Dari sekian banyak hal yang saya suka lakukan, bersaksi
merupakan salah satu favorit saya.
Awal perkuliahan semester 8 (semester akhir saya dimana
hanya tersisa mata kuliah skripsi) merupakan awal yang menegangkan,
menggairahkan, sekaligus menakutkan.
Teman-teman baik saya rata-rata sudah selangkah lebih maju,
yaitu mereka mengambil mata kuliah skripsi di semester 7. Dari sekian banyak
teman baik saya, beberapa yang memiliki indeks prestasi mengaggumkan memerlukan
tambahan waktu dalam pengerjaan skripsi, yang disebut “extention” dan menyelesaikan
skripsi dengan nilai memusakan pada awal semester 8.
Mereka selesai, saya baru mulai.
Saat saya mulai melangkah memasuki zona “perang antara hidup
atau mati – lulus atau tidak”, saya asik menggumulkan hal-hal terkait tugas
akhir perkuliahan tersebut.
Logika sederhana saya berpikir:
# A, B, C, D semua teman baik saya dengan indeks prestasi
tinggi (yang berarti cerdas) saja memerlukan waktu pengerjaan tambahan pada
skripsinya menjadi 1 semester lebih; bagaimana dengan saya yang bukan apa-apa
dan bukan siapa-siapa ini?? (menyedihkannya membandingkan diri dengan orang lain
adalah hal buruk yang masih belum sepenuhnya dapat saya lepaskan)#
#Jurnal saya menggunakan metode statistik yang tidak
dipelajari selama perkuliahan, yaitu SEM, dan saya tidak punya basic pengetahuan
tentang itu sebelumnya;
90 dari 100% orang yang saya temui dan tahu tentang program itu, mereka berkata
bahwa metode statistik itu rumit dan butuh waktu yang cukup lama untuk
mempelajarinya.. ditambah embel-embel “sangat sulit bagi kamu lulus dalam 1
semester jika tetap menggunakan SEM-LISREL” #
Apabila saya tidak lulus dalam 1 semester, tentulah saya
tahu dengan sangat jelas konsekuensi yang saya terima:
*ucapkan selamat tinggal pada beasiswa (dignity saya cukup tergantung pada
eksistensinya)
*termenung melihat rekan-rekan seperjuangan di wisuda sementara saya masih
berjuang dengan kuliah
*saya mempermalukan Tuhan, orang tua, terlebih diri saya sendiri
*membuang waktu, tenaga, uang, dan kesempatan
Bagimana jika anda menjadi saya?
Berusaha mencari jurnal lain dengan metode statistik yang sudah cukup anda
kuasai? Masuk akal..
hal itu bisa membantu dalam mengurangi beban pikiran dan beban pengerjaan
skripsi ke depannya.
Tapi.. time is precious. And it is limited!
Saya mulai kalkulasi dan melakukan forecast.
Mencari dan menemukan jurnal yang “klik” dengan hati, serta mencari definisi
serta teori variable juga tidak kalah memakan waktu lama.
Pagi-siang-sore-malam, beberapa hari dan bahkan minggu
terlewati, saya terus menerus memutar otak, bertanya pendapat kanan-kiri, dan
bergumul “WHAT SHOULD I DO??”
Saking kuatir dan takutnya, beberapa kali saya berdoa “Tuhan..
saya tau bahwa Engkau mampu melihat masa depan. Jika sekiranya saya akan gagal
mengerjakan skripsi dalam 1 semester, mungkin adalah lebih baik bagi Engkau
mencabut nyawa saya sebelum hari itu tiba. Saya tidak tau akan bagaimana nanti.
Saya juga tidak mau mempermalukan Tuhan yang selama ini saya bersaksi bahwa
Engkau pribadi yang berada di balik semua kesuksesan saya tiba-tiba harus
menanggung “pencemaran” nama baik akibat kegagalan saya…. Namun apabila Engkau
berkenan, mohon bantu saya melewati ini semua dengan Engkau sebagai partner
utama saya. Karena kalau tidak demikian, saya tidak mau mengerjakan skripsi ini
sendirian. Tolong selesaikan pertandingan ini dengan caraMu yang ajaib.”
