Saturday, July 20, 2013

live is fleeting



Rasanya belum lama terakhir kali saya bermain bulutangkis dengan papa saya..
Malam itu kami kembali bermain hingga puas..
Pukulan nya sudah tidak sekencang dulu, fisiknya mulai melemah..
Dulu kami bisa main sampai 6 set non-stop, kali ini beliau hanya kuat 3-4 set saja, dan itu pun sudah setengah mati rasanya.
Saat itu saya baru benar-benar menyadari bahwa my father is not young anymore. 

Adapun mama saya lututnya mulai sakit, diagnosa dokter mengatakan tempurung lutut nya sudah mulai “aus”, dimana hal tersebut wajar dialami orang yang mulai tua – sejenis osteoporosis. Ingin bangun dari duduk, melakukan gerakan yang berhubungan dengan gerakan otot harus dilakukan dengan pelan-pelan, terkadang untuk mengangkat barang berat pun meminta tolong saya untuk mengangkatnya. 

Saya teringat dulu saya pernah memiliki anak anjing yang sangat lucu, kami sekeluarga begitu senang dengan kehadirannya, kami sangat menyanyangi dia.
Namun kami tahu bahwa suatu saat anak anjing itu tidak akan menjadi milik kami lagi..
dia akan diberikan kepada orang lain.
Begitu sedih membayangkan dirinya kelak tidak lagi menjadi bagian di rumah kami.
Hari demi hari saya lewati bersama dia dengan semaksimal mungkin.
Bangun tidur, sebelum-setelah makan, sebelum-setelah mandi, berangkat-pulang kuliah, bahkan ditengah-tengah kesibukan saya belajar pun, saya pasti menyempatkan diri memeluk dia dan bermain-main dengannya.
I really don’t wanna miss a thing.

Cerita di atas akan berlaku juga untuk saya menjalani kehidupan ini dengan teman, saudara, dan terlebih keluarga saya.
Semua orang akan meninggal sekalipun tidak tahu kapan.
Time goes so fast, and people will never be ready to say goodbye with smiling on their face.

Umur  papa saya sudah 53th, mama 47th
Sering kan anda mendengar orang berumur 50 tahun sudah banyak yang meninggal, 55, 60?
Jika menggunakan umur rata-rata kematian selama ini, bukankah umur orang tua saya sudah tidak lama lagi?
Bagaimana dengan orang tua anda??

Bukan nya saya mengharapkan kematian cepat bagi orang tua saya, saya hanya berpikir pakai logika dasar.
Saya sungguh tidak mengharapkan kematian cepat menghampiri mereka.
Doa saya selama ini adalah supaya Tuhan berkenan memberikan mereka umur yang panjang dan memberikan saya kesempatan membawa mereka keliling dunia.
Tidak menutup kemungkinan yang muda mati lebih cepat dari yang tua kan?
Jadi, sama sekali tidak ada salahnya menjalani kehidupan seakan tidak banyak waktu lagi yang tersisa.

Pada umumnya ketika saya mendatangi tempat perkabungan, orang-orang yang ditinggalkan menangis tersedu-sedu, bukan hanya karena mereka tahu tidak akan dapat bertemu kekasih nya lagi sampai kematian menghampiri mereka juga, akan tetapi juga karena perasaan menyesal yang begitu dalam.

Menyesal dulu tidak memperlakukan sang kekasih dengan baik, menyesal dulu tidak menyediakan waktu cukup banyak untuk sekedar mendengar atau berbagi waktu dengan mereka, sampai pada tahap menyesal yang paling ekstrem “saya belum sempat berkata maaf kepadanya dan bahwa saya benar-benar mencintai dia…” 

Seperti kisah seorang ibu yang pada saat anaknya masih hidup, ia membelikan boneka yang bagus, namun tidak diperkenankan anaknya bermain dengan boneka yang dibeli nya itu karena alasan
“sayang boneka nya masih baru.. ini disimpen dulu ya.. takut rusak.. nanti aja mainnya kalau kamu uda lebih besar..”
Dan waktu yang dirancangkannya itu tidak pernah datang..
Berpuluh-puluh tahun sudah kepergian anaknya itu, ibu tersebut masih tidak pernah bisa melupakan penyesalannya dulu tidak meng-iya-kan permintaan anak terkasihnya untuk memainkan boneka tersebut.   

