Malam itu kami sekeluarga terlambat mengikuti kebaktian di
gereja.
Saya yang sudah siap, jika harus berangkat ke gereja, harus menunggu
anggota keluarga lain yang belum siap. Begitu pun sebaliknya.
Seperti biasa, jika datang terlambat, akses menuju tempat
duduk akan ditutup saat doa ibadah berlangsung, dan baru dibuka kembali saat khotbah akan dimulai. Saat berdiri di luar garis
pembatas, saya tiba-tiba berpikir bahwa “alangkah menyedihkannya apabila
manusia terlambat mendapatkan keselamatan dari Allah dan hanya berdiri diluar dengan
siksaan abadi sembari melihat yang lain berada di kehidupan kekal penuh
sukacita menikmati KerajaanNya!”
Sama dengan seorang kaya yang disiksa sedemikian dahsyatnya di neraka dan hanya
bisa memperhatikan kenyamanan Lazarus di Surga dari jauh tanpa pernah bisa
menyebrangi jurang maut yang memisahkan antara Surga dan neraka.
Alangkah disayangkannya apabila seseorang sudah tidak punya
waktu lagi untuk bertobat dan memberi diri menjadi kepunyaanNya. Bahkan dalam sebuah
khotbah pernah dikatakan bahwa Panggilan TUHAN Memiliki Batas Waktu!
Seperti hal nya pada waktu keluarga saya terlambat datang ke
gereja dan tidak bisa langsung duduk bersama-sama dengan umat lainnya karena
terlambat akibat MENUNGGU anggota keluarga satu sama lain, jangan sampai kita
terlambat menyerahkan diri pada Tuhan dan berakhir pada maut dikarenakan kita
MENUNGGU sampai semua kondisi baik dulu. Menunggu sampai diri merasa siap untuk
memikul salib, menunggu sampai diri lebih baik, menunggu sampai merasa diri lebih
layak.
Sungguh naas apabila kita yang sudah hidup dalam dunia yang
penuh penderitaan ini, masih harus terus menanggungnya sampai ke dunia akherat.
Time will never ever wait
you until you ready enough, but you are always have a chance to renew your life
before your time is up.