua, yaitu ijinkan saya coba melihat hal ini dari sisi Allah Bapa. Tuhan senang jika melihat manusia bahagia dengan berkat yang dimilikinya, Tuhan akan memberikan berkat lebih bagi mereka yang bisa menikmati dan mensyukuri berkat yang diterimanya, yang mau berusaha selalu mencari dan mengejar kesempatan, tidak menunggu kesempatan. Namun Ia juga terkadang seperti menahan sementara berkatNya, dengan tujuan membatasi perilaku kita sebagai manusia yang tidak pernah puas, agar kita tetap beriman mengandalkan Dia sepenuhnya, dan tidak serakah dengan mencuri jambu milik orang lain. 

Inilah kisah inspirasi saya bersama dengan teman-teman hebat saya. 

 -The Lord will use anything to give us a reason to be always grateful to enjoy the blessing-

Wednesday, July 4, 2012

Judge Others by Knowing Them First


Judge Others by Knowing Them First

Pembahasan kali ini saya dapat dari memory saya akan pengalaman masa SMA..

Di hari pertama, guru kesenian, seorang pria yang tidak muda lagi usianya, dengan postur tubuh kecil dan tidak begitu tinggi, datang ke kelas dan memulai perkenalan, lalu mengajar. Selama pelajaran berlangsung, beliau tidak pernah sekalipun mengeluarkan tangan kirinya dari saku celana. Beliau hanya menggunakan tangan kanannya untuk melakukan gerakan tubuh sebagai alat bantu menyampaikan materi. 

Setelah beberapa puluh menit berlalu, saya dan murid-murid yang lain menyadari hal itu, dan jujur saja lama-lama saya sebal juga melihatnya. Saya berpikir, mengapa guru itu begitu malas mengeluarkan tangan kirinya dari saku celana? Apakah dia begitu gugup mengajar di depan muridnya? Atau dia merasa cukup keren dengan gaya nya seperti itu?

Tak lama setelah saya berpikir demikian, teman di belakang saya berbicara setengah berbisik “alah tuh guru tangannya di simpen di celana terus kaya ga punya tangan aja!”..
saya no comment.. 

Setelah lebih dari 1 jam seperti itu, kemudian beliau mulai menggambar di papan tulis, juga barulah tangan kirinya dikeluarkan. Dan.. begitu luar biasa kagetnya saya dan semua teman-teman, mendapati kenyataan bahwa guru kesenian kami itu ternyata tangan kirinya cacat, tidak ada jari..

Teman di belakang saya pun yang tadi sempat mengejek diam-diam tersentak kaget,dan membisu seribu bahasa. (kami semua sebelumnya tidak ada yang mengetahui perihal kekurangan guru kami).

Namun beliau tetap terlihat begitu tenang melihat tatapan kaget seisi kelas, dan beliau tidak berkata satu kata pun mengenai kecacatan nya itu. Beliau melanjuti pengajarannya hingga pelajaran usai, dan begitu pun pada pertemuan-pertemuan berikutnya. 

Tidak pernah satu sesi pun membahas tentang kelemahan yang dimilikinya, dan tak ada pula murid yang berani menanyakan mengenai kecacatan tangan kirinya tersebut. Tetapi beliau selalu mengajar dengan begitu professional, dan menurut saya, dia adalah guru kesenian paling hebat diantara guru-guru kesenian saya yang lain yang pernah mengajar saya. 

Dari pengalaman ini saya mendapat sebuah pelajaran yang begitu berharga bahwa kita tidak seharusnya menilai buruk orang lain tanpa mengetahui kebenaran yang sesungguhnya terjadi.

- things that we do not know sometimes make us guessing like a fool -



Saturday, May 5, 2012

What Money Can Be



What Money Can Be

Saya menemukan kegilaan di dunia ini, yang dimana anak masih begitu haus akan harta warisan orangtuanya. Ribut memperkarakan harta warisan orang tuanya, yang apalagi jika orang tuanya masih hidup. Itu benar-bnera suatu hal memalukan juga insane. Apalagi jika yang memperkarakan nya itu anak-anak yang sudah bekerja dan memiliki penghasilan sendiri. Baik yang sudah menjadi orang kaya maupun yang berkekurangan, tidak ada yang mau mengalah. Terlebih lagi jika yang sudah kaya masih mau pembagian harta warisan yang lebih banyak bagi dirinya, setidaknya tidak boleh kurang dari saudaranya yang berkekurangan. Serakah sekali.. 