Begitu pula dengan kisah orang-orang yang membawakan makanan lezat dan mimuman anggur ke tempat perkuburan kekasihnya, yang padahal pada masa hidup orang itu tidak diberikan hal-hal demikian.
Yang dilakukan sudah terlambat, semua sia-sia.
Orang mati tidak lagi menikmati santapan duniawi. 

Hal ini menyadarkan saya untuk mau memulai melakukan yang terbaik, menghargai dengan sangat waktu yang ada, dan menjalankan tindakan-tindakan preventif menghindari penyesalan berlebih yang semestinya bisa diminimalisir. 

Tindakan-tindakan preventif apa yang saya maksud?
saya bisa mulai memberanikan diri untuk mengatakan maaf dan terima kasih kepada orang tua saya secara langsung, dimana biasanya orang-orang muda merasa gengsi / bahkan tidak perlu untuk menyatakan itu pada orang tua nya. 
Mengatakan itu dari lubuk hati terdalam sangat tidak mudah, lidah anda tiba-tiba akan benar-benar merasa kaku dan beku..
untuk mengeluarkan suara saja seperti bayi yang sedang belajar bicara.

Setiap turun dari bus luar kota yang mengantarkan saya dari Jakarta menuju Serang dan sebaliknya, saya senang mengatakan “terima kasih, pak!” sekalipun 1 banding 30 mungkin yang beterima kasih kepada pengendara tersebut.
Mengapa saya perlu berterima kasih padanya?
Karena supir tersebut sudah mengantarkan saya ke tempat tujuan dengan selamat..
Bayangkan jika ia hanya sembarang mengendarai, mungkin saya sudah mati dan tidak bisa menulis blog ini lagi.. hahaha

Dari hal tersebut sebenarnya bisa saja mewakili keadaan real manusia berinteraksi dengan sesamanya selama ini..
1 : 30
1 dari 30 orang enggan mengatakan terima kasih. Why?
Karena mereka menganggap “ya itu sudah seharusnya mereka berlaku begitu!”
artinya:
(1) yah kita uda bayar, emang uda seharusnya si supir nganterin kita dengan selamat!
(2) yah orang tua protect kita, mencukupi kebutuhan kita, emang uda seharusnya mereka begitu!
-- coba renungkan, seberapa banyak orang tua yang meng-aborsi anaknya? menjual anak nya? -- 

Perbandingan skala untuk kasus 2 mungkin lebih besar dari kasus 1. 

Seberapa mudah bagi kita untuk mengucapkan “sorry” ke orang tua?
Semudah kita mengucapkannya pada teman / atasan kita kah?

Anda mencari waktu yang tepat untuk mengatakan itu semua?
hm.. I’m afraid u will not have enough time to find the right one. 

Jika masih ragu untuk mulai melakukannya, bagaimana bila anda berpikir seperti ini:


“Apabila kekasih saya meninggal terlebih dahulu, at least saya tidak akan menyesal karena sudah mengeluarkan isi hati saya kepada mereka.. mereka akan membawa kejujuran saya ke alam kematian sana.”

“Apabila saya yang meninggal terlebih dahulu, saya juga tidak akan menyesal karena sudah membiarkan kekasih saya mengetahui bagaimana perasaan saya selama ini ke mereka.. dan mereka yang ditinggalkan setidaknya memiliki kenangan baik tentang saya.”

Beres kan..?! 


- in this earth you always have the chances more than once, but you will not have it again in the world of the dead -




 


Friday, July 19, 2013

who we are?



Sudah ada lebih dari 3 kali saya dituduh sebagai pelaku “ke-iseng-an” menyembunyikan handphone dan sejenisnya milik teman saya, yang padahal kehilangan "temporer" tersebut akibat kelalaian mereka sendiri yang menempatkan barang-barang itu di tempat yang kurang aman.
Puji Tuhan nya yang dikatakan hilang ditemukan di tas maupun tempat duduk mereka sendiri dan oleh mereka sendiri, bukan oleh saya.. jadi saya terbebas dari tuduhan menyebalkan.

Apa alasan mereka menuduh saya yang mengambil?
(1) Saya orang yang posisinya berada paling dekat dengan mereka,
(2) Wajah saya dinilai terlalu sumringah ketika mereka bersaksi kehilangan barang nya
(dimana umumnya orang akan memasang muka turut kuatir, sementara saya tidak demikian)

Untuk alasan yang pertama, saya masih menganggap itu adalah hal yang wajar, tapi untuk alasan kedua? Itu tidak wajar meskipun sesekali saya menyetujuinya.. haha

Banyak ajaran yang mengatakan bahwa menangislah saat teman mu menangis, dan tertawalah bersama mereka ketika mereka bahagia. Itu lah bagaimana cara anda bersimpati / bahkan berempati terhadap sesama. 

