Tuesday, March 12, 2013

Don’t be a new (again)


Don’t be a new (again)

Bagaimana maksud dari tema saya ini? Jangan menjadi orang baru (lagi)
Ini tidak terlepas dari IMAN. 

Saudara-saudara, mari saya jabarkan lebih luas..
Sudah berapa lama anda hidup di dunia ini?
Sudah berapa banyak kasus kehidupan yang anda lalui tiap hari, bulan, tahun?
Sudah berapa banyak kebahagiaan yang anda dapatkan selama ini?
Berapa total berkat dan mujizat yang telah anda peroleh selama anda hidup (silahkan hitung bila anda bisa)

Masih perlu kah kita kuatir akan masa depan, dan menjadi seperti “orang baru” yang mengenal Tuhan?
Seperti kisah bangsa Israel yang dipimpin Tuhan keluar dari Mesir menuju tanah perjanjian Kanaan.
Tidak kah kita semua sepakat bila bangsa Israel saat itu adalah bangsa yang tegar tengkuk? Konyol sekali mereka masih meragukan pertolongan Tuhan padahal tiap harinya hidup mereka berisikan mujizat yang tak dapat dijelaskan dengan teori apapun tanpa ada habisnya?

Akankah kita mengulangi kekonyolan tersebut di masa sekarang?
Pernah kah Tuhan telat memberikan pertolonganNya kepada kita?
Coba pikirkan baik-baik.. 

Tidak berlebihankah kita menghadapi kehidupan ini? Kuatir hanyalah rasa takut berlebihan akan sesuatu tidak berjalan seperti yang kita harapkan itu baik adanya. 

Sekarang akan di sharing pengalaman saya:

Tahun ini, saya berkomitmen untuk membaca Alkitab setiap harinya. Tidak peduli bagaimana pun caranya, saya akan membaca Firman itu. Setidaknya dalam masa pembelajaran ini, minimal 1 pasal sehari.

Saat saya menghadapi ujian akhir semester, waktu belajar menjadi ekstra. Hingga larut malam saya belajar. Kegiatan membaca Alkitab tentunya masih dijalankan. Jika materi pelajaran yang akan diujikan besok adalah banyak, maka saya memilih untuk membaca Alkitab dulu, baru belajar. Tujuannya adalah supaya saya masih konsentrasi untuk menangkap setiap detail Firman itu dan tidak keburu tidur.

Pada 1 hari, saya pulang kuliah jam 18.00 dan sampai rumah pada jam 21.00 karena jalanan macet sekali waktu itu.
Mandi, makan, dan mengerjakan hal-hal kecil lainnya hingga sekitar jam 22.00 (cukup larut).
Keesokan harinya saya ada ujian dengan materi 10 bab yang harus dibaca, dan ujian dimulai jam 08.00!
Mata saya sudah perih sekali untuk tetap terjaga..
Sementara saya belum belajar sama sekali pelajaran itu.
Bahkan tidak juga saat dosen menjelaskan selama ini.
(anda mahasiswa, anda akan mengerti situasi saya saat itu)
Untuk beberapa waktu, saya mempertimbangkan apa yang harus saya lakukan di waktu yang super sempit ini? “ya Tuhan, ini sangat menantang!”

Maka saya terpikir akan hal ini “ kerjakan dulu apa yang menurutmu harus diprioritaskan jika ini adalah hari terakhirmu, Nesia!”

Guess what I did?
aha, surely you are right, buddy!
I took my Bible first and start read it!

Selesai membaca 2 pasal dan merasa puas dengan pilihan saya, barulah mulai membuka lembaran pelajaran. Tak terelakan lagi rasa ngantuk luar biasa menyelimuti, dari 10 bab yag ada, saya hanya menyelesaikan 2 bab.
Anda tahu bagaimana saya berdoa malam harinya?
tentu saja memohon bantuan Tuhan dan Roh Kudus secara total untuk ujian besok..

Kebesokannya, saya berangkat jam 05.00 subuh dengan harapan tidak telat sampai kampus.
Tanpa diduga, akses jalan tol luar kota ditutup karena banjir. Dan tidak 1 mobil pun bisa lewat.
Bagaimana nasib ujian saya?? -say goodbye-

Setelah kendaraan yang saya naiki kembali menuju arah pulang, perasaan saya sungguh aneh dan tidak bisa dijelaskan.

Sepulang sampai rumah, saya tidak berbicara banyak karena tidak ingin membuat mama saya merasa ikut cemas tak karuan. Saya menangis di kamar.

Pikiran saya dipenuhi dengan berbagai macam pernyataan dan pertanyaan
“saya tidak mengikuti ujian, berarti dapat dipastikan nilai saya E, dan beasiswa yang selama ini saya peroleh akan diputus”

“apakah ini merupakan hukum karma dari jawaban saya terhadap senior waktu di pertemuan keagamaan beberapa waktu lalu?
(waktu itu ada senior yang bertanya: “apa yang kamu rasakan dengan menyandang beasiswa penuh?”
saya jawab: “luar biasa mujizat Tuhan atas hidup saya.. jujur, beasiswa ini seringkali membenani pikiran saya.. tapi tetap saja saya sangat bersyukur dengan ini semua”
 “bagus.. apakah kamu masih akan bersyukur apabila beasiswa mu itu terhenti di tengah jalan?”
“ya, pasti saya masih bersyukur, karena setidaknya beban saya hilang”)
wah.. sungguh.. anda harus berhati-hari dengan setiap ucapan yang keluar dari mulut anda..

“mungkinkah saya bisa ikut ujian susulan? Selama ini ujian susulan hanya diperbolehkan bagi mereka yang ditinggal mati oleh keluarga intinya, dan bagi mereka yang sakit hingga rawat inap di RS.” Ya ampun.. 

Namun dari setiap kegelisahan itu semua, saya tidak memungkiri bahwa ada suara dalam hati saya yang mengatakan “tenang! Tuhan yang memulai segala yang baik akan meneruskan sampai akhirnya!”
Setelah kata-kata itu muncul, saya mulai lebih tenang.. 

Beberapa hari kemudian, saya memberanikan diri dan mencoba mengajukan ujian susulan.
Tak henti-hentinya saya berdoa minta campur tangan Tuhan, untuk menyentuh hati para anggota bagian akademik untuk memberikan kesempatan saya ujian.

Hasilnya, positif, saudara-saudara!

“Thanks God, sudah punya rencana untuk memberikan saya yang terbaik! Dengan pengunduran ujian, saya punya waktu untuk membaca 10 bab secara utuh! waktu yang lebih dari cukup!”

Anda tahu, saya tidak pernah menyesali keputusan membaca Bible terlebih dahulu..
Carilah dahulu Kerajaan Allah, maka semuanya akan ditambahkan kepadamu.
Rasa kuatir di awal sungguh tidak ada gunanya sama sekali..

Oleh sebab itu, masih pantaskah kita bertindak seperti orang baru yang belum percaya akan kuasa Tuhan?
Masih takut menghadapi masa depan, dan masih menggunakan kapabilitas pikiran kita untuk mengukur kapabilitas Tuhan yang unlimited?
Jawabannya tentu saja: TIDAK

-u must believe! and just believe! if you always doubt in Someone who never break His promise, you will make Him incredible disappointed-