Rasa persaudaraan dan kasih kepada orangtua yang rendah, sungguh memprihatinkan.
Uang bisa membuat orang menjadi buta. Pantaslah apabila orang kaya diumpamakan dengan lebih mudah seekor unta untuk masuk ke lobang jarum daripada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Surga. 

Menurut saya, harta orangtua adalah otoritas orangtua sepenuhnya, terserah uang itu mau diapakan, anak tidak boleh menuntut banyak. Yang mencari uang itu kan orangtua, uang orangtua adalah uang orangtua, uang anak beda lagi (kalau sudah dewasa, bekerja, dan mapan). Untuk apa kuatir begitu besar dengan berkat kita sendiri? Sehingga takut apabila tidak kebagian harta warisan?
Jauh lebih bijaksana apabila semua anak di dunia menyadari bahwa berkat orangtua dengan berkat anak itu sudah diatur oleh Tuhan sedemikian rupa, tidak perlu takut dengan masa depan. 

Uang tidak bisa membeli kebahagiaan.. saya setuju.
Tapi tanpa uang apalagi.. saya juga lebih setuju sekali.

Kalau begitu bekerja pintar dan bekerja keraslah supaya mendapat uang sendiri, bukan bekerja keras mendapatkan uang milik orangtua.
Dan yang tidak boleh dilupakan, apabila anda sudah menjadi orang yang berlimpah dengan berkat materi, gunakanlah uang itu secara bijaksana, pergunakan untuk kemuliaan Tuhan, menyejahterakan orangtua, membangun saudara yang kesulitan, memberkati orang lain juga.
Uang tidak akan dibawa mati kan?! 

Saya senang dengan sebuah cerita inspiratif yang berkisah tentang seorang muda yang dengan giat setiap hari mengumpulkan uang terus menerus, dari matahari belum muncul sampai bulan menampakan dirinya. Begitu giatnya pemuda itu mengumpulkan uang, tidak peduli seberapa letih badannya, ia tetap terus bekerja. Sampai dia jatuh sakit dan akhirnya mati. Uang yang dikumpulkan nya dengan susah payah akhirnya hanya dinikmati oleh orang-orang disekitarnya, tanpa si pemuda itu pernah menikmati sedikitpun hasil keringatnya itu. 

Kisah ini mengajarkan bagaimana kita sebagai manusia untuk tidak haus akan harta, harus menyeimbangkan dengan mengasihi Tuhan dan bersosialisasi dengan sesama.

Mama juga pernah berkata jika kami 3 bersaudara harus saling menopang satu sama lain, tidak boleh pelit, bantuin yang seandainya ada ekonominya kurang baik, meskipun mama berharap dan minta sama Tuhan jika kami semua jadi orang sukses, ga ada yang susah. Saudara-saudara juga bantuin, jangan simpen kekayaan sendiri, jangan jadi orang sombong kalo uda sukses. 

Saya sangat suka dengan “wejangan” mama yang bilang kalo  kita bantuin harus tulus, jangan berharap imbalan, kalo saudara kamu ada yang susah, jangan bantuin dia cuma dengan kasih uang 1 juta, 2 juta, 5 juta, bantu danain dia buat buka usahanya sendiri. Kenapa? Karena kalo kamu cuma bantu uang 1 juta, 5 juta, itu uang nanti lama-lama juga bisa abis, kalo kurang saudara kamu harus terpakasa jadi minta tolong lagi kan.. (kaya BLT oleh pemerintah lama-lama juga abis). Bangunin usaha buat dia kelola, biar uangnya bisa dilipat gandain.. jangan pelit, jangan berharap dia balikin uang kamu. 