Well, pada kenyataan nya, saya tidak selalu se-prinsip dengan pernyataan tersebut.. sekalipun terkadang saya juga mengalami kuatir berlebihan kepada orang yang saya kasihi. 

Saya akan berusaha untuk tetap tenang dan terkendali, sehingga saya tidak ikut terjerumus dalam kesedihan, ketakutan, kekecewaan yang di sharing kan orang lain. Saya takut akan menjadi lemah sama seperti mereka. Ketika saya lemah, maka tidak ada lagi kekuatan pada diri saya untuk membantu orang lain bangkit dari rasa intimidasinya. Itu lah alasan saya untuk masih tersenyum / bahkan tertawa di saat orang lain merasakan hal tidak menyenangkan. Agak aneh memang.. tapi itu lah saya.
 
Ada kala nya orang menilai bahwa seorang yang senantiasa happy adalah orang yang tidak serius dan sulit diandalkan. Hm who knows?

Kelebihan charming person adalah mereka bisa mengendalikan diri untuk tidak terpuruk dalam jangka panjang seperti yang dibiasakan orang pada umumnya. Tetapi charming person bukan terlahir dari sana nya.. kepribadian itu bermula dari pembelajaran akan pengalaman hidup. 

Menjaga diri untuk tetap terlihat baik-baik saja bukan hal yang mudah dan menyenangkan untuk dilakukan. Itu butuh effort lebih ketimbang anda mempersilahkan orang lain melihat diri anda dalam posisi menyedihkan. 

Apakah bersikap “everything is okay (nothing’s okay actually)” adalah munafik?
could be.
Hanya saja saya lebih suka menggunakan bahasa positif ketimbang negatif.
Sebut saja munafik disini sebagai strong-hearted man..
itu jauh lebih enak didengar dan terkesan elegan.

Salah satu prinsip saya, yang sampai saat ini masih learning by doing:
“do not show the world how broken you are, just keep on laughing! Because that is a great way to tell ‘em that world is not as bad as they thought” 

Ketika prinsip itu diaplikasikan ke kehidupan nyata, mungkin itu terasa seperti anda sedang menggunakan sebuah topeng bergambarkan orang tertawa. Sekalipun seperti sedang menyangkal perasaan sebenarnya, saya dan beberapa orang di luar sana cukup ikhlas melakukannya. Mengapa? Karena setidaknya kami bisa menunjukan kepada dunia bahwa kami tidak cukup rapuh untuk dibinasakan oleh  duka. 

Selain daripada itu, saya kira orang-orang seperti kami ini adalah tipe orang yang cukup sensitif, dan emosional. Biasanya tidak suka dan merasa tidak nyaman apabila mendapat respon “iba” dari orang lain. Di saat orang lain memancarkan pandangan kasihan (yah anggap lah mereka benar-benar bersimpati), saya dan kaum strong-harted man bisa merasa seperti seorang yang payah betul. lucu ya.. haha..

tapi yang namanya manusia tetap saja tidak mungkin tahan terus-terusan berada di zona kesendirian nya.. pasti akan men-sharing kan masalahnya, sekalipun mungkin tidak detail.
Salah satu teman baik saya pernah berkata seperti ini:
“orang sering bilang aku kuat. But the worst thing of being strong is no one ask "how's your day?” and sometimes it makes me feel lonely."

Begini saudara-saudara, anda harus percaya bahwa selalu akan ada orang diluar sana yang mengerti kepedihan anda sekalipun anda menunjukan senyum lebar kepada mereka.
Mereka mengerti diri anda sampai sejauh itu bukan karena talenta menilai orang sejak kecil, melainkan karena mereka dekat dan memperhatikan anda lebih seksama dari orang lain. 

Apabila anda masih bertanya-tanya kenapa tidak terus bertanya keadaan anda padahal mereka tahu anda sedang terluka? satu-satu nya alasan mengapa orang-orang tersebut bertindak demikian adalah karena mereka ingin mempercayai anda. Ingin percaya bahwa anda "benar-benar baik-baik saja." Mereka adalah wujud dari kasih yang nyata (yeha!).