Saya diingatkan Roh Kudus pada Filipi 4:13 “Segala perkara
dapat kutanggung di dalam DIa yang memberikan kekuatan kepadaku.” I believe
that my God is mighty to save. Tuhan tidak akan mempermalukan umatNya.
Melihat kebelakang penyertaan Tuhan yang luar biasa dalam
hidup saya, maka nekatlah saya.. dengan iman berkata “Tuhan yang memulai segala
sesuatu yang baik dalam saya, akan meneruskan sampai pada akhirnya!!”
Keputusan jatuh pada penggunaan jurnal dengan metode statistik
“baru-bagi saya”. Welcome to the fighter
ring!
Prinsip saya adalah iman tidak mempersiapkan diri dari hal
terburuk. Iman bekerja, Tuhan bertindak, maka hal terbaik yang akan terjadi.
Saya bukan orang yang memiliki 100% kesempurnaan dalam iman.
Pernyataan iman yang sebutkan di atas, itu tidak cukup hanya dikatakan 1 – 2 kali.
Dalam perjalanan dari awal hingga penyelesaian skripsi, saya seringkali
diliputi rasa ragu-ragu, takut, kuatir. Tiap perasaan itu datang, saya merasa
malu pada Tuhan.
Namun, saya kembali mengumandangkan pernyataan iman itu keras-keras di dalam hati
dan pikiran saya, sehingga menjadi stimulus yang super positif.
Menjadikan Tuhan partner kerja dalam penyelesaian tugas
akhir, merupakan hal yang tidak akan pernah saya sesali. Ia tidak pernah
mengecewakan saya. Selalu saja ada caraNya yang ajaib. Setiap kali saya
kehilangan ide, sumber data, dll, Tuhan memakai orang-orang dekat saya untuk
membantu. Amazing.
Sampai pada saat hari persidangan, saya merasa sangat tenang
dan bahkan mungkin terlalu tenang bagi seorang mahasiswa yang akan menghadapi “hidup
dan mati.” Saya amat yakin itu semua bukan hanya sekedar karena saya belajar
dengan se-optimal mungkin selama proses pengerjaan skripsi, namun terlebih
karena kuasa Tuhan bekerja atas saya.
Banyak sekali orang yang dengan tulus memberikan semangat
serta mendoakan keberhasilan saya.
Saya sangat bersykur, karena saya tau bahwa 2-3 orang berkumpul dalam namaNya,
Tuhan hadir. Tuhan mendengar. Apalagi ini ada lebih dari 2-3 orang! Sangat besar
kuasa doa mereka!
Disidang oleh dosen-dosen yang ditakuti banyak mahasiswa,
tidak membuat saya gentar. Dan mujizat kembali terjadi, dosen-dosen tersebut
bahkan sama sekali tidak menakutkan! Suasa sangat nyaman dan fun. Adapun kekuatiran
utama saya akan masalah presentasi menggunakan bahasa Inggris teratasi dengan
baik (Tuhan yang menciptakan beribu-ribu bahasa, tidak masalah bagiNya menjamah
lidah saya untuk dapat berkata-kata dengan salah 1 bahasa yang diciptakanNya).Saya
merasa seperti sedang tidak disidang. Saya memperoleh nilai sangat memuaskan. Itu
semua karena Tuhan maju berperang untuk saya. Saya yakin, penyertaan Tuhan
tidak selesai sampai disitu. Ia akan menyertai dalam karir, masa depan saya
*Note: Saya bersaksi seperti ini, tidak sedikit pun dengan maksud
memegahkan/menyombongkan diri (karena memang tidak ada yang bisa disombngkan
dalam diri saya) serta menganggap orang lain yang mungkin belum lulus sidang sebagai
suatu cercaan. Tuhan punya rencana berbeda-beda atas setiap ciptaanNya dimana
tidak ada satu orang pun yang tau. Malaikat pun tidak. Sehingga tiap-tiap orang
baiknya tidak diperkenankan membandingkan berkat Tuhan atas dirinya dengan
orang lain punya.
-whatever and whoever you are, God will never leave you alone-