Kumpulin harta di Surga, alias kumpulin harta kebaikan hati, bukan kumpulin harta di dunia.
Harta di dunia sebanyak apapun kalo uda kebakar itu lenyap, kalo uda ada krisis moneter itu habis. 

-money can be a tool to do good things and bad things depend on the users intention-

Parents Love vs Children Love


Parents Love vs Children Love

Baru kemarin saya membaca sebuah artikel di koran yang menanyakan bahwa apakah dosa jika ia menitipkan ibunya ke sebuah panti werdha (panti untuk orang tua lanjut usia)? Masalah yang diutarakannya adalah: dia tidak memiliki waktu luang yang cukup banyak, dia harus mengatur kebutuhan rumah tangganya, melayani suami, mengurus anaknya yang masih kecil, belum lagi dia harus pergi kerja di kantor. Waktunya tersita untuk mengurusi hal-hal seperti itu, sehingga hidupnya terasa begitu sibuk, tidak sempat bila harus meluangkan waktu untuk merawat ibunya yang sudah lanjut usia. Tenaganya sudah habis terbuang untuk meng-cover seluruh aktivitas rutinnya tersebut. sehingga ia berniat untuk menaruh ibunya di panti werdha, dengan alasan agar ada yang bisa membantu menjaga dan mengurusi.

Jaman sekarang, sudah tidak jarang lagi apabila seorang anak menitipkan orang tua mereka dipanti werdha / panti jompo, dengan alasan yang mayoritas pasti sama seperti kasus di atas.
Sebenarnya, apa guna mereka hidup di dunia ini?
Merawat orangtua saja sampai tidak sempat?? Apakah bisnis mereka jauh lebih penting dari orang tua mereka? Sehingga mereka bisa terpikir untuk menitipkan orang tua mereka sendiri untuk orang lain yang tidak sedarah daging untuk merawat orang tuanya?
Apa fungsi dan kewajiban anak yang masih dilakukannya?

Tidak sadarkah mereka apabila mereka pasti tidak akan ada di dunia ini jika tidak dilahirkan oleh orang tua mereka ke dunia ini?
Buat apa mereka begitu bangga dengan bisnis mereka, pekerjaan mereka, rumah tangga mereka, tetapi tidak dengan orangtua mereka?
Saya bersyukur sekali karena Tuhan telah mengatur saya untuk hadir di dunia ini dengan keluarga, orang tua yang begitu bijaksana dan menyanyangi saya dengan begitu luar biasa. Orang tua saya selalu mengajarkan kepada anak-anaknya untuk selalu mengutamakan Tuhan dan keluarga. Saya rasa, tidak jarang pula orang tua di dunia ini yang mengajarkan hal serupa.Hanya saja sayangnya, tidak jarang pula yang tidak terlalu peduli dengan hal pokok ini. 

Sekarang saya ingin mengilustrasikan, berdasarkan dari kejadian nyata yang benar-benar terjadi, bagaimana besar dan jauhnya kesenjangan antara kasih sayang orang tua kepada anak,dengan kasih sayang anak terhadap orang tua:

Jika orang tua kita kaya, sudah tentu yang menjadi raja adalah anaknya. Sedangkan jika anak kaya, orang tua bisa jadi pembantunya. Mau contoh?  Banyak..
Tidak usah jauh-jauh, lihatlah handphone yang anak pakai, dengan yang orang tua pakai..
Anak menggunakan handphone yang up-to-date, kalo bisa pake model yang paling baru, teknologi tercanggih, kamera berapa mega pixel, bisa internetan cepat, BBM an, 3G, touchscreen, dan aplikasi-aplikasi wah lainnya…. Orang tuanya? Pakai handphone yang biasa saja, yang penting bisa buat telepon dan sms sudah cukup, model masih jadul ga masalah, tombol pencetannya longgar no problem, lampu handphone nya redup  it’s ok, ga bisa internetan apalagi.. teruskan..! hha

Mobil yang digunakan: anaknya pake mobil Jaguar, Porche, Mercedes Benz, Bugetti, Audi, Mini Cooper, harganya uda Milyar an punya, ini orang tua nya? Paling oke juga Nissan Juke, Suzuki Vitara, Toyota Rush, yang harganya kalah seri dari mobil si anak, padahal itu belinya pake duit orang tuanya.. 