Setelah 21 tahun lebih menjalani kehidupan ini, saya sadar bahwa sesungguhnya saya tidak pernah kekurangan kasih yang nyata tersebut. Meskipun ada pertemuan dan perpisahan dengan beberapa teman baik saya (baik manusia maupun hewan peliharaan), akan selalu ada masanya pertemuan dengan teman baru yang sama menyenangkannya dengan teman lama, sekalipun teman lama tidak tergantikan keberadaan nya (hanya tergantikan kehadirannya.. haha).

Namun diluar berkat itu semua, sadarkah bahwa anda terlahir untuk menanggung kehidupan sendiri?
No one could incarnate to be you, so you alone fight and stand in your place.
you are the only captain of your boat. 

Tidak ada seorang pun yang bisa menjelma menjadi diri kita. Kita harus mempertanggung jawabkan segala tentang kita dihadapan Tuhan sendiri. Bahkan Tuhan yang Maha Kuasa tidak menjelma menjadi pribadi kita dulu baru disalibkan. Dia tetap Dia, dan kita tetap kita. Dia menebus dosa manusia melalui diriNya sendiri. Juga tidak pernah kan anda menemukan asurasi jiwa yang mampu menggantikan jiwa anda dengan yang baru? Perusahaan asuransi tersebut hanya bisa mengganti nyawa anda dalam bentuk uang. 

Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa kita harus mempunyai prinsip-prinsip kehidupan sendiri, supaya kita bisa menjadi diri sendiri, pribadi yang berbeda. Keluarga hanya lah penopang,  teman hanya lah pendukung, dan orang lain hanya lah pemicu, Tuhan melakukan ke-3 peranan tersebut. Namun yang benar-benar menjadi pelaku utama adalah kita sendiri. So, we must be tough.

a fragile-hearted man is a man who can't be moved from their pain, can't fight the intimidation, trapped in a smoky haze, too afraid to step out of from comfort zone, and surrender to be killed slowly by the time 


Sunday, July 14, 2013

gotta live like we're dying



Believe it or not, saya adalah orang yang menunggu-nunggu waktu kematian tiba. Bukan karena saya depresi menghadapi kehidupan di dunia dengan segala himpitan masalah yang tidak pernah ada habisnya. Jenuh melakukan aktivitas sehari-hari yang monoton juga bukan alasan utama. Alasan saya sebenarnya adalah saya begitu penasaran ingin bertemu secara langsung dengan Seseorang yang paling berarti dalam hidup saya. Dia yang selalu mampu membuat saya tertawa dalam duka.. namun saya belum pernah bertemu secara langsung dengan Nya.. akan sangat baik apabila saya tertawa dalam sukacita sejati bersama-sama dengan Dia di surga sana.

Cukup banyak orang yang ketika sedang berbincang sesuatu dan secara tiba-tiba menyinggung soal kematian, hampir selalu berkata “jangan ngomongin kematian.. pamali!”, dan saat saya menjawab “mati itu oke loh *shrugged*”. Mereka mulai mengerenyitkan kening nya dan menganggap saya aneh. Kebalikan dari mereka, saya merasa mereka yang aneh. Bagaimana mungkin membicarakan kematian itu pamali / tabu? Toh semua orang suatu saat akan mati kan?! tidak bersedia mati? tidak siap mati? Yah ampun.. andai setiap manusia bisa memperlambat waktu kematiannya.. pastilah dunia ini sudah terisi penuh oleh air mata. Thanks God ada kematian.

Perjalanan dari rumah saya di Serang menuju kampus di Jakarta kurang lebih 2 jam melewati tol sepanjang 72km, setiap harinya PASTI ada saja kecelakaan yang terjadi di jalur itu. Beberapa kali nyawa saya selamat secara dramatis. Mungkin sekitar 3x saya menemukan mobil kendaraan depan saya menabrak mobil di depannya lagi akibat pindah jalur secara mendadak. Dan mobil yang saya tumpangi dilindungi Tuhan hingga sempat untuk menghindari tabrakan beruntun. Sudah 2x saya selamat dari kecelakaan parah dimana kendaraan umum yang kecelakaan tersebut semestinya saya naiki apabila saya tidak telat berangkat beberapa menit tiba di tempat (karena system operasional kendaraan umum ini adalah ngantri—tidak diperkenankan sesama jenis mendahului.. haha).

