Believe it or not, saya adalah orang yang menunggu-nunggu
waktu kematian tiba. Bukan karena saya depresi menghadapi kehidupan di dunia
dengan segala himpitan masalah yang tidak pernah ada habisnya. Jenuh melakukan
aktivitas sehari-hari yang monoton juga bukan alasan utama. Alasan saya sebenarnya
adalah saya begitu penasaran ingin bertemu secara langsung dengan Seseorang
yang paling berarti dalam hidup saya. Dia yang selalu mampu membuat saya tertawa
dalam duka.. namun saya belum pernah bertemu secara langsung dengan Nya.. akan
sangat baik apabila saya tertawa dalam sukacita sejati bersama-sama dengan Dia
di surga sana.
Cukup banyak orang yang ketika sedang berbincang sesuatu dan
secara tiba-tiba menyinggung soal kematian, hampir selalu berkata “jangan
ngomongin kematian.. pamali!”, dan saat saya menjawab “mati itu oke loh *shrugged*”.
Mereka mulai mengerenyitkan kening nya dan menganggap saya aneh. Kebalikan dari
mereka, saya merasa mereka yang aneh. Bagaimana mungkin membicarakan kematian
itu pamali / tabu? Toh semua orang suatu saat akan mati kan?! tidak bersedia
mati? tidak siap mati? Yah ampun.. andai setiap manusia bisa memperlambat waktu
kematiannya.. pastilah dunia ini sudah terisi penuh oleh air mata. Thanks God
ada kematian.
Perjalanan dari rumah saya di Serang menuju kampus di Jakarta kurang lebih 2 jam melewati tol sepanjang 72km, setiap harinya PASTI ada saja kecelakaan yang terjadi di jalur itu. Beberapa kali nyawa saya selamat secara dramatis. Mungkin sekitar 3x saya menemukan mobil kendaraan depan saya menabrak mobil di depannya lagi akibat pindah jalur secara mendadak. Dan mobil yang saya tumpangi dilindungi Tuhan hingga sempat untuk menghindari tabrakan beruntun. Sudah 2x saya selamat dari kecelakaan parah dimana kendaraan umum yang kecelakaan tersebut semestinya saya naiki apabila saya tidak telat berangkat beberapa menit tiba di tempat (karena system operasional kendaraan umum ini adalah ngantri—tidak diperkenankan sesama jenis mendahului.. haha).
Dari pengalaman tersebut, saya melihat bahwa manusia bisa
mati kapan pun dimana pun dengan cara apapun. Apabila pikiran saya mulai bertanya
“Tuhan, saya mau segera ke tempat Mu, boleh ga?” maka dengan sendirinya akan ada
jawaban “belum saatnya” terbukti dari dari sekian banyak kecelakaan yang sudah terjadi,
saya terhindar dari itu semua dan masih hidup! Tanda nya masih ada hal lain
yang mesti saya kerjakan di dunia. Kejadian itu juga senantiasa menyadarkan
saya secara rutin bahwa apabila saya pergi ke kampus, saya belum tentu kembali
ke rumah dengan keadaan hidup. Begitu pun sebaliknya. we gotta live like we’re dying.
No comments:
Post a Comment