Orang tua kalau punya uang lebih, kepikirannya ngajak jalan-jalan sekeluarga, bareng anak-anaknya biar anaknya seneng.. Kalo anak punya uang lebih dikit aja, lebih milih pergi seneng-seneng bareng temennya. Pikirannya kalo bareng orang tua itu ga seru.. ga bisa becanda heboh kaya kalo bareng temen-temennya. 

Yang sakit lagi kalo orang tua punya gaji, 99% uangnya dipake buat kebutuhan rumah tangga, bahagiain anak. Kalo anak punya gaji pertama, ga sedikit yang mereka buang buat traktir makan-makan temennya, apalagi kalo uda punya pacar, beliin deh tuh pacarnya cincin, kalung.. Orang tua? Ntar dulu ya kalo masih ada sisa.. Malah kalo kurang masih nagih juga uang jajan dari orangtuanya.
Eh, baru beberapa bulan kerja, belom kasih banyak kesenangan buat orang tua, uda minta nikah lagi! Uda deh uangnya makin ngalir buat istrinya, keluarga barunya. Orang tuanya? Boro-boro diprioritasin.. Bagus kalo masih anaknya inget n mau kasih uangnya buat orangtua. 

Jika orangtua sukses, anak ikut dibanggain. Kalo anak sukses? Orang-orang taunya si anak tersebut adalah orang hebat, jarang banget kan ada yang sadar dan bilang “orangtuanya hebat banget bisa bikin anaknya jadi orang sukses kaya gitu..”, yang buruk biasanya baru deh tuh orangtua ikut keseret-seret nama baiknya. 

Ketika kekuatan fisik orangtua sudah melemah, dan anak mulai berpenghasilan dan bekeluarga, tidak jarang pula orangtuanya berada di rumah sekedar sebagai penunggu rumah, membersihkan rumah si anak, begitu si anak liburan, si anak mengajak istri beserta anak-anaknya untuk pergi vacation ke luar kota atau pun juga luar negeri. Orangtuanya? Nanti ya, tunggu terkumpul uang lebih banyakan lagi.. Alhasil intensitas jalan-jalan bersama anak istri dibanding sama orangtuanya bisa 5 : 1.

Entah sudah berapa kali mama saya mengatakan: “awas kamu ya kalo sampe nanti papa sama mama uda tua kamu taro dipanti jompo, bisa mama kutuk kamu semua.. (hha) Kamu coba perhatiin, orangtua punya anak sampe 9, 10, 13, serepot-repotnya orangtua, semua anaknya bisa dijaga, dirawat sampe pada gede-gede, ga ada yang mati kelaperan.. Tapi ada anak sebanyak apa pun, belum tentu ada yang bisa ngerawat orangtuanya yang cuma berdua…. Yang namanya orangtua kalo uda ditaro dipanti jompo tandanya anaknya ga mampu kan tuh ngurus orangtuanya? Ga sayang mereka ke orangtuanya, malah mikirin bisnis sama keluarganya sendiri-sendiri.. padahal tanpa orangtua yang ngedidik mereka, mereka ga mungkin bisa ada sampai sebagaimana mereka ada sekarang.”
I couldn't agree more!

Kembali ke kasus pertama kali saya bahas.. orang tuanya mau dimasukin panti wreda..
Saya heran dengan orang yang punya pemikiran sampai disitu..
Apakah waktu dia masih kecil, dia dititipkan juga oleh orang tuanya di panti asuhan? Atau dititipkan ke orang laen buat diurusin? Sampe-sampe rasa sayang ke orang tuanya kecil begitu..