Dari pengalaman tersebut, saya melihat bahwa manusia bisa mati kapan pun dimana pun dengan cara apapun. Apabila pikiran saya mulai bertanya “Tuhan, saya mau segera ke tempat Mu, boleh ga?” maka dengan sendirinya akan ada jawaban “belum saatnya” terbukti dari dari sekian banyak kecelakaan yang sudah terjadi, saya terhindar dari itu semua dan masih hidup! Tanda nya masih ada hal lain yang mesti saya kerjakan di dunia. Kejadian itu juga senantiasa menyadarkan saya secara rutin bahwa apabila saya pergi ke kampus, saya belum tentu kembali ke rumah dengan keadaan hidup. Begitu pun sebaliknya. we gotta live like we’re dying.

Tuesday, March 12, 2013

Don’t be a new (again)


Don’t be a new (again)

Bagaimana maksud dari tema saya ini? Jangan menjadi orang baru (lagi)
Ini tidak terlepas dari IMAN. 

Saudara-saudara, mari saya jabarkan lebih luas..
Sudah berapa lama anda hidup di dunia ini?
Sudah berapa banyak kasus kehidupan yang anda lalui tiap hari, bulan, tahun?
Sudah berapa banyak kebahagiaan yang anda dapatkan selama ini?
Berapa total berkat dan mujizat yang telah anda peroleh selama anda hidup (silahkan hitung bila anda bisa)

Masih perlu kah kita kuatir akan masa depan, dan menjadi seperti “orang baru” yang mengenal Tuhan?
Seperti kisah bangsa Israel yang dipimpin Tuhan keluar dari Mesir menuju tanah perjanjian Kanaan.
Tidak kah kita semua sepakat bila bangsa Israel saat itu adalah bangsa yang tegar tengkuk? Konyol sekali mereka masih meragukan pertolongan Tuhan padahal tiap harinya hidup mereka berisikan mujizat yang tak dapat dijelaskan dengan teori apapun tanpa ada habisnya?

Akankah kita mengulangi kekonyolan tersebut di masa sekarang?
Pernah kah Tuhan telat memberikan pertolonganNya kepada kita?
Coba pikirkan baik-baik.. 

Tidak berlebihankah kita menghadapi kehidupan ini? Kuatir hanyalah rasa takut berlebihan akan sesuatu tidak berjalan seperti yang kita harapkan itu baik adanya. 

Sekarang akan di sharing pengalaman saya:

Tahun ini, saya berkomitmen untuk membaca Alkitab setiap harinya. Tidak peduli bagaimana pun caranya, saya akan membaca Firman itu. Setidaknya dalam masa pembelajaran ini, minimal 1 pasal sehari.

Saat saya menghadapi ujian akhir semester, waktu belajar menjadi ekstra. Hingga larut malam saya belajar. Kegiatan membaca Alkitab tentunya masih dijalankan. Jika materi pelajaran yang akan diujikan besok adalah banyak, maka saya memilih untuk membaca Alkitab dulu, baru belajar. Tujuannya adalah supaya saya masih konsentrasi untuk menangkap setiap detail Firman itu dan tidak keburu tidur.

Pada 1 hari, saya pulang kuliah jam 18.00 dan sampai rumah pada jam 21.00 karena jalanan macet sekali waktu itu.
Mandi, makan, dan mengerjakan hal-hal kecil lainnya hingga sekitar jam 22.00 (cukup larut).
Keesokan harinya saya ada ujian dengan materi 10 bab yang harus dibaca, dan ujian dimulai jam 08.00!
Mata saya sudah perih sekali untuk tetap terjaga..
Sementara saya belum belajar sama sekali pelajaran itu.
Bahkan tidak juga saat dosen menjelaskan selama ini.
(anda mahasiswa, anda akan mengerti situasi saya saat itu)
Untuk beberapa waktu, saya mempertimbangkan apa yang harus saya lakukan di waktu yang super sempit ini? “ya Tuhan, ini sangat menantang!”

Maka saya terpikir akan hal ini “ kerjakan dulu apa yang menurutmu harus diprioritaskan jika ini adalah hari terakhirmu, Nesia!”

Guess what I did?
aha, surely you are right, buddy!
I took my Bible first and start read it!

Selesai membaca 2 pasal dan merasa puas dengan pilihan saya, barulah mulai membuka lembaran pelajaran. Tak terelakan lagi rasa ngantuk luar biasa menyelimuti, dari 10 bab yag ada, saya hanya menyelesaikan 2 bab.
Anda tahu bagaimana saya berdoa malam harinya?
tentu saja memohon bantuan Tuhan dan Roh Kudus secara total untuk ujian besok..