Dengan alasan kesibukan, itu memang bisa dibenarkan bila dia tidak memiliki waktu luang yang cukup untuk mengurus seluruh aktivitas kehidupannya, tapi, bisakah dia berpikir lebih bijaksana?
Jika dia merasa sungguh sibuk sampai tidak sempat merawat orangtua nya, bukankah lebih baik baginya untuk berhenti kerja saja? Tinggalkan kerjaan yang paling banyak menyita waktunya, alokasikan waktu kerja dia untuk mengurusi hal-hal yang lebih bermanfaat dan mulia, untuk merawat orangtuanya di rumah, alokasikan untuk menemani anaknya bermain.. toh suaminya sudah bekerja juga. 

Bagaimana jika suami bekerja tidak menghasilkan uang yang cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya? Maka saya dengan senang hati mengambil kata dari bapak Mario Teguh yang berkata: “buat suami anda jadi memiliki semangat kerja yang lebih tinggi lagi, dan buat dia berpenghasilan berkali-kali lipat dari sebelumnya.” Lebih baik apabila bekerja 1 orang menghasilkan pendapatan yang besar, daripada 2 orang bekerja dengan penghasilan pas-pas an. Guna istri kan sebagai pembantu suami, berarti istri itu lebih kuat kan dari suami dong.. namanya juga pembantu, orang yang membantu itu lebih kuat dari yang dibantu kan..? 
Jika seorang wanita memiliki passion yang besar untuk menjadi wanita karir, tentu tidak buruk, yang penting orang tua tetap menjadi perhatian utama. 

Saya harap, khusus untuk saya pribadi, dan teman-teman generasi muda semuanya, tidak akan menjadi anak yang kurang ajar dan tidak tau diri. Tidak menjadi anak yang durhaka. Orangtua tetap menjadi prioritas kedua setelah Tuhan. Tidak ada yang boleh menggeser posisi keduanya itu sampai kapan pun. Saudara adalah yang ketiga. 

- Love your God and parents above anything-

Wednesday, May 2, 2012

Beauty


Beauty

Banyak sekali orang yang selama ini tidak puas dengan penampilannya, baik dari wajah maupun postur tubuh.
Orang yang gemuk merasa malu karena ukuran tubuhnya yang lebih besar dari postur tubuh ideal, orang yang kurus tidak menyukai dirinya yang terlihat seperti orang kurang makan. 


Orang yang berwajah tidak indah (menurutnya dan beberapa orang lainnya) kesal karena dia tdak memiliki wajah yang elok supaya banyak orang yang tertarik kepadanya, orang yang berwajah biasa-biasa saja juga tidak terlalu bersyukur, orang yang tampan atau cantik sekalipun, masih sering tidak puas dengan kelebihannya itu ketika melihat ada orang lain yang menyaingi ketampanan atau kecantikannya.

Manusia itu bukan makhluk yang cepat puas adalah sebuah kenyataan tak dapat disangkal.

Operasi plastik sudah banyak dilakukan untuk membuat penampilan seseorang menjadi terlihat lebih baik dan menarik.
Sebenarnya apa sih yang orang cari dari penampilan indahnya?


Pernahkah mereka berpikir perasaan orang yang cacat? 
Yang tidak bisa mempercantik diri meskipun mereka menggunakan alat bantu yang membuat mereka terlihat menjadi lebih normal. Yang melakukan segala macam operasi untuk memperbaiki kekurangannya, tapi hasilnya tidak selalu memuaskan. Mereka ingin tampil indah dilihat, tetapi mereka tidak berdaya untuk mendapat perhatian lebih. 

Kehadiran mereka sebenarnya adalah sebuah anugerah tersendiri bagi orang-orang yang normal secara fisik. Daripada memperbaiki penampilan luar, lebih baik untuk memperbaiki penampilan dalam (hati dan pikiran).
Kecantikan / ketampanan itu relative. Sampai kapan pun, sebesar-besarnya usaha yang kita lakukan untuk menjadi yang terbaikdari semua orang yang ada dalam hal penampilan, itu tidak akan pernah bisa. 
Seperti langit di atasnya ada langit lagi dan langit lagi. Tidak akan ada akhirnya. 

-be thankful with all you have, because if you dont, you are destroying yourself-