Kebesokannya, saya berangkat jam 05.00 subuh dengan harapan tidak telat sampai kampus.
Tanpa diduga, akses jalan tol luar kota ditutup karena banjir. Dan tidak 1 mobil pun bisa lewat.
Bagaimana nasib ujian saya?? -say goodbye-

Setelah kendaraan yang saya naiki kembali menuju arah pulang, perasaan saya sungguh aneh dan tidak bisa dijelaskan.

Sepulang sampai rumah, saya tidak berbicara banyak karena tidak ingin membuat mama saya merasa ikut cemas tak karuan. Saya menangis di kamar.

Pikiran saya dipenuhi dengan berbagai macam pernyataan dan pertanyaan
“saya tidak mengikuti ujian, berarti dapat dipastikan nilai saya E, dan beasiswa yang selama ini saya peroleh akan diputus”

“apakah ini merupakan hukum karma dari jawaban saya terhadap senior waktu di pertemuan keagamaan beberapa waktu lalu?
(waktu itu ada senior yang bertanya: “apa yang kamu rasakan dengan menyandang beasiswa penuh?”
saya jawab: “luar biasa mujizat Tuhan atas hidup saya.. jujur, beasiswa ini seringkali membenani pikiran saya.. tapi tetap saja saya sangat bersyukur dengan ini semua”
 “bagus.. apakah kamu masih akan bersyukur apabila beasiswa mu itu terhenti di tengah jalan?”
“ya, pasti saya masih bersyukur, karena setidaknya beban saya hilang”)
wah.. sungguh.. anda harus berhati-hari dengan setiap ucapan yang keluar dari mulut anda..

“mungkinkah saya bisa ikut ujian susulan? Selama ini ujian susulan hanya diperbolehkan bagi mereka yang ditinggal mati oleh keluarga intinya, dan bagi mereka yang sakit hingga rawat inap di RS.” Ya ampun.. 

Namun dari setiap kegelisahan itu semua, saya tidak memungkiri bahwa ada suara dalam hati saya yang mengatakan “tenang! Tuhan yang memulai segala yang baik akan meneruskan sampai akhirnya!”
Setelah kata-kata itu muncul, saya mulai lebih tenang.. 

Beberapa hari kemudian, saya memberanikan diri dan mencoba mengajukan ujian susulan.
Tak henti-hentinya saya berdoa minta campur tangan Tuhan, untuk menyentuh hati para anggota bagian akademik untuk memberikan kesempatan saya ujian.

Hasilnya, positif, saudara-saudara!

“Thanks God, sudah punya rencana untuk memberikan saya yang terbaik! Dengan pengunduran ujian, saya punya waktu untuk membaca 10 bab secara utuh! waktu yang lebih dari cukup!”

Anda tahu, saya tidak pernah menyesali keputusan membaca Bible terlebih dahulu..
Carilah dahulu Kerajaan Allah, maka semuanya akan ditambahkan kepadamu.
Rasa kuatir di awal sungguh tidak ada gunanya sama sekali..

Oleh sebab itu, masih pantaskah kita bertindak seperti orang baru yang belum percaya akan kuasa Tuhan?
Masih takut menghadapi masa depan, dan masih menggunakan kapabilitas pikiran kita untuk mengukur kapabilitas Tuhan yang unlimited?
Jawabannya tentu saja: TIDAK

-u must believe! and just believe! if you always doubt in Someone who never break His promise, you will make Him incredible disappointed-





















Tuesday, January 1, 2013

I ain't nothing without You


I ain't nothing without You
By: me

C                         G                        Am                                     Em
Oh Jesus.. please forgive me, cause I can’t always be what You want me to be
F                             C                               G
I have a hard heart, envious mind and dirty soul
C                                             G
When You are with me, I know I’ll be okay
Am                            Em                     F                                   C                     G
No any tears drop fall from my eyes, You can brush my troubles away and bring joy

Ref:
                       C                                              G
Please don’t leave me no matter what condition is
Am                                   Em
I know I’m full of sins and means nothing without You
F                               C                    G
If I'm counting my blessings - there's won't end
                  C                                    G
You are the savior almighty whole the world worship You
Am                                          Em
God please stay here with me forever as what You say
F                          C                  F             G            C
Cause I realize that I can’t, that I can’t live without You


I wrote this song inspired by Jesus Christ who always there for me and for all people around the world.